Kamis, 04 Februari 2021

Membelai Rindu

 


Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan

Akhirnya, pagi yang cerah kembali hadir. Hari dimana hujan tidak lagi turun. Hari yang sangat mengasyikkan dengan kehadiran tiga tamu istimewa. Sungguh, sebuah kehormatan terbaik, Kang Bahrul, Mang Eka dan Adinda Hidayat dapat menemani ku menyelesaikan tugas negara, bersama Pak M. Ali. Sungguh, sebuah kebahagiaan hadir tersendiri, sebagaimana bahagianya aku menggunakan seragam “kehormatan” PAI.

Meskipun protokol kesehatan tetap berlaku, namun semangat mengabdi untuk bangsa dan negara tetap ada. Masker senantiasa menutupi sebagian wajah kami. Namun tidak mengurangi komunikasi dalam melaksanakan tugas. Pun demikian dengan hand sanitizer selalu setia menemani.

Asyik memang hidup di Way Kanan, sebagaimana tagline nya "Way Kanan Asyik". Asyik dapat berjumpa “kembali” dengan kawan-kawan Penyuluh. Berkomunikasi menyambung cerita. Tentu dengan jaga jarak telah di tentukan dan sekaligus menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat. Menjaga dan menerapkan 5 M adalah bagian yang wajib di laksanakan. Berjumpa dan bersua sambil menikmati kopi buatan kawan termuda. Hehehe.

Oh ya, tadarus Al-Quran adalah kegiatan wajib untuk mengawali sebuah kegiatan. Dengan hal ini, maka secara tidak langsung akan menjawab sebuah pertanyaan, apakah penyuluh bisa "membaca" Al-Quran. Nah ternyata terjawab. Bisa dan mantap. Hal yang "agak" mengejutkan adalah ternyata ada yang sudah hafal. Ini luar biasa, dan sudah seyogyanya begitu.

Pak Ketua Pokjaluh mengawali dengan mengajak bersama-sama membaca “Ummul Kitab”. Sebuah surat yang senantiasa wajib di baca dalam setiap sholat. Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Al-Baqoroh ayat 1-5. Merdu dan meyakinkan. Kemudian secara bergiliran membaca ayat berikutnya. Bagianku adalah yang terakhir, sekaligus meyakinkan sebuah “bacaan” yang terdengar.

Tentu, tadarus Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an atau istilah lainya, merupakan sebuah kegiatan yang sangat dianjurkan. Bahkan Rasullullah SAW, menganjurkan untuk menghiasi rumah kita dengan bacaan Al-Qur’an. Maka, tidak mengherankan jika muncul gerakan tadarus berjamaah di grup resmi PAI Kemenag Way Kanan, ataupun untuk level provinsi Lampung.

Kegiatan hari ini, -bagiku-  harus dimaknai sebuah kebersamaan. Kesadaran akan makna ini adalah bahwa menjadi bagian dari keluarga besar Kementerian Agama harus senantiasa dirawat. Salah satu cara merawat -menurut ku juga- adalah dengan cara menjalin silaturahmi. Ini penting dan "wajib" dilaksanakan.


Contoh sangat sederhana adalah hari ini, dimana Kang Bahrul bisa bertemu Mang Eka dan Adinda Hidayat. Ini luar biasa. Ketiganya bercerita ngalor ngidul untuk sebuah awal komunikasi. Sebuah moment yang -bisa jadi- tidak akan terulang sepanjang jaman.

Nah, dalam silaturahmi ini, minimal senyuman dan tegur sapa terjadi. Pun dengan "ngopi" bareng terjadi. Sungguh asyik nan menggembirakan. Aku bahagia melihat kawan-kawan sehat dan mampu berbagi kebaikan. Inilah mengapa, sebuah “kerinduan” akan pertemuan kerap terjadi. Namun, karena kondisi pandemi yang belum berakhir, maka semuanya serba terbatas. Termasuk hari inipun sangat terbatas.

Maka, pembinaan hari ini sungguh sayang jika tidak diabadikan deng "sempurna". Sayang jika tidak " menjepret" moment mengaji. Sayang juga jika tidak membaur dengan canda tawa yang renyah. Dan lebih sayang lagi kalau semua dilewatkan begitu saja. Dengan  demikian, pengabadian momen hari ini akan menjadi lebih bermakna.

Ah, ternyata dibalik sebuah "misteri" masalalu terdapat "mutiara" yang bisa dijadikan sebuah energi. Ya, sebuah energi kebersamaan untuk melengkapi "struktur" yang belum sempurna. Ini adalah bagian inti untuk sebuah "kesempurnaan" duniawi. Inti dari sebuah kehidupan dalam kebersamaan. Inti membesarkan “nama” Penyuluh Agama Islam secara bersama-sama.


Sungguh ”beruntung” kawan-kawan yang hari ini bisa bersilaturahmi  ke Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan. Banyak hal baru yang bisa dimaknai dalam  sebuah cerita hari ini. Semangat mengabdi untuk "menuntaskan" tugas Penyuluh Agama Islam, dan sekaligus membersamai dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. So, Adinda Hidayat sudah mendengarkan bahwa sebuah kebersamaan wajib untuk di rawat dengan sebuah kebersamaan juga.Hehehe.

Akhirnya, dengan "berat hati" aku melepaskan "kepergian" menuju keluarga tercinta. Sebuah pesan mendalam tersampaikan saat Ketua Pokjaluh membersamai. "Terimakasih dan sukses selalu".


Ah, waktu begitu cepat berlalu, padahal kebersamaan masih aku “rindukan”. padahal aku masih ingin membelai rindu.

 

Hidup Jayalah Penyuluh Kita.

Blambangan Umpu, 04 Februari 2021


10 komentar: