Kamis, 25 Februari 2021

Memaknai Sebuah Proses


Oleh: Munawar, S.Fil.I
PAI Fungsional Kemenag Kab. Way Kanan


Hari ini aku berbahagia. Betapa tidak, “Kakek Segala Tahu” hari ini berkantor di Kemenag Kabupaten Way Kanan. Dengan sukarela, mendaftarkan diri untuk melaksanakan tugas piket yang hanya satu tahun sekali. Sebuah kesempatan yang sangat berharga untuk membuktikan “cinta” nya kepada label Penyuluh Agama Islam.

Dengan modal “cinta”, tidak peduli jarak tempuh yang cukup jauh. Negara Batin-Blambangan Umpu merupakan tempat yang tidak dekat untuk di tempuh oleh individu yang berumur 46 tahun ini. Namun dengan semangat yang luar biasa, akhirnya jam 07.29 WIB sudah berada di Kantor Kemenag Way Kanan. Luar biasa dan sungguh mengagumkan, dengan berkendara motor dan menempuh waktu dua jam, sepagi ini sudah bersiap mengabdi.

Dialah Pak Yusuf Sudarto. PAI Non-PNS asal Kecamatan Negara Batin. Sebuah julukan melekat padanya. "Kakek Segala Tahu". Entah mengapa penyematan itu terasa “nikmat”. Tumpengan pun tidak dilakukan. Ah...cukup bermodal eksis sudah meraih itu semua. Maka, tak mengherankan jika beliau menjadi salah satu “penyemangat” dalam sebuah pengabdian.

Begitulah, sebuah oase dalam bentuk pengabdian. Piket. Cukup sederhana namun penuh makna. Bak sebuah kerinduan, kedatangan para PAI Non-PNS merupakan peristiwa yang bersejarah. Bercerita tentang banyak hal. Pun sekaligus mengobati rindu yang bersemayam. Rindu akan sebuah pertemuan. Hmm....

Kebahagian terasa lengkap, dengan hadirnya “filosof” kecil. Mas Susanto. Nuansa ceria tercipta dengan sebuah suguhan pengetahuan yang dinamis. Dua sahabat yang saling melengkapi hadir, menjalankan misi “sukarela” pagi ini. Sungguh beruntung, Allah SWT masih memberikanku sebuah kesempatan untuk melepas sebuah kerinduan.

Hmm...meskipun sebuah konsep sukarela, namun proses pembinaan tetap berjalan. Tadarus Al-Qur’an bersama merupakan sebuah kewajiban pasti. Hal ini tidak boleh di tawar lagi. Terlebih lagi Pak Ketua Pokjaluh dengan senang hati mengawali sebagai pembuka. Ini merupakan sebuah langkah “strategis” untuk menghadapi kegiatan yang akan berjalan.

Maka, kehadiran dua kawan ini menggelitik pikiranku untuk menulis. Ya, aku ingin menulis sebuah kalimat bagai endapan embun pagi yang “sempurna” pagi tadi. Sebuah goresan yang akan aku maknai sebagai sebuah proses “mengabadikan” momen yang cukup langka. Aku berharap, ungkapan ini mampu membuat tersenyum dan penyemangat. Minimal menikmati hari ini dengan keceriaan. Meskipun tidak selamanya kata dan kalimat mampu mewakili ekspresi kebahagiaan itu.

Aku cukup bahagia membawakan sajian atas pemberian tahun lalu. Sebuah pemberian untuk dinukilkan dalam kisah “the dreams of feature”. Selain bisa dinikmati, nukilan tersebut juga bisa dimaknai untuk sebuah proses “menjadi” dan “untuk”. Begitulah ujar sang “filosof” kecil itu bercerita. Beruntung saja, hari ini setangkai bunga “imajinasi” tidak terbawa. Sebab bunga itu akan mengaburkan makna “nda” dalam pahatan lelucon Bumi Ramik Ragom.

Inilah “bahaya”-nya jika “kakek segala tahu” bertemu “filosof” kecil. Semua etalase terbuka dengan “sempurna”. Memang cukup mengasyikkan jika pemaknaan “tafsir” diambilkan melalui kacamata “grup sebelah”. Namun, akan menjadi berbeda jika pemaknaan ini memakai sudut pandangan “singkong rebus”. Ya, singkong rebus. Hasil sebuah proses yang panjang karena melewati dua buah musim.

Begitulah gaya menikmati “singkong rebus” ala semesta raya. Gaya ini mengajarkan kepada kita bahwa alam semesta telah memberikan kita sebuah pelajaran berharga. Sebuah pelajaran tentang semak belukar, sungai, samudera dan bunga yang merekah. Semesta juga mengajari bagaimana pentingnya menjaga sebuah komitmen pengabdian.

Namun, semesta pun mengajari tentang sebuah misteri. Maka, langkah terbaik untuk belajar kepada semesta adalah “menelan” rasa takut. Sebab rasa takut “akan” dan “menjadi” harus dihadapi dengan kekuatan jiwa raga. Oleh karena, rasa takut adalah sebuah keniscayaan, tapi menghadapi rasa takut adalah keharusan.

Inilah mengapa, Ketua Pokjaluh –M.Ali-, memberikan dorongan spiritual agar para PAIF dan PAI Non-PNS jangan merasa mempunyai “dunia” sendiri-sendiri. Karena pada hakekatnya kita (PAIF dan PAI) adalah bagian dari keluarga besar Kementerian Agama Republik Indonesia. Sudah seyogyanya, rasa bangga mempunyai “rumah besar” itu dirawat dengan sebaik-baiknya.

Maka secara tidak langsung singkong rebus itu mengajari sebuah proses. Diawali dari Negara Batin. Jauh memang untuk mendapatkan sebuah bibit. Harus melalui  sungai, kebun karet, pasar dan juga tugu patung Ryacudu. Kemudian, melalui serangkaian proses, jadilah sajian utama hari ini. Kembali lagi  “ke perut” Negara Batin.

Memang benar, mengabdi adalah bagian dari sejarah kita hari ini. Sebuah kesempatan yang tidak semua orang mendapatkanya. Masih banyak yang berharap menjadi bagian dari keluarga besar Kementerian Agama. Maka,-sekali lagi- masa bhakti 2020-2024 dapat dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengisi pengabdian itu. Tentu, semua yang dilakukan PAIF dan PAI Non-PNS ada aturan mainya. Juga, tentunya jangan –sekali lagi, jangan- mengikuti atau terlibat dalam ormas yang sudah di larang pemerintah. Jika (poin) terakhir itu dilanggar, maka “kakek segala tahu” akan memberikan  “kode” agar sebuah tindakan keras diberlakukan.

Aha.... ternyata singkong rebus tidak mampu memberikan kenyamanan di perut. Butuh sebuah “asupan” rutin untuk kenyamanan itu. Beruntung “tukin” pak Ketua sudah berbunyi “ting”. Sebuah kode dari 3355. Maka, kenyamanan siang ini tercapai melalui “kemuliaan” Ketua Pokjaluh.

Hmm, sebuah moment sudah tercipta. Sejarah kamis di bulan Februari dua ribu satu telah tercatat secara “paripurna”. Tentu, kesempurnaan itu akan semakin bermakna jika, bulan berikutnya ada “relawan” yang bersedia –kembali- “menemani” di sebuah ruang Penyuluh Agama Islam.

Terimakasih Pak Yusuf dan Pak Susanto. Sudah menjadi bagian sejarah hari ini. Berharap apa yang diberikan dapat dipelajari. Khususnya Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Nomor 298 tahun 2017, KMA Nomor 769 tahun 2018 yang dirubah melalui KMA Nomor: 53 Tahun 2019 atau peraturan lain yang terkait dengan PAI Non-PNS.

Hmm....sungguh beruntung, ada sesuatu yang tiba-tiba terlintas. Apakah itu? Pastinya bukan Ciwul, eh Tiwul. Bukan pula “cerita” kacamata plus yang retak. Bukan juga soal bagaimana cara membuat PDF. apalagi sebuah ketentuan “yang muda” yang “melayani”. Bukan itu. Hehe.

Tapi, sebuah Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2019 tentang Majelis Taklim. Pada Bab II pasal 6 nomor satu disebutkan bahwa Majelis Taklim harus terdaftar pada Kantor Kementerian Agama. Inilah yang menjadi “menu tambahan” dalam program pembinaan hari ini.

Akhirnya, “kakek segala tahu” sudah mendapat kode. Sang “filosof” kecil juga sudah tidak sabar untuk menghitung tingkat keasaman air sumur. Maka, dengan tanpa isak air mata, aku “menghantarkan” sampai berkendara. “see you. May Allah bless you”. Dan keduanya “menghilang” dengan jejak yang terekam “abadi”.

Hidup Jayalah Penyuluh Kita.

Way Kanan, 25 Februari 2021


Jumat, 12 Februari 2021

Diskusi: Perspektif Grup

 



Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan

Hari ini sang surya tak menampakkan diri. Cuaca mendung dengan hujan rintik-rintik. Pagi tanpa sinaran mentari sekaligus beriringan dengan gerimis yang tidak terlalu sering. Situasi ini sangat mengasyikkan untuk ngopi di rumah, terlebih lagi hari ini adalah hari libur nasional. Imlek.

Ingin rasanya pergi ke kebun, namun kondisi tak mengizinkan. Alhasil, kopi yang sudah terseduh senantiasa menggoda untuk diseruput. Sesekali melihat progres kemunculan berita di handpone. Ternyata, informasi Via WhatsApp cukup “progresif” untuk sebuah momen yang pagi hari.

Ah, kopi ini belum habis pikirku. Selintas berfikir untuk mengamati secara khusus pada empat grup yang menarik. Minimal pagi ini. Salah satu grup tersebut adalah grup kawan-kawan penyuluh. Jika meruntut kata Imam Muzaki, “grup sebelah” atau ala Dana Kristiyanto adalah “grup tetangga”. Hehehe.

Berawal dari penyuluh yang terbiasa share dan biasa “screnshoot”, Mr. Yusuf Sudarto. Seorang penyuluh yang sedikit “multi talenta”, meneruskan (mengabarkan) tentang amaliyah bulan Rajab. Ini sebagai penginggat bersama jika Sabtu 13 Februari 2021 sudah memasuki satu Rajab. Mungkin begitulah maksud hati ingin menyampaikan.

Tak lama, pak ketua menyambut dengan sebuah “pancingan” dialektika. Menarik. Terbatas pada sebuah dialektika untuk sebuah pengetahuan. Bukan untuk perdebatan. Statemen ketua juga perlu di garis bawahi bahwa diskusi tersebut bukan sebuah “pertempuran ide”, melainan hanya sekedar tadzkirah agar kita bisa saling meningatkan. Logis menurut kacamata berfikirku.

Sambil menyeruput kopi –lagi- iseng-iseng aku bertanya dalam hati. Adakah respon dari kawan-kawan terkait topik ini. Aku berharap ada. Artinya opini diatas di sambut dengan baik. Bagiku itu sudah bisa dimaklumi, mengingat kesibukan, sinyal ataupun data yang kadang-kadang “menghambat” aktivitas penyuluh.

Secara garis besar, diskusi berawal dari kalimat di bawah ini. Sumber ini berasal dari konten yang di share Pak ketua.

“sekedar mengingatkan, dan menginformasikan bahwa besok hari Sabtu tanggal 13 Februari 2021 bertepatan tanggal 1 Rajab 1442 H. Bagi yang mengerjakan puasa 3 (tiga) hari diawal Rajab, seakan ibadah 2 (dua) tahun (Sabtu, Ahad dan Senin). Bagi yang mengerjakan tiga hari berturut-turut maka pahala ibadah 700 tahun. Bagi yang mengingatkan orang lain tentang puasa seakan  ibadah delapan puluh tahun. Subbnanalloh.Begitu mulya dan indahnya bulan Rajab”

Sekilas, aku “menyimpulkan” bahwa kemungkinan pak ketua memilih poin yang mengingatkan. Pendekatanku adalah analisa bahasa “bagi yang mengingatkan orang lain”. Hmm...cukup cerdik nih pak Ketua, hanya mengingatkan –menurut tulisan diatas- sudah mendapatkan “predikat” seakan ibadah delapan puluh tahun. Kalaupun begitu, bolehlah Ust. Din Hadi juga mengingatkan ke semua PAI biar “predikat” itu juga hadir dan melekat pada Ketua FKPAI.Hehehe.

Lama juga aku memperhatikan apa yang di share oleh pak Bukhori. Dengan teliti aku perhatikan. Dengan seksama aku melihat. Sebuah tulisan yang memang tidak asing lagi. Tulisan arab. Tulisan yang diambilkan dari sebuah kitab. Tulisan yang membutuhkan waktu –bagiku- untuk membaca. Apalagi memahami. Secara teliti, aku baca sampai akhir, tidak juga aku temukan terjemahanya. Ups.....

Dengan keterangan yang disampaikan bahwa jika merujuk dalam keterangan itu tidak tertulis hitungan 700/80. Ini yang disampaikan oleh Pak Bukhori. Demikian juga, jika Ust. Din Hadi sempat membaca, -mungkin- pembacaanya sama, tidak ada keterangan hitungan 700/80. Bukankah begitu pak M. Ali? Nah kalau aku membacanya, aku hanya mendapati angka yang cukup banyak nih, 1439. Bukankah itu angka yang banyak jika dibandingkan dengan angka 17?. Entahlah.Hehehe.

Ust. Din Hadi langsung bergerak cepat untuk menjawab pertanyaan Pak Ketua. Bahwa tulisan itu tertera di dalam “Alfiqu Al Islam Wa Adhilatuhu  Muallif Dr. Wahbah Adzuhaili Hal. 232”. Nah, ternyata pernah “bersentuhan” dengan kitab itu. Bagiku ini luar biasa. Mengapa? Karena Syekh Wahbah Adzuhaili merupakan salah satu ulama fiqih Kontemporer kelas dunia.

Sekali lagi, kopi ini belum habis. Gerimis sedikit mereda. Bayanganku langsung ke Pak Yusuf dan Kang Dana plus moderator Imam. Dengan sedikit bertanya, kira-kira apa makna “muallif” itu ya. Mungkin spontan akan bisa terjawab pertanyaan yang tidak esensi itu.

Nah, menambahkan dari apa yang disampaikan Ust. Din Hadi bahwa Syekh Wahbah Adzuhaili dalam kitab tersebut juga memasukkan puasa di bulan-bulan Haram ( Muharram, Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah) termasuk puasa yang disunahkan (tathawwu). (Juz 2. 591.Dar Al-Fikr).

Menurut Syekh Wahbah Adzuhaili bahwa puasa merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan dapat menjauhkan diri dari azab-Nya, yang akan menimpa akibat maksiat-maksiat yang kadang ia lakukan. Dengan melakukan ketaatan kepada Allah, seorang mukmin dapat beristiqomah diatas kebenaran yang disyariatkan oleh-Nya. Puasa merupakan training center terbesar bagi ahlaq. Disana seorang mukmin melatih diri dengan berbagai budi pekerti. Sebab, puasa adalah melawan hawa nafsu dan dorongan-dorongan setan yang terkadang menggodanya. (Az-Zuhaili, 2008).

Meskipun cukup singkat dalam sebuah diskusi terbatas, namun menggembirakan. Ada istilah dari ketua FKPAI. Penyuluh yang berkompeten. Nah, dapat aku “tafsirkan” dengan luas, makna kompeten itu. Bisa berarti bahwa Penyuluh yang tahu meletakkan posisi. Penyuluh yang menguasai pengetahuan, profesional dalam bertugas. Penyuluh yang memahami sebuah peraturan dan regulasi. Penyuluh yang “dewasa”. Penyuluh yang bertanggungjawab. Ah....masih banyak nih “tafsiran” bebasnya. Hehehe.

Ah, biarkan “pengompor” eh moderator menutupnya. Dengan bahasa “tinggi”, bahwa Bahsul Masail di tutup dengan sebuah kesimpulan bahwa puasa rajab untuk meminta pengampunan dan menyempurnakan puasa yang wajib yang kurang sempurna.

Selamat “menikmatii” bulan Rajab esok. Jangan lupa mengingatkan –ala “share” pak ketua. Plus bermunajat apa yang sudah di share pak Yusuf pada poin satu. Memperbanyak doa. Allahumma bariklana fi Rajaba waa Sya’bana, wa Baligna Ramadona.

Ah...bisa jadi, Kamis minggu terakhir bulan Februari 2021 ini tidak jadi mentraktir makan siang saat piket. Atau sekedar ngopi bareng ama pak Yusuf. Aku berharap beliau puasa, meskipun menempuh perjalanan “jauh” Negara Batin-Blambangan Umpu. Aku juga berharap jangan keluar kata ruksyoh karena perjalanan yang “mengasyikkan” itu, sehingga menjadi tidak puasa. Sebuah alasan. Musafir.

 

Hidup Jayalah Penyuluh Kita.

Blambangan Umpu, 12 Februari 2021

 

 

 

 

 

 

 

 


Kamis, 11 Februari 2021

Laporan Pembinaan, 11 Februari 2021

 

LAPORAN KEGIATAN PEMBINAAN

PAI KEMENAG KAB. WAY KANAN

 

1. Dasar           : Surat Kasi Bimas Islam Nomor: B-84/KK.08.08.1/BA.00/2021  

                           tentang Jadwal Pembinaan tanggal 02 Februari 2021.

 

2. Laporan Kegiatan

a. Hari, Tanggal dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tanggal, 11 Februari 2021 di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan.

 

 b. Petugas  Pembina

NO

NAMA

JABATAN

KET

1

M. Ali, S.Ag., MM

PAIF Kemenag Way Kanan

 

2

Munawar, S.Fil.I

PAIF Kemenag Way Kanan

 

 

c. Peserta Pembinaan

NO

NAMA

TEMPAT TUGAS

KET

1

Bahrul Ulum, S.Sos

KUA Kec. Bahuga

 

2

Dana Kristiyanto, S.H.I

KUA. Kec. Negeri Agung

 

3

Suci Wulandari,S.H

KUA. Kec. Negeri Agung

 

 

3. Kegiatan Pembinaan

1. Tadarus Al-Qur’an;

2. Mengisi Form dan Blanko Laporan Kinerja Harian;

3. Memeriksa kelengkapan laporan Bulanan PAI Kec. Negeri Agung

4. Memberikan penugasan untuk menulis teks Khutbah Jum’at;

5. Menginventarisir dan mendata kelengkapan administrasi PAI Kec. Negeri Agung.

4. Penugasan

1. Menginventarisir poster sosialisasi himbauan 5 M  PAI Kec. Negeri Agung

2. Melakukan inventarisasi data-data keagamaan Kec. Negeri Agung

3. Menginventarisir Laporan Penyuluh Agama Islam Kecamatan yang  

    bersangkutan.

 

5. Catatan

            Kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan 5 M / Protokol Kesehatan

6. Penutup

            Demikian laporan ini disampaikan dan terimakasih

 

Blambangan Umpu, 11 Februari 2021

Pembuat Laporan

 

 

 

 

M. Ali, S.Ag., MM

NIP. 197303172005011007

 

 

 

 

 

 

 

 

Munawar, S.Fil.I

NIP. 198010172006041003

 

 

GALERI POTO SOSIALISASI PROTOKOL KESEHATAN 5 M

 


Pengingat



Oleh: Suci Wulandari
PAI KUA Kec. Negeri Agung


Paras cantik dengan jari lentik bak maharani
Indah pualam ciptaan Mahacipta sejati
harta menutup bongkahnya kurang diri
Sungguh ironi
Ucapmu mampu mengaduk emosi
Menyayat hati
Koyak nurani
Membuat buncah berderai air senja
Suaramu lantang tak mau dikoreksi
Kau memberi dengan dalil saktimu
Sepertinya kau telah hafal dengan serapahmu?
Tahan dulu
Putri Kirani
Aku bukan tak ingat diri
Pun sedikit sedikit punya martabat diri
Perlukah pongah dinda?
Apa kau lupa
Saat nanti selembar kain putih tak bersaku
Terlilit rapih di tubuhmu
Mampukah puing-puing kemewahanmu
Menutupi hinanya dirimu dihadapan Tuhan.

­-ciwul-




Selasa, 09 Februari 2021

Persaksian Aula Adhi Pradana

 

Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan & Pengurus Da'i Kamtibmas Polres Way Kanan

   Pagi begitu cerah. Angin pagi berhembus perlahan pertanda kesejukan membersamai langkah pagiku. Bunga yang berwarna merah itu seakan menyapaku untuk berbagi keceriaan pagi. Mengungkapkan syukur atas anugerah pertemuan pagi yang “sempurna”. Perlahan aku mendekati bunga itu. Kupandangi dengan seksama. Sungguh menakjubkan.
   Selintas, aku teringat Surat Ali-Imron ayat 191. “ Rabbana maa khalaqta hadza batila, subnanaka fa qina adza bannar”. ( Ya Tuhan Kami tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka).
   Hmm. ..Sungguh suatu anugerah yang tidaklah sederhana. Segala apa yang akan terjadi adalah mutlak milik Yang Maha Kuasa. Begitulah alur kehidupan yang ada. Pun demikian dengan rencana Pengukuhan Pengurus Da'i Kamtibmas Polres Way Kanan nanti. Ya, sebuah kehormatan tersendiri bisa bergabung dalam kepengurusan tersebut bersama kawan-kawan lainya.
   Kopi yang tersaji tinggal setengah, saat jam menunjukkan pukul 07.05 WIB. Aku sudah bersiap untuk berangkat. Sebuah “ritual” sederhana telah usai aku laksanakan. Sarapan. Itulah salah satu kewajiban yang terus aku jaga saat akan bekerja. Yah, sebuah ikhtiar untuk menjaga kesehatan saat era pandemi Covid-19.
   Negara memanggil. Ini adalah istilahku sendiri. Sebuah istilah yang hadir secara otomatis saat tiba di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Way Kanan. Bagiku ini adalah kewajiban yang melekat bagi setiap warga negara. Sungguh, saat negara membutuhkan, maka tiada kuasa untuk menolaknya. Bukankah begitu pak Ketua Pokjaluh?. Hehehe.
   Tentu, secara prosedural, aku berkewajiban untuk meminta izin kepada pak Kasi Bimas Islam Kemenag Way Kanan. Menyampaikan bahwa hari ini akan dikukuhkan sebagai pengurus Da'i Kamtibmas Polres Way Kanan. Allhamdulillah, Pak Kasi mengizinkanku untuk menghadiri pengukuhan tersebut. Maka, dengan mantap dan pasti, aku dan Ketua Pokjaluh berangkat ke Polres Way Kanan dengan hati bergembira.
   Sudah kebayang dalam imajinasi bahwa sahabatku Iptu Burhanuddin, Kasat Binmas Polres Way Kanan dan juga rekan-rekan Polisi lainya sedang sibuk mempersiapkan agenda yang akan dilalui. Iptu Burhannudin merupakan  sosok yang sudah aku kenal dengan baik. Dengan izin Allah SWT, kami dipertemukan dalam momen bersejarah. Umroh.
   Ah...sedikit teringat aku pada sebuah kejadian yang “luar biasa” saat bercengkrama di sebuah kamar. Menikmati nuansa berbeda di negara tetangga, Arab Saudi. Tradisi “ngopi bareng” di Indonesia masih terbawa. Bahkan terlalu asyik menikmati kopi sambil bercerita “ngalor ngidul”. Saat itulah, semua terkejut ketika alarm berbunyi nyaring. Tentu kami terkejut dan secara otomatis dan tanpa di komandoi semua bergegas keluar. Ada yang langsung tidur, masuk kamar mandi dan lainya. Ah...ternyata penyebabnya sederhana. Terlalu banyak asap di kamar itu. Hehehe.
   Dalam perjalan “mengawal” pak ketua Pokjaluh, sebuah diskusi kecil terjadi. Ini adalah momen bersejarah dan penting. Bagaimana tidak, dengan pelibatan unsur instansi (Polres, Kemenag, Kesbangpol); Ormas Islam (NU, Muhammadiyah, LDII); Baznas, Rumah Tahfidz, Penyuluh Agama Islam (PAI) dan Jamaah Tabligh, maka sinergitas akan dapat terwujud. Dalam konteks ini, aku mengamini apa yang menjadi sudut pandang Pak M. Ali.
   “Ya benar”. Ucapku sebagai isyarat persetujuan. Maka, dalam konteks yang lebih kecil (PAI) Kemenag Way Kanan, harus mampu bersungguh-sungguh mengemban amanah sebagai pengurus Da’i Kamtibmas Polres Way Kanan. Pun demikian dalam konteks yang luas, -sungguh-, ini sesuatu yang harus dilakukan untuk meneguhkan keberadaan Da’i Kamtibmas Polres Way Kanan di masyarakat.
   Terlebih lagi, kawan kawan yang sudah menjadi Penyuluh Agama Islam Kemenag Way Kanan. Harus menjadi bagian yang bisa melaksanakan tugas dengan baik. Aku Yakin dan percaya, Ust. Muslihuddin, Ust. Hasan Isro dan Ust. Hanafi dapat melaksanakan amanah ini dengan penuh tanggungjawab. Hmm...pasti akan lebih banyak ngopi bareng nih, membahas banyak hal. Suatu saat. Hehehe.
   Tak terasa, sampai juga di Polres Way Kanan. Setelah meminta ijin di pos jaga, roda kendaraan melaju kearah  area parkir yang sudah disediakan. Cukup rapi dan tertib. Terlihat, kawan-kawan pengurus Da'i Kamtibmas Polres Way Kanan sudah hadir terlebih dahulu. Aku tersenyum bahagia.
   Hmm.... Suasana yang penuh nuansa kebahagiaan terjalin. Ini terlihat dari keakraban yang terjadi. Saat pembagian seragam dan masker. Obrolan ringan senantiasa mewarnai canda tawa yang terjadi. Pun demikian juga dengan rekan rekan kepolisian yang begitu akrab dengan kawan-kawan Da'i Kamtibmas Polres Way Kanan. Jujur ini adalah kebahagiaan ku yang sangat terasa.
   Aha... Pelayanan cukup prima. Terlebih lagi kopi juga tesaji dengan "sempurna". Unik dan menarik. Bagaimana tidak, kopi yang tersaji juga tertutup " Masker " plastik. Menjaga tingkat higenitas dalam perspektif pendemi Virus Corona. Kami sempat tersenyum sambil bercanda. “awas, jangan langsung di minum, buka dahulu plastik yang menutupi”. Sontak “grup ahli hisap” tertawa bersamaan. Hehehe.
   Langkah tegap Pak Waka Polres Way Kanan menandai prosesi pengukuhan akan segera dilaksanakan. Aku berbisik lirih kepada Ust Hasan Isro, “Gagah juga ya Pak Kompol Evinater Siallagan, SH., M.H”. Maklumlah, baru hari ini aku bertemu dengan beliau. Semoga sehat selalu Pak Waka.
   Kopi yang tersaji belum habis, saat momen pengukuhan Da’i Kamtibmas Polres Way Kanan berlangsung. Aku lihat, Pak Waka Polres secara simbolis memakaikan seragam dan sekaligus penyerahan Surat Keputusan (SK) Kapolres Way Kanan, kepada perwakilan pengurus ( Ust. Muslihuddin, K.H. Abud Nursyhab dan Pak M. Ali). Suara tepuk tangan menggema di Aula Adhi Pradana Polres Way Kanan. "Mantap benar". Aku membatin.
   Menarik apa yang di sampaikan Pak Waka Polres. Agama adalah pemersatu bangsa. Empat kata itu bagiku mempunyai makna yang sangat fundamental. Maka, aku dan kawan-kawan lainya pun mengangguk-anggukkan kepala pertanda menyetujuinya.
   Nah, yang tidak kalah menariknya juga adalah ungkapan Polisi yang presisi. Memang kata ini tidaklah asing lagi bagiku. Sebab -seingatku- ungkapan ini adalah salah satu dari delapan komitmen dari Bapak Kapolri. Presisi merupakan singkatan dari Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, Berkeadilan.
   Usai sudah seremonial pengukuhan. Moment foto bersama adalah sesuatu yang tidak boleh ditinggal. Hal ini merupakan sebuah bentuk pengabadian yang sangat bersejarah. Sebuah momen yang berharga. Terasa sayang jika tidak di dokumentasikan secara “sempurna”. Sebuah persaksian bersejarah di Aula Adhi Pradana Polres Way Kanan.
   Hal yang menjadi "ger-ger an" juga adalah saat sesi santai. Dengan gaya ala “standing comedy”, Pak Kasat Binmas menyampaikan banyak hal dengan disertai "guyon" yang produktif. Ini yang menyegarkan dalam konteks jokes. Ah... Ruangan yang dingin dibuat hangat oleh sahabatku ini. Hehehe.
   Hari ini, Aula Adhi Pradana Polres Way Kanan telah menjadi saksi dari apa yang sudah terjadi. semoga Allah SWT, memberikan keridoan dan kemudahan dalam mengemban amanah ini.
   
 


Kamis, 04 Februari 2021

Membelai Rindu

 


Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan

Akhirnya, pagi yang cerah kembali hadir. Hari dimana hujan tidak lagi turun. Hari yang sangat mengasyikkan dengan kehadiran tiga tamu istimewa. Sungguh, sebuah kehormatan terbaik, Kang Bahrul, Mang Eka dan Adinda Hidayat dapat menemani ku menyelesaikan tugas negara, bersama Pak M. Ali. Sungguh, sebuah kebahagiaan hadir tersendiri, sebagaimana bahagianya aku menggunakan seragam “kehormatan” PAI.

Meskipun protokol kesehatan tetap berlaku, namun semangat mengabdi untuk bangsa dan negara tetap ada. Masker senantiasa menutupi sebagian wajah kami. Namun tidak mengurangi komunikasi dalam melaksanakan tugas. Pun demikian dengan hand sanitizer selalu setia menemani.

Asyik memang hidup di Way Kanan, sebagaimana tagline nya "Way Kanan Asyik". Asyik dapat berjumpa “kembali” dengan kawan-kawan Penyuluh. Berkomunikasi menyambung cerita. Tentu dengan jaga jarak telah di tentukan dan sekaligus menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat. Menjaga dan menerapkan 5 M adalah bagian yang wajib di laksanakan. Berjumpa dan bersua sambil menikmati kopi buatan kawan termuda. Hehehe.

Oh ya, tadarus Al-Quran adalah kegiatan wajib untuk mengawali sebuah kegiatan. Dengan hal ini, maka secara tidak langsung akan menjawab sebuah pertanyaan, apakah penyuluh bisa "membaca" Al-Quran. Nah ternyata terjawab. Bisa dan mantap. Hal yang "agak" mengejutkan adalah ternyata ada yang sudah hafal. Ini luar biasa, dan sudah seyogyanya begitu.

Pak Ketua Pokjaluh mengawali dengan mengajak bersama-sama membaca “Ummul Kitab”. Sebuah surat yang senantiasa wajib di baca dalam setiap sholat. Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Al-Baqoroh ayat 1-5. Merdu dan meyakinkan. Kemudian secara bergiliran membaca ayat berikutnya. Bagianku adalah yang terakhir, sekaligus meyakinkan sebuah “bacaan” yang terdengar.

Tentu, tadarus Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an atau istilah lainya, merupakan sebuah kegiatan yang sangat dianjurkan. Bahkan Rasullullah SAW, menganjurkan untuk menghiasi rumah kita dengan bacaan Al-Qur’an. Maka, tidak mengherankan jika muncul gerakan tadarus berjamaah di grup resmi PAI Kemenag Way Kanan, ataupun untuk level provinsi Lampung.

Kegiatan hari ini, -bagiku-  harus dimaknai sebuah kebersamaan. Kesadaran akan makna ini adalah bahwa menjadi bagian dari keluarga besar Kementerian Agama harus senantiasa dirawat. Salah satu cara merawat -menurut ku juga- adalah dengan cara menjalin silaturahmi. Ini penting dan "wajib" dilaksanakan.


Contoh sangat sederhana adalah hari ini, dimana Kang Bahrul bisa bertemu Mang Eka dan Adinda Hidayat. Ini luar biasa. Ketiganya bercerita ngalor ngidul untuk sebuah awal komunikasi. Sebuah moment yang -bisa jadi- tidak akan terulang sepanjang jaman.

Nah, dalam silaturahmi ini, minimal senyuman dan tegur sapa terjadi. Pun dengan "ngopi" bareng terjadi. Sungguh asyik nan menggembirakan. Aku bahagia melihat kawan-kawan sehat dan mampu berbagi kebaikan. Inilah mengapa, sebuah “kerinduan” akan pertemuan kerap terjadi. Namun, karena kondisi pandemi yang belum berakhir, maka semuanya serba terbatas. Termasuk hari inipun sangat terbatas.

Maka, pembinaan hari ini sungguh sayang jika tidak diabadikan deng "sempurna". Sayang jika tidak " menjepret" moment mengaji. Sayang juga jika tidak membaur dengan canda tawa yang renyah. Dan lebih sayang lagi kalau semua dilewatkan begitu saja. Dengan  demikian, pengabadian momen hari ini akan menjadi lebih bermakna.

Ah, ternyata dibalik sebuah "misteri" masalalu terdapat "mutiara" yang bisa dijadikan sebuah energi. Ya, sebuah energi kebersamaan untuk melengkapi "struktur" yang belum sempurna. Ini adalah bagian inti untuk sebuah "kesempurnaan" duniawi. Inti dari sebuah kehidupan dalam kebersamaan. Inti membesarkan “nama” Penyuluh Agama Islam secara bersama-sama.


Sungguh ”beruntung” kawan-kawan yang hari ini bisa bersilaturahmi  ke Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan. Banyak hal baru yang bisa dimaknai dalam  sebuah cerita hari ini. Semangat mengabdi untuk "menuntaskan" tugas Penyuluh Agama Islam, dan sekaligus membersamai dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. So, Adinda Hidayat sudah mendengarkan bahwa sebuah kebersamaan wajib untuk di rawat dengan sebuah kebersamaan juga.Hehehe.

Akhirnya, dengan "berat hati" aku melepaskan "kepergian" menuju keluarga tercinta. Sebuah pesan mendalam tersampaikan saat Ketua Pokjaluh membersamai. "Terimakasih dan sukses selalu".


Ah, waktu begitu cepat berlalu, padahal kebersamaan masih aku “rindukan”. padahal aku masih ingin membelai rindu.

 

Hidup Jayalah Penyuluh Kita.

Blambangan Umpu, 04 Februari 2021