Akhirnya, pagi yang cerah kembali hadir. Hari
dimana hujan tidak lagi turun. Hari yang sangat mengasyikkan dengan kehadiran
tiga tamu istimewa. Sungguh, sebuah kehormatan terbaik, Kang Bahrul, Mang Eka
dan Adinda Hidayat dapat menemani ku menyelesaikan tugas negara, bersama Pak M.
Ali. Sungguh, sebuah kebahagiaan hadir tersendiri, sebagaimana bahagianya aku
menggunakan seragam “kehormatan” PAI.
Meskipun protokol kesehatan tetap berlaku,
namun semangat mengabdi untuk bangsa dan negara tetap ada. Masker senantiasa
menutupi sebagian wajah kami. Namun tidak mengurangi komunikasi dalam
melaksanakan tugas. Pun demikian dengan hand
sanitizer selalu setia menemani.
Asyik memang hidup di Way Kanan, sebagaimana tagline nya "Way Kanan Asyik".
Asyik dapat berjumpa “kembali” dengan kawan-kawan Penyuluh. Berkomunikasi menyambung
cerita. Tentu dengan jaga jarak telah di tentukan dan sekaligus menerapkan
protokol kesehatan yang cukup ketat. Menjaga dan menerapkan 5 M adalah bagian
yang wajib di laksanakan. Berjumpa dan bersua sambil menikmati kopi buatan
kawan termuda. Hehehe.
Oh ya, tadarus Al-Quran adalah kegiatan wajib
untuk mengawali sebuah kegiatan. Dengan hal ini, maka secara tidak langsung
akan menjawab sebuah pertanyaan, apakah penyuluh bisa "membaca" Al-Quran.
Nah ternyata terjawab. Bisa dan mantap. Hal yang "agak" mengejutkan
adalah ternyata ada yang sudah hafal. Ini luar biasa, dan sudah seyogyanya
begitu.
Pak Ketua Pokjaluh mengawali dengan mengajak
bersama-sama membaca “Ummul Kitab”. Sebuah surat yang senantiasa wajib di baca
dalam setiap sholat. Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Al-Baqoroh ayat
1-5. Merdu dan meyakinkan. Kemudian secara bergiliran membaca ayat berikutnya. Bagianku
adalah yang terakhir, sekaligus meyakinkan sebuah “bacaan” yang terdengar.
Tentu, tadarus Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an atau istilah lainya, merupakan sebuah kegiatan yang sangat dianjurkan. Bahkan Rasullullah SAW, menganjurkan untuk menghiasi rumah kita dengan bacaan Al-Qur’an. Maka, tidak mengherankan jika muncul gerakan tadarus berjamaah di grup resmi PAI Kemenag Way Kanan, ataupun untuk level provinsi Lampung.
Kegiatan hari ini, -bagiku- harus dimaknai sebuah kebersamaan. Kesadaran akan makna ini adalah bahwa menjadi bagian dari keluarga besar Kementerian Agama harus senantiasa dirawat. Salah satu cara merawat -menurut ku juga- adalah dengan cara menjalin silaturahmi. Ini penting dan "wajib" dilaksanakan.
Contoh sangat sederhana adalah hari ini,
dimana Kang Bahrul bisa bertemu Mang Eka dan Adinda Hidayat. Ini luar biasa. Ketiganya
bercerita ngalor ngidul untuk sebuah
awal komunikasi. Sebuah moment yang -bisa jadi- tidak akan terulang sepanjang
jaman.
Nah, dalam silaturahmi ini, minimal senyuman
dan tegur sapa terjadi. Pun dengan "ngopi" bareng terjadi. Sungguh
asyik nan menggembirakan. Aku bahagia melihat kawan-kawan sehat dan mampu
berbagi kebaikan. Inilah mengapa, sebuah “kerinduan” akan pertemuan kerap
terjadi. Namun, karena kondisi pandemi yang belum berakhir, maka semuanya serba
terbatas. Termasuk hari inipun sangat terbatas.
Maka, pembinaan hari ini sungguh sayang jika
tidak diabadikan deng "sempurna". Sayang jika tidak "
menjepret" moment mengaji. Sayang juga jika tidak membaur dengan canda
tawa yang renyah. Dan lebih sayang lagi kalau semua dilewatkan begitu saja. Dengan
demikian, pengabadian momen hari ini
akan menjadi lebih bermakna.
Ah, ternyata dibalik sebuah "misteri" masalalu terdapat "mutiara" yang bisa dijadikan sebuah energi. Ya, sebuah energi kebersamaan untuk melengkapi "struktur" yang belum sempurna. Ini adalah bagian inti untuk sebuah "kesempurnaan" duniawi. Inti dari sebuah kehidupan dalam kebersamaan. Inti membesarkan “nama” Penyuluh Agama Islam secara bersama-sama.
Sungguh ”beruntung” kawan-kawan yang hari ini
bisa bersilaturahmi ke Kementerian Agama
Kabupaten Way Kanan. Banyak hal baru yang bisa dimaknai dalam sebuah cerita hari ini. Semangat mengabdi
untuk "menuntaskan" tugas Penyuluh Agama Islam, dan sekaligus
membersamai dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. So, Adinda Hidayat sudah
mendengarkan bahwa sebuah kebersamaan wajib untuk di rawat dengan sebuah
kebersamaan juga.Hehehe.
Akhirnya, dengan "berat hati" aku melepaskan "kepergian" menuju keluarga tercinta. Sebuah pesan mendalam tersampaikan saat Ketua Pokjaluh membersamai. "Terimakasih dan sukses selalu".
Ah, waktu begitu cepat berlalu, padahal
kebersamaan masih aku “rindukan”. padahal aku masih ingin membelai rindu.
Hidup Jayalah Penyuluh Kita.
Blambangan Umpu, 04 Februari 2021
Hidip jayalah penyuluh kita
BalasHapusyes...jaya bersama-sama
Hapusآمين يا رب العالمين
HapusHidup jayalah penyuluh kita
BalasHapusbiar semakin jaya, mari kita bsarkan PAI secara bersama-sama ya
HapusMantapppp,,
BalasHapusmantap jika bersama-sama....bukankah begitu?he
HapusKuat bersama
HapusSiiiiippppp
BalasHapussemoga sehat selalu
Hapus