Senin, 31 Januari 2022

DO A YANG DI INTERUPSI Oleh M. Ali (al Fakir)


                                              



Di sebuah acara, suatu perhelatan saya diminta melantunkan doa,  doa yang surat permohonannya memang sudah diterima seminggu yang lalu,

Ini sebuah episode rutinitas ketika diminta untuk membacakan doa tapi tetap saja saya harus mempersiapkan kan bukan hanya teksnya tetapi juga batin saya, maka semenjak malam hari saya mulai membaca lembaran-lembaran Alquran untuk menemukan kan apa yang ingin Allah katakan padaku hari ini seperti inilah beban batin yang harus ditanggung di malam hari untuk meringankan beban di siang hari, tak lupa tahajud untuk menguatkan batin yang memang kadang luruh dengan keterbatasan.

Doa hari itu ku mulai dengan ucapan "ya Allah seburuk apapun hamba dihadapanmu anugrahkan ampunan Mu kepada hamba "ya Allah sehina apapun hamba dihadapanmu anugrahkan kepada hamba ampunanmu Mu Wahai Dzat yang Maha Pengampun.

Bait doa di atas menuai interupsi dari seseorang yang hadir di acara tersebut. Ini Bisa dipahami bahwa hidup seseorang tidak bisa terlepas dari hatinya… sengaja senyum ku simpulkan hanya untuk menetralisir interupsi.

Ada beberapa catatan al Qurán tentang hati

Pertama Bagian tubuh yang harus kita jaga agar kita tidak menyesal di kemudian hari, ataupun tidak menyesal dimasa yang akan dating ialah dengan menjaga hati kita Qs. AL A’raf ayat 179

179.  Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) …….

Urgensi hati dan pemanfaatanya dalam kehidupan oleh diri seseorang merupakan tanggung jawab pribadi kepada al Kholiq, karena hati itu non interfensi luar, boleh jadi seseorang akan sulit sekali di tebak hatinya karena sangat mungkin antara hati dan tampilan luar berbeda 180 0 , Cuma yang harus menjadi catatan kita adalah hati itu tidak boleh lalai terhadap penciptanya, apalagi lupa kepada penciptanya.

Kedua Hati itu tidak selamanya tersembunyi, karena dihadapan Allah hati seseorang akan Nampak jelas bahkan, sekaligus menjadi bahan penilaian oleh Allah Swt, karena sesungguhnya amal seseorang akan baik atau tidak, menjadi ibadah ataupun tidak kesemuanya tergantung kepada hati kita, sebagaimana sabda Rasulullah

Dari Umar bin Khattab radhiallahu anhu, dia berkata:

سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوٰى

"Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan, tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.

Lebih lanjut al Qur an menjelaskan, bahwa hati juga menjadi perhatian Allah Swt, maka hendaknya kita juga memperhatikan hati kita, karena ketika kita ber amal croos cek nya adalah hati kita, sebagimana Allah mengingatkan dalam al Qur an bahwa Allah Swt mengetahui isi hati Qs. Ali Imron ayat 29


29.  Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ketiga semua ada hisab perhitungannya, ini seperti super hati hati atau super worning agar kita itu bijak dalam bertutur kata, bersikap dan ngebatin atau berbicara dengan hati, karena itu semua ternyata sudah menjadi agenda seorang mukmin agar ia berbuat dan bertanggung jawab dengan perbuatannya… tentu itu bukan perkara sederhana karena kita tentu akan bingung mencari alasan perbuatan kita suatu saat nanti, apalagi kalau ternyata kita lupa pada esensi perbuatan itu sendiri, sekedar mengutip ayat akan hal ini  Qs. alIsra ayat 36

 


36.  Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Ini seperti al Qur an sedang berbicara dengan kita, agar kita lebih bijak, jangan menganggap kebenaran diri itu absolute tetapi terbuka lah karena terbuka nya diri merupakan sebuah ke hati hatian “Wallahu A’lam bi Showab (al fakir)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar