Di sebuah acara, suatu perhelatan saya diminta melantunkan
doa, doa yang surat permohonannya memang
sudah diterima seminggu yang lalu,
Ini sebuah episode rutinitas ketika diminta untuk membacakan
doa tapi tetap saja saya harus mempersiapkan kan bukan hanya teksnya tetapi
juga batin saya, maka semenjak malam hari saya mulai membaca lembaran-lembaran
Alquran untuk menemukan kan apa yang ingin Allah katakan padaku hari ini
seperti inilah beban batin yang harus ditanggung di malam hari untuk
meringankan beban di siang hari, tak lupa tahajud untuk menguatkan batin yang
memang kadang luruh dengan keterbatasan.
Doa hari itu ku mulai dengan ucapan "ya Allah seburuk
apapun hamba dihadapanmu anugrahkan ampunan Mu kepada hamba "ya Allah
sehina apapun hamba dihadapanmu anugrahkan kepada hamba ampunanmu Mu Wahai Dzat
yang Maha Pengampun.
Bait doa di atas menuai interupsi dari seseorang yang hadir
di acara tersebut. Ini Bisa dipahami bahwa hidup seseorang tidak bisa terlepas
dari hatinya… sengaja senyum ku simpulkan hanya untuk menetralisir interupsi.
Ada beberapa catatan al Qurán tentang hati
Pertama Bagian
tubuh yang harus kita jaga agar kita tidak menyesal di kemudian hari, ataupun
tidak menyesal dimasa yang akan dating ialah dengan menjaga hati kita Qs. AL A’raf
ayat 179
179.
Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) …….
Urgensi hati dan
pemanfaatanya dalam kehidupan oleh diri seseorang merupakan tanggung jawab
pribadi kepada al Kholiq, karena hati itu non interfensi luar, boleh jadi
seseorang akan sulit sekali di tebak hatinya karena sangat mungkin antara hati
dan tampilan luar berbeda 180 0 , Cuma yang harus menjadi catatan
kita adalah hati itu tidak boleh lalai terhadap penciptanya, apalagi lupa
kepada penciptanya.
Kedua
Hati
itu tidak selamanya tersembunyi, karena dihadapan Allah hati seseorang akan Nampak
jelas bahkan, sekaligus menjadi bahan penilaian oleh Allah Swt, karena
sesungguhnya amal seseorang akan baik atau tidak, menjadi ibadah ataupun tidak
kesemuanya tergantung kepada hati kita, sebagaimana sabda Rasulullah
Dari Umar bin Khattab radhiallahu anhu, dia
berkata:
سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اِنَّمَا الْاَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوٰى
"Saya mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan, tergantung niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.
Lebih lanjut al Qur an menjelaskan, bahwa hati juga menjadi perhatian Allah Swt, maka hendaknya kita juga memperhatikan hati kita, karena ketika kita ber amal croos cek nya adalah hati kita, sebagimana Allah mengingatkan dalam al Qur an bahwa Allah Swt mengetahui isi hati Qs. Ali Imron ayat 29
29. Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ketiga semua ada hisab perhitungannya, ini seperti super hati hati atau super worning agar kita itu bijak dalam bertutur kata, bersikap dan ngebatin atau berbicara dengan hati, karena itu semua ternyata sudah menjadi agenda seorang mukmin agar ia berbuat dan bertanggung jawab dengan perbuatannya… tentu itu bukan perkara sederhana karena kita tentu akan bingung mencari alasan perbuatan kita suatu saat nanti, apalagi kalau ternyata kita lupa pada esensi perbuatan itu sendiri, sekedar mengutip ayat akan hal ini Qs. alIsra ayat 36
36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Ini
seperti al Qur an sedang berbicara dengan kita, agar kita lebih bijak, jangan
menganggap kebenaran diri itu absolute tetapi terbuka lah karena terbuka nya
diri merupakan sebuah ke hati hatian “Wallahu A’lam bi Showab (al fakir)