(Episode Satu)
Oleh: Munawar
Peserta Pelatihan Penguatan Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama.
Hmm...rayuan "si hitam" kembali menggoda untuk diseruput. Entah kopi yang keberapa setelah arunika meninggalkan semesta. Aku pun tidak berusaha untuk menghitungnya. Terlebih lagi jadwal kualifikasi Piala Asia 2023 sudah di depan mata. Partai "hidup mati" antara Timnas Indonesia vs Timnas Nepal. Tentu, aku berdoa agar kemenangan ada di pihak kita.
Eits, aku tentu tidak akan menguraikan tentang bola. Tulisan ini dan (selanjutnya) akan menelisik sisi lain dari kegiatan yang cukup bergengsi dari Penyuluh Agama. Kegiatan yangdiselenggarakan oleh Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tentang Pelatihan Penguatan Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama.
Pasti, ini bukan sebuah tulisan yang serius, namun hanya sekadar uraian cerita saat swastamita telah berlalu. Bagiku, pengabadian kegiatan ini cukup penting. Maka, seruputan kopi (menjelang dini hari) ini akan menisbahkan alur cerita yang "aduhai", ungkap Kang Ali Shodikin rekan sekamarku. Hehehe.
Ini
tentang nama. Ya, meskipun Shakespeare kekeh dalam "bait" what is a name. Tak apalah, toh aku masih mengabadikan nama kopi sebagai "teman sejati". Nah
titik persinggahan awal tersebut akan meluaskan daya jelajah dalam tulisan ini.
Sekali lagi, (kopi) merupakan salah satu barang yang wajib aku bawa saat bepergian. Ia telah
menjadi bagian ternikmat dalam sebuah ranah yang istimewa. Terlebih lagi tersaji pada saat
yang tepat. Sungguh, aku belum sanggup untuk melupakannya. Mungkin ibarat sebuah emosi
cinta yang membutuhkan penawar rindu.
Jika
rindu tersemaikan dengan sempurna, maka kaedah "kangen" akan
menemukan peraduannya. Rindu yang meluluhlantakkan ragam emosinal jiwa akan
dengan mudah terurai dengan sebuah pertemuan. Bukankah obat terbaik rindu
adalah pertemuan?
Kata
rindu, (sebenarnya) telah mengendap lama dalam diriku. Rindu untuk mendapatkan
kesempatan mengurai mimpi yang terekam dalam
persinggahan tugas negara. Berat memang, namun alur birokrasi akan memberikan kesempatan terbaik. Begitulah
keyakinanku saat itu.
Jalur
rindu ternyata menyemaikan ragam dimensi. Alur yang tercipta terkadang
melahirkan peristiwa tak terduga. Aku percaya bahwa takdir yang telah
ditetapkan adalah skenario final dari Sang Pengatur Kehidupan, meskipun aku juga tidak tahu alur takdir tersebut.
Sederhananya
adalah pertemuan dengan rekan "dunia maya". Rekan yang selalu eksis
dan "super sibuk" itu, adalah bagian anugerah yang tak terduga.
Tiada kesengajaan bertemuYunda Raudhah Tj. Maka, langkah terbaik adalah mengabadikan dalam
sebuah dokumen kebersamaan, meskipun huruf Tj masih menjadi misteri. Maukah menceritakannya duhai sang tutor?
Pun
juga, skenario takdir yang tengah berjalan, dipertemukan dengan Penyuluh-Penyuluh
Agama pilihan yang berbakat dari penjuru Nusantara. Bagiku ini adalah anugerah
terindah yang pernah ku miliki ala Sheila on seven. Hehehe.
Jika
penyatuan potensi dari individu-individu pilihan itu adalah bagian dari sebuah
takdir, maka penyatuan dalam kegiatan ini akan semakin meneguhkan kidung cinta
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Inilah
salah satu peran Penyuluh Agama yang siap menisbahkan dirinya untuk menjaga
kemajemukan yang ada. Bukankah kita berkewajiban untuk menjaga sendi sendi
persatuan itu? Maka, diklat ini menjadi sangat penting untuk menyemai kecintaan
itu dalam merawat kebhinekaan.
Jujur (dengan pede) aku nampak gagah dengan uniform hitam putih dan dasi merah yang melekat. Sudah
ratusan hari aku tidak mengenakan pakaian seperti itu. Terlebih lagi ikat
pinggang khas Korpri yang sudah (juga) bertahun-tahun tidak sempat terselip di
pinggang.Pengakuan terjujur tersebut sebenarnya bentuk lain dari kata sudah lama aku tidak diklat. Hehehe.
Hmm,
segelas kopi khas lampung ini, memberikan penyemangat untuk kembali mengikuti
alur diklat berikutnya. Kopi memang berwarna hitam namun terasa manis. Jika
ditambah gula, tentunya. Maka, untuk pembuktian itu, bergabunglah ke lantai
empat, tempat dimana "singgasanaku" berada.
Mari
kita ngopi dengan hati riang gembira. Yakinlah bahwa dengan kegembiraan itu nuansa kebersamaan akan tercipta erat. Aku percaya bahwa salah satu langkah terbaik dalam alur ini adalah memelihara kegembiraan itu.
Hidup Jayalah Penyuluh Kita.
Bersambung
Ciputat, 14 Juni 2022
Jaya
BalasHapusSatu kata Mantul....
BalasHapusTj di salah satu merk madu kemasan, yg dalam iklanny di ambasadori agnezmo brrti trunojoyo 😊
BalasHapus