Oleh : Munawar
Tabik.
Emersia Hotel, tentu masih kita ingat meskipun pelatihan telah usai. Akupun tentu belum bisa menghilangkan ingatan tentang kegiatan itu. Mungkinkah, kegiatan Peningkatan Kompetensi Penceramah Agama Islam akan mengabadi? Bertanyalah kepada Kang Sukron jika terkait tentang pengabadian itu. Pasti jawaban diplomatis akan menggema, “Opo iyo”. Hehehe.
Ah, begitu singkat pertemuan itu berlalu. Semuanya menciptakan jalan takdir masing-masing. Semuanya mengabadi dalam singgasana terbaik dalam bulir perjalanan sang waktu. Sungguh, begitu dahsyat perjalanan itu menghampiri jiwa-jiwa yang terpilih.
Lihatlah kebersamaan yang tercipta. Alur cerita mengalir dalam komunikasi yang tiada halangan dalam canda dan keakraban. Pertemuan itu menyisipkan beragam cerita yang tidak mungkin akan terulang kembali. Begitulah sirkulasi kehidupan yang telah tertata oleh Sang Maha Pengatur.
Kita adalah individu yang terpilih dalam penisbahan takdir itu. Aku meyakini bahwa suratan takdir yang tercipta merupakan anugerah terindah. Bukankah kedatangan kita bukan sebuah konsepsi kebetulan semata? Pun demikian dengan sajian kopi yang tersaji. Semuanya mengikuti ritme terindah dari alur semesta.
Tentu, tulisan ini hanyalah sebatas pengabadian sejarah yang terindah. Pertemuan dengan individu-individu hebat pasti memiliki alur takdir tersendiri. Minimal samudera pengetahuan akan membekali derap langkah selanjutnya. Ibarat kopi yang telah di seruput, kenikmatan itu akan hadir dengan sendirinya.
Aku mampu menguraikan kebahagiaan itu bersama detak nafas yang tercipta. Memahami beragam materi meniscayakan keterbukaan cakrawala berpikir yang khas. Pola ini sesungguhnya harus dipahami sebagai sebuah proses “untuk” dan “menjadi”. Dengan begitu, antrian saat makan siang akan memberikan nilai tersendiri.
Jika melihat kegembiraan Arini, maka sejatinya kegembiraan itu juga milik kita. Kegembiraan yang terindah akan melambungkan impian terindah dari pergulatan pengetahuan yang ada. Yakinlah bahwa, kegembiraan itu adalah bagian yang meneguhkan indahnya kehidupan.
Bola-bola pengetahuan telah menjadikan makna terbaik dalam tugas yang diemban. Keikhlasan para pemateri tentu akan melambungkan amalan terbaik. Sementara kita, mencoba untuk mengetuk pintu langit mengharapkan keberkahan pengetahuan yang telah diberikan. Bukankah begitu, duhai Muli Mesuji (Nurma)?
Arunika dan swastamita telah menjadi bagian sejarah yang tercipta. Demikian juga dinginnya AC kamar telah mempunyai cerita tersendiri. Maka, kombinasi dari ragam peristiwa tersebut harus dimaknai sebagai proses pembelajaran yang meniscayakan adanya keikhlasan tertinggi.
Aku yakin, Kang mas Rifai juga telah menisbahkan
diri dalam catatan malam bersama gemintang yang tak tersentuh. Percayalah bahwa,
gemintang pun adalah bagian dari siklus semesta yang tercipta. Benarkah?
Atas dasar itulah, pengetahuan tersebut mengharuskan kita mampu menahan diri. Dalam tulisan ini tentunya menjadikan filsafat termos sebagai bahan perenungan akan mampu meneguhkan sikap kestaria kita. Sikap inilah yang bisa dikedepankan untuk memaknai setiap dinamika yang ada.
Hmm, meskipun di kamar tidak tersedia termos, namun air panas tetap bisa dengan mudah didapatkan. Terlebih lagi saat sarapan tiba. Beragam menu tersaji dengan begitu banyak
. Nah, apakah Widya akan menghabiskanya semua? Tentu tidak bukan. Ada bagian individu lainnya yang akan turut bersama dalam waktu yang mungkin juga sama.
Begitulah. Meskipun lautan hanya mampu memberikan keindahan pada pandangan mata, namun tetap indah untuk dinikmati. Anugerah Sang Pencipta yang telah memberikan kenikmatan itu mampu meneguhkan materi yang telah diberikan.
Ketukan kebersamaan dalam membuka pintu langit, akan membersamai segala asa yang bersemayam dalam setiap raga. Dari sinilah aliran kebermanfaatan akan menghantarkan masyarakat semakin mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tentu, untaian terimakasih terhaturkan kepada Panitia Kegiatan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung. Pun demikian, salam hormat kepada seluruh pemateri yang telah transfer of knowledge. Semoga keberkahan ada dalam pengetahuan yang telah teruraikan.
Catatan penghabisan yang membuatku penasaran adalah, siapakah pemilik senandung merdu itu di ruangan sebelah? yang pasti, bukan suaraku, karena aku tak yakin jika suaraku mampu menghantarkan tidur malam.
Siapakah pemilik suara itu, duhai Yai Bukhori?
Bandar Lampung, 10 Juni 2022.
Mantabb.... Barokalloh ...
BalasHapussiap
Hapus