Senin, 31 Januari 2022

DO A YANG DI INTERUPSI Oleh M. Ali (al Fakir)


                                              



Di sebuah acara, suatu perhelatan saya diminta melantunkan doa,  doa yang surat permohonannya memang sudah diterima seminggu yang lalu,

Ini sebuah episode rutinitas ketika diminta untuk membacakan doa tapi tetap saja saya harus mempersiapkan kan bukan hanya teksnya tetapi juga batin saya, maka semenjak malam hari saya mulai membaca lembaran-lembaran Alquran untuk menemukan kan apa yang ingin Allah katakan padaku hari ini seperti inilah beban batin yang harus ditanggung di malam hari untuk meringankan beban di siang hari, tak lupa tahajud untuk menguatkan batin yang memang kadang luruh dengan keterbatasan.

Doa hari itu ku mulai dengan ucapan "ya Allah seburuk apapun hamba dihadapanmu anugrahkan ampunan Mu kepada hamba "ya Allah sehina apapun hamba dihadapanmu anugrahkan kepada hamba ampunanmu Mu Wahai Dzat yang Maha Pengampun.

Bait doa di atas menuai interupsi dari seseorang yang hadir di acara tersebut. Ini Bisa dipahami bahwa hidup seseorang tidak bisa terlepas dari hatinya… sengaja senyum ku simpulkan hanya untuk menetralisir interupsi.

Ada beberapa catatan al Qurán tentang hati

Pertama Bagian tubuh yang harus kita jaga agar kita tidak menyesal di kemudian hari, ataupun tidak menyesal dimasa yang akan dating ialah dengan menjaga hati kita Qs. AL A’raf ayat 179

179.  Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) …….

Urgensi hati dan pemanfaatanya dalam kehidupan oleh diri seseorang merupakan tanggung jawab pribadi kepada al Kholiq, karena hati itu non interfensi luar, boleh jadi seseorang akan sulit sekali di tebak hatinya karena sangat mungkin antara hati dan tampilan luar berbeda 180 0 , Cuma yang harus menjadi catatan kita adalah hati itu tidak boleh lalai terhadap penciptanya, apalagi lupa kepada penciptanya.

Kedua Hati itu tidak selamanya tersembunyi, karena dihadapan Allah hati seseorang akan Nampak jelas bahkan, sekaligus menjadi bahan penilaian oleh Allah Swt, karena sesungguhnya amal seseorang akan baik atau tidak, menjadi ibadah ataupun tidak kesemuanya tergantung kepada hati kita, sebagaimana sabda Rasulullah

Dari Umar bin Khattab radhiallahu anhu, dia berkata:

سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوٰى

"Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan, tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.

Lebih lanjut al Qur an menjelaskan, bahwa hati juga menjadi perhatian Allah Swt, maka hendaknya kita juga memperhatikan hati kita, karena ketika kita ber amal croos cek nya adalah hati kita, sebagimana Allah mengingatkan dalam al Qur an bahwa Allah Swt mengetahui isi hati Qs. Ali Imron ayat 29


29.  Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ketiga semua ada hisab perhitungannya, ini seperti super hati hati atau super worning agar kita itu bijak dalam bertutur kata, bersikap dan ngebatin atau berbicara dengan hati, karena itu semua ternyata sudah menjadi agenda seorang mukmin agar ia berbuat dan bertanggung jawab dengan perbuatannya… tentu itu bukan perkara sederhana karena kita tentu akan bingung mencari alasan perbuatan kita suatu saat nanti, apalagi kalau ternyata kita lupa pada esensi perbuatan itu sendiri, sekedar mengutip ayat akan hal ini  Qs. alIsra ayat 36

 


36.  Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Ini seperti al Qur an sedang berbicara dengan kita, agar kita lebih bijak, jangan menganggap kebenaran diri itu absolute tetapi terbuka lah karena terbuka nya diri merupakan sebuah ke hati hatian “Wallahu A’lam bi Showab (al fakir)

 

 

Sabtu, 29 Januari 2022

Batas Masa

 


Puisi Suci Wulandari
PAIN KUA Kec. Negeri Agung

Primadona malam bercengkerama
Melantun nada tenor seirama
Dengan lagu pengantar sukma
Coba buatnya terlupa 

Bidangnya meleyot 
Kadang ke belakang. 
Seringkali kedepan
Apa mau dikata
Saka meminta lebih padanya

Sambil sesenggukan 
Meramu adicita 
Batin seketika meradang - bergejolak

Ubun hampir meletus
Remnya blong 
Hingga rotasinya labas tersibak     

Ini untuknya
Mahardika karya
Dibatas masa
Jempol yang berharga 

Tugu Meriam Empat Penjuru, 25 Januari 2022

Pupuk Cinta Menuju Keluarga Sakinah

 



Oleh: Maryuli
PAIN KUA Kec. Negara Batin

    Secara umum, hubungan lelaki dan perempuan bermula dari munculnya sebuah perasaan yang disebut jatuh cinta. Jatuh cinta adalah ketertarikan yang luar biasa antara keduanya sehingga muncul rasa ingin selalu berdeketan,  berdebar-debar hati bila sedang bersama, selalu memikirkan orang yang dicintai, merasa dunia milik berdua, setelah merasa cocok luar dalam memutuskan untuk melakukan pernikahan supaya menghindari perzinaan.
    “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad SAW, bersabda seorang perempuan biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena statusnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah perempuan yang karena agamanya maka kamu akan bebas dari persoalan.” ( HR. Bukhari).
    Hadist ini menjelaskan pasangan yang hendak menikah hendaknya memikirkan kembali pasangan yang kita pilih baik laki-laki ataupun perempuan. Pilihan tersebut harus yang baik agamanya. Sebelum menikah kita juga harus meluruskan niat kita. Niat untuk beribadah kepada Allah SWT. Menikah bukan hanya sekedar untuk melampiaskan kebutuhan biologis saja. menikah juga bukan perkara yang mudah dan bukan main-main.
    Pernikahan adalah mitsaqan ghalidzan atau janji yang kuat sehingga harus dijaga kelangsungannya sebagai mana firman Allah SWT : “Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri) dan mereka (isrti-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu”. (Q.S: 3; 21).
    Ini berati perkawinan harus sah secara hukum agama dan dijalankan sesuai tuntunan Allah. Suami dan istri harus mempertanggungjawabkan setiap tindakannya dalam pernikahan. Baik yang diketahui oleh orang lain maupun yang tidak diketahui. Pertanggungjawaban aka nada, kelak di hari perhitungan (yaumul hisab).
    Dalam konteks ini Allah SWT berfirman : “Pada hari ini kami kunci mulut mereka, dan berkata kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan”. (Q.S: 36; 65).
    Setelah menikah, banyak hal dalam hidup yang mesti dihadapi bersama-sama. Dari sinilah mulai muncul aspek muamalah dan ibadah dalam pernikahan. Sebagaimana perjalanan hidup manusia pada umumnya, kehidupan dalam pernikahan juga akan senantiasa mengalami perubahan dan pasang surut. Banyak hal yang akan memengaruhi hubungan pernikahan. Misalnya, pernikahan berubah menjadi tak harmonis karena pasangan suami istri tidak siap menjalani perannya dalam pernikahan. Bisa juga kehidupan rumah tangga berantakan karena pasangan suami istri tidak siap dengan berbagai tantangan yang datang silih berganti.
    Masalah demi masalah dalam rumah tangga akan mulai bermunculan. Misalnya, munculnya sifat asli dari masing-masing pihak (egois), Masalah ekonomi, masalah anak, masalah keluarga, mulai dari masalah yang kecil sampai masalah yang besar. Apabila semua rintangan dalam rumah tangga di biarkan terus terjadi maka rasa cinta yang dulu pernah indah secara perlahan-lahan akan memudar bahkan akan menghilang selamanya. Kondisi inilah yang sering menyebabkan terjadinya perceraian.
    Maka pasangan suami istri harus terus memupuk  rasa cinta yang ada antara keduanya dengan  beberapa cara:
    Pertama, Saling menghargai dengan cara mendekatkan emosi. Bagaimana pasangan suami istri merasa saling memiliki, saling terhubung dua pribadi menjadi satu, sehingga suami istri merasa tentram, dan rasa cinta dalam rumah tangga tetap terjaga. Allah SWT berfirman,. “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan (Suami – istri) untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang”. (Q.S: 30; 21).
    Kedua, Menjaga komunikasi antara pasangan suami istri karena tanpa komunikasi yang baik tidak akan menjadi hasil yang baik. Pasangan suami istri harus menjaga komitmen untuk tidak saling mengkhianati pasangnnya, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah.
    Ketiga, Menjaga hubungan intim atau gairah, yaitu bagaimana dalam hubungan suami istri itu tercipta keinginan untuk mendapatkan kepuasan fisik dan seksual. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW dinyatakan bahwa perkawinan untuk menjada mata dan alat kelamin/organ reproduksi. Jadi salah satu tujuan perkawinan adalah menghalalkan hubungan seks antara laki-laki dan perempuan sebagai mana firman Allah SWT: “Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu, maka sekara campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu.”  (Q.S: 2;187).
    Keempat, Saling menjaga kepercayaan dan saling memafkan satu sama lain jika salah satu melakukan kesalahan .
    Kelima, Bersyukur. Rasa syukur diantara kedua pasangan sangatlah penting sehingga tidak akan pernah merasa kekurangan hal apapun dari pasangan kita.
    Keenam, Melakukan ibadah bersama. Ibadah yang dilakukan bersama misalnya shalat berjamah, mengaji bersama akan mempererat tali cinta kasih diantara kedua pasangan. Rutinitas tersebut dapat meneguhkan iman dan akan terasa diantara keduanya. Satu sama lain akan saling mengingatkan mengenai hal-hal yang menuju kebaikan.
    Pupuk-pupuk cinta tersebut sangatlah penting dalam membangun rumah tangga. Masing-masing pihak harus saling menjaga. Jangan hanya dalam satu pihak saja. dengan demikian keharmonisan, rasa cinta kasih dan sayang di dalam keluarga tetap terjaga dan dapat menumbuhkan kehidupan yang bahagia sehingga menjadi sebuah keluraga yang  sakinah, mawaddah, wa rahmah.

 

Negara Batin, 29 Januari 2022.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Jumat, 28 Januari 2022

Mencari (satu) Alif

 


Oleh : Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan

    Tulisan ini mencoba untuk mencari “sisi lain” dari pemaknaan yang ada dalam konteks pembacaan ayat suci Al Qur’an. Mungkin agak bias untuk skala tertentu. Namun akan tetap dapat dimaknai dari perspektif yang berbeda. Saya harus jujur di awal.
    Bukan bermaksud untuk membuka perdebatan, melainkan mencari perspektif yang berbeda. Perspektif dalam skala terbatas dan khusus (baca: Penyuluh Agama Way Kanan). Tentu, dengan pemaknaan yang luas. Disinilah pentingnya pembatasan itu.
      Pertama, standar yang ada cukup jelas. Standar itu adalah keimanan terhadap Kalamullah. Jika standar ini memudar bahkan hilang, maka konsekwensi keberimananya akan tercabut. Bukankah mengimani empat kitab suci (Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an) adalah rukun iman?
         Standar ini mengisyaratkan ketegasan bagi kita (baca: umat muslim) untuk mengimani Al-Qur’an. Salah satu bentuk dari pola mengimani adalah kemampuan untuk membaca. Dalam konteks ini adalah membaca secara harfiah. Bisa juga bermakna membaca tanpa mengetahui makna dari bacaan tersebut.
       Sederhananya adalah umat muslim harus bisa membaca Al-Qur’an. Membaca kitab suci. Membaca kitabullah. Mungkin, proses ini bisa berhenti sampai taraf mampu bagi sebagian orang. Bisa juga bukan sekedar mampu membaca, namun mampu mengartikan bagi sebagian lainnya.
    Persoalannya adalah, apakah seluruh umat islam sudah mampu membaca Al-Qur’an? Untuk menjawab ini tentu dibutuhkan data yang benar-benar valid. Data yang akan memberikan gambaran tentang persoalan diatas. Data yang akan menguak fakta dalam kehidupan masyarakat muslim.
   Anggap saja,-maaf- masih ada yang belum mampu membaca Al-Qur’an. Siapakah yang bertanggungjawab terhadap fenomena itu? Tentu, bukan hanya tugas pemerintah, tokoh agama saja, tetapi tugas kita bersama. Tugas dari umat islam untuk memberikan pengajaran dalam membaca Al-Qur’an.
      Kedua, optimalisasi peran. Saya yakin dan percaya bahwa kita mempunyai peran dalam kehidupan ini. Sesungguhnya peran tersebut akan dirasakan oleh individu lain, jika optimalisasi peran dapat kita maksimalkan. Inilah kewajiban kita untuk berperan dalam kehidupan.
    Dalam konteks ini, peran para penyuluh agama mutlak diperlukan. Peran tersebut dapat melalui kelompok-kelompok pengajian, TPQ atau belajar mandiri. Dengan demikian optimalisasi peran penyuluh agama dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
    Inilah peran yang bisa di maksimalkan oleh penyuluh. Melaksanakan tugas dan fungsi bimbingan dan penyuluhan. Tugas yang mulia dan sekaligus “masuk” dalam jaminan Rasulullah SAW, yakni sebaik-baiknya manusia. Sebuah jaminan yang penyuluh agama rindukan.
    Dalam konteks tulisan ini, saya sengaja memberikan dorongan moral sebagai landasan etis untuk memberikan sebuah keyakinan. Bentuk keyakinan tersebut adalah “gelar” sebaik-baiknya manusia. Saya mempunyai keyakinan bahwa kita memiliki impian tersebut.
     Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkanya”. (H.R. Bukhori).
    Sudah seyogyanya para penyuluh agama mengambil peran tersebut. membimbing masyarakat agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Dengan peran tersebut maka program pemerintah dalam memberantas buta aksara Al-Qur’an dapat terwujud dengan baik.
     Ketiga, mengikuti proses yang berlangsung. Poin ini cukup penting untuk saya tekankan. Sebuah proses adalah keniscayaan dalam hidup untuk menentukan sebuah keberhasilan. Bagi saya, tiada kesuksesan tanpa adanya sebuah proses. Tidak mungkin memiliki pengetahuan tanpa membaca dan menulis.
      Dalam pemikiran saya, proses untuk “menemukan” alif (baca: huruf hijaiyah) memerlukan proses. Baik proses awal pengenalan, proses fungsi dan proses pemaknaan. Maka, mengabaikan sebuah proses berarti mengabaikan keberhasilan itu sendiri.
       Proses awal pengenalan merupakan fase awal untuk mengetahui. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa proses pengenalan ini terjadi saat usia balita. Pada fase ini, proses pengenalan huruf-huruf hijaiyah berlangsung. Tentu, hal ini berlaku khusus dalam tradisi keluarga muslim.
     Selanjutnya adalah proses fungsi. Ini merupakan tahab kedua yang harus dilalui. Sebab proses ini adalah kelanjutan dari proses sebelumnya. Dalam fase ini, pemahaman akan fungsi dipelajari dengan baik. Sehingga huruf alif (dalam konsepsi) tidak hanya berdiri sendiri, namun mempunyai fungsi lainya.
     Fase terakhir adalah proses pemaknaan. Dalam pemaknaan luas, alif  bukan hanya berdiri sendiri, namun juga bermakna penyatuan persepsi untuk diejawantahkan dalam kehidupan nyata. Fase ini adalah fase paripurna dalam kehidupan dunia.
    Menurut saya, inilah mengapa fase ketiga merupakan fase paripurna. pada fase ini kita berkewajiban secara moral untuk menjalankan perintah agama melalui pesan yang tersirat ataupun yang tersurat. Demikian juga pada fase ini kita mampu memaknai eksistensi kita sebagai khalifah di semesta ini.
      Mari, kita (kembali) membaca Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat ke 30.  Allah SWT berfirman:
    "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. 2:30).
   Akhirnya, proses pencarian alif  akan menemukan makna sebenarnya dalam kausalitas kehidupan manusia. Sebab kehidupan manusia dipenuhi misteri yang manusia juga tidak mengetahui kapan berakhirnya misteri itu sendiri.
  Semoga, proses pencarian alif  masih ada dalam mengisi kehidupan. Sebab pemaknaan akan hal tersebut masih akan terus berproses. Biarkan proses itu mengikuti alur semesta yang telah ditentukan. Tugas kita hanyalah mengisi kehidupan ini dengan nilai dan norma agama.
 
    Way Kanan, 28 Januari 2022

Kamis, 27 Januari 2022

Meningkatkan Semangat Membaca Al-Qur'an

 


Oleh: Nining Kurniasih
PAIN KUA Kecamatan Negara Batin

Al-Qur’an merupakan salah satu kitab suci yang wajib kita imani. Sebagai muslim, tentunya kita tidak mungkin meragukan validitas dan otentisitas Al-Qur’an. Keyakinan ini menjadi bukti tentang keimanan seseorang muslim. Hal ini telah termaktub dalam rukun iman, yakni meyakini kitab-kitab suci yang telah Allah SWT turunkan.            
Sebagai seorang muslim, kita sangat meyakini bahwa kitabullah merupakan mukzijat terbesar. Kita yakin dan percaya bahwa kitab suci Al-Qur’an sangat terjaga validitas dan otentisitas.  Sebab, Allah SWT yang secara langsung menegaskan secara jelas.  Allah SWT yang menurunkan Al-Qur’an (baca: mewahyukan) dan sekaliguas menjaga validitas dan otentisitasnya sepanjang jaman
Kita wajib mengimani bahwa Al-Quran  merupakan salah satu sumber pokok dalam ajaran Islam. Keimanan ini mutlak ada dalam kehidupan sehari-hari. Sebab sebagai seorang muslim wajib mempercayai dan mengimani Al-Qur’an. Hal ini juga sekaligus sebagai konsekwensi ikrar keimanan seorang muslim.
Al-Qur’an sebagai pedoman manusia mengandung banyak nilai. Kandungan tersebut dijadikan sebagai pedoman manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpedoman kepada Al-Qur;an maka jaminan keselamatan akan diperoleh. Sebab, isi kandungan Al-Qur’an juga memuat landasan etika dan moral.
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam.  Sebagai sumber ajaran Islam dan merupakan sumber segala ilmu pengetahuan yang dijadikan landasan dalam pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, kemampuan menulis, membaca, mengerti, sekaligus menghayati isi kandungan Al-Qur’an harus dimiliki oleh seorang muslim.
        Membaca Al-Qur’an merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang muslim. Karena membaca Al-Qur’an merupakan ibadah. Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, baginya (pahala) kebaikan. Setiap kebaikan dilipatkan sepuluh kebaikan serupa. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, namun Alif satu huruf,Lam satu huruf dan Mim satu huruf”. (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim).
Membaca Al-Quran sudah menjadi tradisi kaum muslimin dimasa lalu hingga sekarang.  Sebuah tradisi yang secara turun temurun dapat terjaga dengan baik. Bahkan, pada perkembangannya telah banyak berdiri pondok pesantren yang khusus untuk menghafal Al-Qur’an.
Namun, kenyataanya saat ini  masih banyak remaja yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Tugas kita bersamalah untuk terjun  secara langsung di masyarakat. Melakukan dakwah untuk mengajarkan bagaimana membaca Al-Qur’an.
Tidak hanya sampai disitu saja, kita (penyuluh) dapat berperan aktif. Memberikan pengajaran membaca dan menulis Al-Qur’an melalui TPQ.  Proses ini harus tetap berjalan, mengingat masih ada yang belum mampu membaca dan menulis Al-Qur’an.
Mengajarkan Al-Quran sebenarnya bukan hanya menjadi tugas penyuluh Agama Islam dan guru ngaji saja.  Mengajarkan Al-Qur’an merupakan tugas kita semua.  Tugas setiap muslim untuk melakukan dakwah dengan cara mengajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an.

 

Keutamaan Membaca Al-Qur’an
            Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi manusia. Petunjuk bagi keselamatan dunia dan akhirat. Sebagai pedoman dan petunjuk manusia, Al-Qur’an mempunyai keutamaan saat membaca kitabullah tersebut. Beberapa keutamaan antara lain:
            Pertama, keutamaan membaca Al-Qur’an dan mengajarkan. Saat mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, seseorang akan mendapatkan nilai pahala yang tinggi. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: ’’sebaik –baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya’’. (H.R Bukhari).
            Kedua, memberi Syafa’at di Akhirat.  Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : ’’Bacalah Al-Qur’an Sebab ia akan datang memberikan syafaat pada hari kiamat bagi pembacanya’’. (H.R Ahmad).
            Ketiga, pahala seperti bersedekah. Rasulullah SAW bersabda : ’’orang yang membaca Al-Qur’an terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang- terangan, orang yang membaca Al-Qur’an secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi’’.( H.R Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i).
            Keempat, mendapatkan keberkahan. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi”. (Q.S. : 35; 29).
Setiap mukmin mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap Al-Qur’an. Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu adalah mempelajari dan mengajarkannya.  Karena belajar itu sangat penting dilakukan manusia. Sebab belajar adalah proses untuk mengetahui.
Oleh karena itu, khususnya Penyuluh Agama Islam spesialisasi Pemberantasan Buta Aksara Al-Qur’an, dapat berperan maksimal. Berada hadir ditengah-tengah masyarakat untuk mengajarkana bagaimana cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Melalui peran Penyuluh Agama Islam diharapkan dapat meningkatkan taraf kemampuan dalam membaca Al-Qur’an. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengajak anak-anak, remaja maupun ibu-ibu rumah tangga yang belum bisa membaca Al-Qur’an.

Mari, kita memperbanyak membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

                                               

Negara Batin, 27 Januari 2022


Rabu, 26 Januari 2022

Indahnya Berbagi


Oleh: Yusuf Sudarto
PAIN KUA Kec. Negara Batin

Tahukah kita, jika nilai berbagi ke sesama memiliki makna tertinggi? Berbagi ke sesama merupakan bentuk dari kesalehan sosial. Bentuk inilah yang menjadikan manusia mampu tunduk dan patuh atas semua perintah Allah SWT. Bentuk kepatuhan inilah yang mampu menyelamatkan manusia dari perbuatan dosa.
Dosa merupakan akibat dari tindakan salah yang dilakukan manusia. Tindakan yang melanggar ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT. Semua tindakan yang menyalahi aturan ilahi, konsekwensinya adalah catatan dosa yang kita terima. Pun sebaliknya, jika tindakan manusia mengikuti ketetapan Allah SWT, maka pahala yang akan diterimanya.
Kita mengetahui jika perintah untuk mendirikan sholat selalu dirangkaikan dengan perintah menunaikan zakat. Penegasan ini termaktub dalam Al-Qur’an. Secara eksplisit dapat kita baca bahwa sholat dan zakat adalah perintah yang wajib kita laksanakan. Jika kita mengingkari perintah zakat, maka keimanan yang ada patut dipertanyakan.
Rasulullah SAW dalam beberapa hadits yang shahih menjelaskan tentang kedudukan zakat. Kedudukan zakat dalam perspektif islam yaitu sebagai salah satu ibadah pokok. Zakat merupakan rukun islam yang ketiga, setelah syahadat dan sholat.  Dengan demikian menunaikan zakat merupakan bentuk mutlak keislaman seseorang.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 110 yang artinya: ”Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan kebaikan apa saja yang  kamu usahaan bagi dirimu tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”.
Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu rukun islam, zakat memiliki aturan yang mengikat. Aturan tersebut menjadi acuan dari proses tekhnis yang akan dilakukan. Mulai dari pembayaran zakat sampai pada pengeluarannya. Semua diatur dengan sangat jelas dan terperinci.
Tentu, aturan itu bukanlah untuk memberatkan manusia. Aturan tersebut merupakan pedoman penting untuk dilaksanakan. Dengan demikian, proses dan prosedur pelaksanaan zakat tidak menyalahi ketentuan nash yang sudah ditetapkan. Dalam konteks ini, keteraturan dan ketertiban akan dapat dirasakan bersama.
Sebagai penjelas dari uraian diatas adalah proses pembagian zakat. Dalam pembagian tersebut telah dijelaskan secara detail siapa yang berhak menerima zakat. Artinya tidak semua orang bisa menerima zakat dalam kehidupan sehar-hari. Hanya yang sesuai kriteria khusus yang berhak menerima zakat.
  Dalam Surat At-Taubah ayat 60, Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedan gdalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah.”.
Dalam tafsir ringkas Kemenag RI, sebagaimana dilansir tafsirweb.com, dijelaskan:
“Dan laksanakanlah salat sebagai ibadah badaniah dengan benar sesuai tuntunan, dan tunai kanlah zakat sebagai ibadah maliah, karena keduanya merupakan fondasi islam. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu berupa salat, zakat, sedekah, atau amal-amal saleh lainnya, baik yang wajib maupun sunah, kamu akan mendapatkannya berupa pahala di sisi Allah. Sungguh, Allah maha melihat dan memberi balasan pahala di akhirat atas apa yang kamu kerja kan. Dan mereka, kaum yahudi dan nasrani, berkata, tidak akan masuk surga kecuali orang yahudi atau nasrani. Itu hanya angan-angan dan mimpi-mimpi mereka. Katakanlah kepada mereka, wahai Muhammad, tunjukkan bukti kebenaranmu dengan alasan-alasan yang meyakinkan, jika kamu orang yang benar dalam anggapanmu itu. Ketahuilah, kamu tidak akan pernah dapat menunjukkan bukti itu!”.
Zakat, juga infaq, sedekah, dan sejenisnya merupakan ibadah yang utama dalam islam disamping pahala yang berlipat, zakat menjasi sarana penguat usaha hamba mendekatkan diri taqorrub kepada Allah dan mempererat tali solidaritas terhadap sesama.
Jika makna di atas diperhatikan dan dihayati secara maksimal, maka kehidupan ini akan menemui kebahagiaan. Kita akan dengan sadar mengeluarkan apa yang menjadi kewajiban kita. Sebab kita telah mengetahui makna zakat yang sesungguhnya.
Maka, pemaknaan zakat harus dilakukan dengan benar. Meyakini bahwa zakat merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Memberikan kepada sesama dari apa yang bukan hak kita. Jika hal ini sudah terjadi maka beragam manfaat akan dapat didapat, salah satunya adalah kesucian jiwa.
Kesucian jiwa melahirkan ketenangan batin bukan hanya bagi penerima zakat tetapi juga pemberinya karena kedengkian dan iri hati dapat tumbuh pada saat seseorang tak berpunya melihat orag yang berkecukupan, namun enggan mengeluarkan bantuan kedengkian ini melahirkan keresahan bagi kedua belah pihak sebagai ibadah yang sangat penting dalam agama islam.
Zakat menjadi media untuk meraih pahala yang di janjikan bagi para pembayarnya . Baik pahala di dunia maupun pahala di akhirat kelak. Ada lima pahala bagi orang yg melaksanakan zakat sebagai berikut: 
Pertama, akan mendatangkan hidayah atau petunjuk. Dengan petunjuk yang Allah SWT berikan kepada manusia, maka urusan duniawi akan dapat diselesaikan dengan mudah. Kedua, orang yang membayar zakat akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Alangkah berbahagianya manusia jika ampunan itu ada pada kita. Tentu kita harus mengakui bahwa manusia pasti pernah melakukan perbuatan dosa.
Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”. (Q.S; 5: 12).
Ketiga, akan dimasukkan kedalam surga. Keempat,. mendapat rahmat dan kasih sayang Allah. Kelima,. akan mendatangkan keberkahan dalam hartanya. Sudah tentu poin ini yang senantiasa manusia harapkan. Rasullah SAW telah bersabda, bahwasanya Dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda “ Sedekah {zakat } tidak akan mengurangi harta, tidaklah Allah menambah seorang hamba sebab pengampunanya [bagi orang lain] kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang tawadu’ karena Allah melainkan Allah angkat derajatnya.” .(HR. Muslim).
Berbagilah, karena sesungguhnya berbagi itu indah.

 

Negara Batin, 26 Januari 2022 


Selasa, 25 Januari 2022

Trend Narkoba di Kalangan Remaja



Oleh: Suci Wulandari
PAIN KUA Kecamatan Negeri Agung

Khamar dan segala macam jenisnya telah diharamkan secara jelas dan tegas dalam Al Quran. Namun, obat-obatan terlarang seperti narkotika tak disebutkan secara eksplisit dalam Al Qur’an maupun Hadis. Hal ini menjadi alibi bagi para pemakai narkoba yang menyatakan tak ada larangan baginya mengkonsumsi narkoba. Tentu, alibi tersebut salah, bukan?
Padahal  narkotika dan obat-obatan terlarang, seperti ganja, heroin, dan lainnya disebut dengan istilah mukhaddirat. Hukum mengonsumsi benda-benda ini, apa pun bentuknya, telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Tak ada satu pun ulama yang menyelisihkan keharaman mukhaddirat tersebut. Para ulama sepakat dengan keharaman narkotika.

Para ulama mengqiyaskan hukum mukhaddirat pada hukum khamar. Mereka berdalil dengan hadis yang dikemukakan Umar bin Khattab RA, "Khamar adalah segala sesuatu yang menutup akal." (HR. Bukhari Muslim). Jadi, narkotika masuk dalam cakupan definisi khamar seperti yang disebutkan Umar bin Khattab, RA.

Dalam konteks yang lebih luas, Rasulullah SAW bersabda. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di neraka Jahanam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barang siapa yang sengaja menenggak racun hingga mati maka racun itu tetap di tangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahanam dalam keadaan kekal selama-lamanya. Dan barang siapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada di tangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahanam dalam keadaan kekal selama-lamanya." (HR. Bukhari Nomor 5778 dan Muslim Nomor 109).

Menjadi sangat jelas dan tegas tentang keharamannya terkait khamar, narkotika dan obat-obatan terlarang lainya. Ketegasan hukum ini harus dimaknai sebagai bentuk kasih sayang yang Allah SWT berikan kepada manusia. Tentu, salah satu tujuanya adalah membahagiakan manusia itu sendiri.

Dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dijelaskan bahwa narkotkan  adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

Bila menilik dari sejarah narkoba dunia, awalnya manusia menggunakan narkoba untuk pengobatan. (Sebagai contoh ganja yang pada abad 19 digunakan untuk berbagai penyakit seperti insomnia, penyakit jantung dan infeksi. Tujuan awal adalah alasan medis dan demi pengobatan manusia.
Inilah realitas penyalahgunaan yang terjadi di dunia, bahkan di Indonesia. Begitu banyaknya kasus kasus penyalahgunaan narkotika terjadi. Mungkinkah masyarakat sudah mengabaikan tentang nilai moralitas dalam kehidupan?
Sebagai gambaran sederhana dan bisa kita saksikan di media sosial dan elektronik. peristiwa penangkapan selebriti nasional yang diakibatkan mengunakan narkotika. Dari rata rata selebriti yang tertangkap, sebagian besar adalah remaja atau dewasa muda. Sebut saja artis berinisial RN dan AP  yang kesemuanya adalah idola para remaja di Indonesia.
Seperti yang sedang terjadi sekarang, trend narkoba yang mulai merambah kalangan remaja di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.  pertanyaannya mengapa narkoba menjadi trend di kalangan remaja? Tentu jawabannya sangat beragam.
Bisa jadi jawaban itu mengenal sebagai alat penenang, ragam persoalan kehidupan, persoalan ekonomi bahkan persoalan cinta. Da juga yang berdalih hanya sekedar mencoba, rasa ingin tahu yang sangat besar. Dari situlah kemudian menjadi kecanduan.
Lantas dari mana mereka mengenal narkotika? Mungkin kita sudah tidak asing dengan kutipan,“jika kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka insya Allah  kita juga akan ketularan wanginya akan tetapi jika berteman dengan pandai besi maka akan tercium juga bau hangusnya”. Sama seperti itulah dahsyat nya sebuah circle pergaulan dan pertemanan.
Sifat manusia yang mudah terpengaruh dengan alam sekitar, menjadi poin tersendiri. Kemudian sifat ingin mencoba sesuatu yang baru menjadikan penyebab tersendiri. Artinya, begitu banyak pola yang dapat memengaruhi kita. Semuanya dikembalikan kepada kita bagaimana bersikap.
Seperti yang kita ketahui bersama pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan. Lalu, bagaimanakah masa depan akan gemilang, apabila calon pemimpinnya para pemakai narkoba? Hal ini menjadi tugas kita sebagai penyuluh agama islam khususnya spesialisasi Penyalahgunaan Narkoba dan HIV/AIDS.
Ini adalah tugas dari seluruh elemen bangsa. Bertindak sekaligus berbuat agar peredaran narkoba di kalangan pemuda dapat dihentikan. Berupaya dengan kesungguhan untuk memerangi narkoba. Melangkah bersama sama sekaligus bergandeng tangan memutuskan rantai narkoba di Indonesia.
Saya yakin, para penyuluh yang membidangi narkoba mempunyai beragam cara. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada kelompok binaan remaja dan pemuda adalah point penting. Menyampaikan dampak yang ditimbulkan adalah bagian yang juga tidak bisa dipisahkan dari proses penyuluhan kepada masyarakat.
Akhirnya, sebuah harapan hadir. Berharap agar generasi muda mampu berpikir jauh kedepan. Sebuah cita-cita dan impian akan dapat dengan mudah tercapai tanpa narkoba. Yakinlah tentang hal itu.

Say No To Narkoba!

 

Negeri Agung, 25 Januari 2022 


 



Senin, 24 Januari 2022

Menghitung Keberkahan


Ira Kartika
PAIN KUA Kecamatan Baradatu

Sering kali kita mengeluh dari pada berusaha untuk mensyukuri dan menikmati keadaan. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa kita sering mengeluh ? kita mengeluh karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita. Dan kita perlu menyadari bahwa hal ini akan terjadi hampir setiap hari dalam kehidupan. Yakni, sebuah kenyataan yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Dengan kondisi tersebut, kita selalu memikirkan kesulitan–kesulitan hidup. Aktifitas tersebut tentu sangat merugikan diri kita. Mulailah menghitung jumlah keberkahan demi keberkahan yang telah kita terima. Coba tanyakan kepada diri anda, jika anda memiliki dua orang teman, yang pertama selalu mengucapkan kata-kata positif dan yang kedua selalu mengelu, anda akan lebih senang berhubungan dengan yang mana ?
Saya yakin jawaban anda adalah teman yang pertama karena pada dasarnya semua orang senang berhubungan dengan orang-orang positif. Karakter ini adalah yang perlu dimiliki semua orang. Karakter yang didalamnya mempunyai motivasi untuk membangun, meneguhkan dan menguatkan.
Mengeluh hanya akan menguras tenaga dan membuang waktu kita dengan percuma. Menggerutu tidak akan pernah menyelesaikan persoalan, justru malah menambah beban. Demikian juga menyesali keadaan dari peristiwa yang terjadi. Semuanya hanya membuang waktu percuma.
Kata-kata positif memang tidak langsung mengubah keadaan. Namun setidaknya kita memiliki suasana hati yang lebih baik. Hati dan pikiran yang tenang akan membuat pribadi kuat dalam menghadapi masalah apapun. Seberat apapun cobaan, akan dengan ikhlas menjalani.
Jika kondisi diatas telah ada, maka sudut pandang kita akan terarah kepada pola berpikir positif. Sebab berpikir positif merupakan pola dari sebuah kerangka berfikir yang objektif. Hal ini sangat diperlukan manusia dalam menjalani aktivitas keseharian.
Menurut para ahli, berfikir positif adalah kemampuan berpikir seseorang untuk menilai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya, sebagai bahan yang berharga untuk pengalaman selanjutnya dan menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima. (Peale; 2006: 135).
Berpikir positif merupakan pikiran yang membangun dan memperkuat kepribadian dan karakter. Ini juga berarti bahwa kita bisa menjadi pribadi yang lebih matang, lebih berani menghadapi tantangan dan melakukan hal-hal yang sehat. (Sakina; 2008:2).
Jadi, berpikir positif merupakan sebuah sikap mental yang harus dijaga. berpikir positif akan mampu melahirkan sikap optimis, penuh keyakinan dalam menjalni proses kehidupan. dengan sikap tersebut, maka nilai-nilai kebajikan akan diperoleh manusia.
Kita harus optimis menghadapi persoalan kehidupan. Percayalah bahwa di balik semua hal yang kita sering keluhkan, pasti ada hal yang dapat kita syukuri. Bersyukur atas semua yang telah diberikan Allah SWT. Kita harus yakin bahwa, apapun yang telah diberikan adalah yang terbaik.
Dalam konteks yang lebih luas, kehiduapan dalam keluarga juga mengharuskan adanya sikap optimis. Berkeluarga merupakan bagian dari kehidupan yang juga memiliki persoalan tersendiri. Maka optimis yang disertai dengan bersyukur, akan menjadikan kehidupan yang baik.
Dalam hal bersyukur, Allah SWT, telah berfirman dalam Al Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”). (Q.S 14: 7).
Dalam ayat diatas, bersyukur merupakan perintah. Allah SWT memerintahkan agar manusia untuk selalu bersyukur. Jika hal ini dilakukan, maka janji Allah SWT akan memberikan tambahan nikmat kepada manusia.
Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan adalah langkah terbaik. Bersyukur diberikan keluarga yang harmonis. Bersyukur mampu melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan. Bersyukur mampu beraktifitas dalam dunia yang sementara ini.
Mulailah ambil waktu untuk bersyukur setiap hari bersyukurlah atas pekerjaan kita, kesehatan kita, teman-teman kita, keluarga kita atau apapun yang dapat kita syukuri. Apabila tidak dapat berkata-kata yang baik ada baiknya kita untuk tidak berkata-kata sama sekali.
            Bersyukurlah lebih banyak dan percayalah hidup kita akan lebih mudah dan keberuntungan hidup akan lebih mudah dan keberuntungan senantiasa selalau bersama kita. Kalau semakin banyak kita bersyukur atas apa yang kita miliki, maka akan semakin banyak hal yang akan kita miliki untuk di syukuri.
Sebaliknya, jika semakin banyak kita mengeluh atas masalah yang kita alami, maka jangan semakin banyak masalah yang kita alami untuk di keluhkan. Kehidupan ini tidak akan selesai dengan keluhan yang kita utarakan. Kehidupan ini membutuhkan perjuangan bukan hanya keluhan-keluhan yang tiada bermakna.
            Belajarlah berdiam diri sejenak dan setelah itu lihat apa yang akan terjadi. Jangan mengeluh jika mengalami kesulitan. Yakinlah bahwa kesulitan akan dapat kita atasi. Sebab kesulitan hidup adalah niscaya, tapi menyelesaikan kesulitan itu jauh lebih penting.
            Jika masalah menimpa kita, langkah terbaik adalah berdiam diri seraya menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Berdiam diri bukan bermakna pasrah total terhadap apa yang menimpa. Berdiam diri merupakan langkah yang tepat jika dibandingkan dengan berkeluh kesah.
            Dalam konteks ini, Rasulullah SAW telah bersabda, Barang siapa beriman kepada allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah”. ( HR. Bukhari dan Muslim )
          Poin pentingnya adalah usaha dengan sebaik-baiknya. Mengisi kehidupan ini dengan semaksimal mungkin. Mengisi kehidupan dengan nilai-nilai kebajikan yang berdasarkan Al Qur’an dan Hadist. Mengisi kehidupan ini dengan banyak memberikan manfaat kepada orang lain.
        Dengan demikian apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita, akan bermanfaat bagi kehidupan. Jika harta yang Allah SWT berikan, maka harta tersebut akan menjadi berkah. Jika keluarga, maka akan menjadi keluarga yang sakinah, mahadah Wa rohmah. Keluarga yang damai dipenuhi kasih sayang dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.
            Semoga.

 

Baradatu, 17 Januari 2022