Rabu, 12 Januari 2022

Membersamai Proses Kematangan

Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan

    Jika para penyuluh disodorkan tiga nama; Shen Tae Yong, Ibrohim dan Aldebaran, Siapakah yang paling dikenal? Jujur saya tidak bisa untuk menerka. Bagi para pecinta bola, sosok pertama yang sudah melekat. Begitu juga, bagi penggemar Sinetron, maka sosok ketiga yang pasti juga terbayang. Lalu siapakah sosok kedua? 

   Saya tidak yakin, kalau semua Penyuluh memahami sosok tersebut. Pembuktian terbaik adalah dengan menggunakan "metode" menyodorkan tiga buah Durian. Apa yang terjadi? Jika hanya mengenal sebagai sosok dan nama, maka akan mengatakan, "Mari kita bagi bersama". Akan tetapi bagi yang memahami, maka sebuah jawaban lain akan muncul.

    Tanyakan saja pada Brother Hidayat, sebuah jawaban pasti begitu semu. Pun jika bertanya pada Gus Yusuf, jawaban pun akan berbeda. Ternyata tiga buah Durian mampu memberikan jawaban yang berbeda. Begitulah dinamika sebuah kebersamaan dalam pertemuan perdana, Senin, 10 Januari 2022.

    Kebersamaan kemarin tentu menyelipkan semangat. Hal inilah yang seyogyanya ada pada setiap penyuluh, tak terkecuali para pengurus Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan. Sebab, arunika tahun 2022 belum lama terjadi. Bukankah begitu asyik menikmati Durian dengan menaburkan sebuah semangat?

    Semangat itu ada pada Nyonya Lidya juga Nona Nining, tentu juga Non Ira dan Bunda Ayni. Jarak yang ditempuh tentu bukanlah perjalanan yang ringan. Membutuhkan tenaga yang ekstra untuk melaluinya. Terlebih lagi cuaca yang membuat was-was. Jika pemahaman geografis tentang Way Kanan cukup bagus, maka akan mendapatkan jawaban jarak tempuh antara Negara Batin, Pakuan Ratu ke Blambangan Umpu.

    Keempat nama diatas adalah para "Srikandi" FKPAI Kemenag Way Kanan. Mereka akan mengarungi lautan tugas bersama Kang Dana, Mas Bro, Aa Hasan, Kang Susanto, Mang Eka, Kang Muslih dan Brother Din. Tentu, sebagai sang nahkoda adalah "penguasa" seribu mushola. Brother Ibrohim.

    Tentu, Ketua FKPAI Way Kanan tidak perlu mengeluarkan ajian Jaran Goyang atau Semar Mesem. Kedua ajian itu tidak diperlukan untuk memberikan semangat kerja. Menyatukan persepsi bahwa Pengurus FKPAI merupakan amanah yang harus terlaksana dengan baik, merupakan langkah bijak. Sebab, persepsi yang tidak menyatu akan menghasilkan buaian kosong ditengah era 4.0. Bukankah begitu duhai para pengurus?

    Diawal ini, Saya memberikan secangkir kopi kebersamaan untuk menisbahkan alur perjalanan FKPAI. Yakinlah bahwa secangkir kopi tersebut bukan bagian dari sebuah amarah, namun bentuk lain dari menjaga sebuah kebersamaan. Yakinlah bahwa kebersamaan dapat menghasilkan kinerja yang mengabadi.

    Ah, rasanya persaksian baju putih kemarin sungguh meneguhkan. Semangat yang ada sudah selayaknya diberikan apresiasi sendiri. Semoga, "perut" kita tidak semakin "membesar", namun kinerjalah yang akan membesarkan seuntai nama.

    Jangan lupa untuk mengetuk pintu langit, sebagai pertanda penghambaan tertinggi. Jangan lupa juga, bahwa alur koordinasi dan birokrasi juga menjadi niscaya adanya. Selamat berkarya dalam sebuah pengabdian dan pengabadian FKPAI Kemenag Way Kanan.

    Mari, kita nikmati arunika dan swastamita melalui penghayatan yang sempurna. Sebab, disanalah secangkir kopi itu menjadi "barang mewah" yang mampu melambungkan asa.


Way Kanan, 12 Januari 2022

19 komentar:

  1. Mantap semangat baru
    Pebyuluh bergerak

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. wah bahasa ini mampu menjadi penyemangat, nih.

      Hapus
  3. Pai way kanan kerenn...dengan kopi dan duren bisa menorehkan tulisan...

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. akan semakin mantap, jika mau mengirimkan naskah juga...he.he

      Hapus
  5. Semoga suxs slalu buat semuanya

    BalasHapus
  6. Besar karna kita bersama, seperti Falsapah Lidi

    BalasHapus
  7. New squad new spirit...
    💗💗💗💗💗

    BalasHapus
  8. Jangan kasih kendor... Semangat.!!

    BalasHapus