Jumat, 21 Januari 2022

Episode Bahuga I (Menikmati Kenyamanan)

 

Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan

            Tulisan ini, tentunya tidak akan menceritakan bagaimana pertempuran Patih Gajah Mada. Bukan juga perjuangan Tuanku Imam Bonjol melawan Penjajah Belanda. Juga bukan cerita sejarah Mesir Ilir yang melegenda. Terlebih lagi cerita tentang kegiatan Bandung Bondowoso. Bukan itu.
            Cobalah bertanya kepada Pak Yusuf yang bergelar “Kakek Segala Tahu”, tentang sungai yang menjadi background swafoto yang asyik. Bisa juga bertanya kepada Hidayat, sang kameramen baru. Bertanyalah tentang semangat juang yang membahana. Mengalahkan semua kenyamanan yang ada.
            Agenda awal tahun 2022 dan sekaligus di pimpin Ketua Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Kemenag Way Kanan, sungguh luar biasa menyenangkan. Bersilaturrahmi kepada rekan-rekan Penyuluh di kecamatan. Mengurai tawa, cerita dan seduhan kopi.

            Bahuga. Sungguh menyenangkan untuk di kunjungi. Alam yang masih asri dengan persawahan membentang. Udara yang sejuk menambah keasyikan untuk menikmati Bahuga secara langsung. Beruntunglah, kawan-kawan yang mengikuti agenda “Penyuluh Berbagi” yang rutin diselenggarakan oleh FKPAI Kemenag Way Kanan.

            Ah, abaikan saja celotehan Ketua FKPAI tentang kekuatan istri. Yakin saja, “Penguasa Jalanan” Ust. Hasan Isro sudah mendapatkan ijin khusus. Istilah yang membuat tertawa adalah “polisi dapur” (polda). Tapi...maaf nih, salah tidak ya menuliskan kata itu. Semoga saja tidak salah penggunaan dalam canda yang membuat Mr. Edi tertawa terpingkal-pingkal.
            Ada bukti outentik tentang kisah itu. Kisah perjalanan dan juga kisah pertemuan dengan penyuluh yang kreatif. Cerita tentang pertandingan sepak bola yang seru sampai cerita menjadi “penyelamat” para janda. Cerita terakhir inilah yang mampu membuat “Ust. seribu mushola” berdeham cukup kencang sambil menahan kantuk.
            “Kan, Penyuluh harus kreatif, to,” ujar Dayat sembari mengarahkan kamera saat menyambut Ketua FKPAI Kecamatan Bumi Agung, Yai Mansuruddin.
            “Ini mah kelewat kreatif, jika ngajak boncengan,” sahut Boim sambil tertawa yang di ikuti oleh tawa kebersamaan.
            “Tapi nyaman kan berboncengan?” ujarku sambil menyeruput kopi.
            Kedatangan Korcam Bumi Agung malam itu, justru menambah hangat suasana. Begitu antusias Kang Hasan menyambut kehadirannya. Dengan jurus komunikasi yang di miliki, canda tawa berlangsung riang gembira.
            Dengan semangat Kang Hasan bercerita tentang Si Bungsu. Nama ini cukup terkenal dengan sempurna. Terlebih lagi Si Bungsu mempunyai “musuh bebuyutan”, “Si Abah Centil”. Selalu “bertengkar” kapanpun dan di manapun. Selalu ramai dunia dan se isinya jika keduanya bertemu. Menarik jika untuk sebuah kebersamaan.
            Jujur aku sempat bingung dengan istilah “polda” dan layangan putus. Istilah yang sebenarnya ragu untuk aku tulis. Takut kena “pasal” penulisan. Namun ternyata istilah itu begitu kocak mampu membuat tertawa. Hmm ..., ternyata “polisi dapur”. Hehehe.
            Istilah kedua, ternyata sebuah judul sinetron. Aku sempat tepuk jidat. Ternyata para pecinta sinetron juga. Lumayan, ternyata ada juga yang menyukai cerita yang di tulis oleh Mommy ASF di Facebook. Nah, cerita nyata yang diangkat menjadi cerita yang mempunyai banyak penggemar.
            Sebenarnya, mata sudah mulai menggoda, meskipun suguhan kopi masih tersisa. Demikian juga, Yai Mansyurudin juga masih ingin bercerita tentang banyak hal. Aku mengisyaratkan untuk jangan melanjutkan dahulu. Bisa sampai subuh jika poin “penyelamatan” selalu muncul.
            Membersamai orang-orang hebat nan unik, memang mengesankan. Berbaur bersama terang lampu milik Mr. Edi yang begitu meyakinkan. Banyak hal yang bisa aku peroleh dari sesuatu yang tak pernah terbayangkan. Nyaman sungguh nyaman.
            Pembelajaran yang muncul adalah pola penggunaan perspektif saja. Sebuah sudut pandang. Jika mampu memaknai konsepsi “Penyuluh Berbagi” dengan perspektif berbeda, akan diperoleh substansi yang mengesankan.

            Bukankah begitu duhai pemilik “jepretan” terbaik?

 

Bumi Agung, 18 Januari 2022

 

“Kenyamanan dapat tercipta dari komunikasi yang mengesankan”

(Mr. Egha)

(Bersambung)

7 komentar: