Rabu, 29 Juli 2020

KLEPON DAN NYANYIAN ABSURD

Oleh : Munawar, S.Fil.I., MA, PAIF Kab. Way Kanan.

   Ah, Klepon, jajanan pasar yang naik level. Terlebih lagi makan kue tersebut dengan diselingi minum kopi hitam. Apalagi ada iringan nyanyian milik Agus Kotak, “ bojomu semangatku”. Semakin absurd otak ini mengkhayal kesana kemari.
  Klepon, mendadak jadi topik hangat untuk dibicarakan. Baik yang pro dan kontra. Tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Apakah klepon hanya sebagai jajanan pasar, klepon sebagai pancingan publik, atau klepon sebagai sebuah istilah nyanyian absurd.
   Berawal dari postingan poster –barangkali- iklan, “Kue klepon tidak Islami”. Kemudian terdapat himbauan yang-mungkin biasa Iklan.red)- untuk mengajak khalayak. “ Yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan Islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami”.
   Jika dari sudut pandang klepon sebagai jajanan pasar, tidak bisa kira ragukan nikmatnya rasa makanan itu. Makanan yang khas dan merakyat. Hampir semua kalangan menyukainya. Proses pembuatanya pun mudah.
   Namun, seandainya –jika boleh berandai-, klepon dilihat dari sudut pandang pancingan publik, maka harus hati-hati. Lihat saja reaksi yang ditimbulkanya pun beraneka ragam. Artinya sudut pandang ini pun hanya sebagai sudut pandang penulis. Memang absurd dan menggelikan.
   Akan tetapi, jika postingan tersebut di-framing untuk memancing reaksi publik, bukan menjadi absurd lagi. Postingan tersebut tentu akan dianggap sebagai postingan yang meresahkan. Terlebih lagi pada era digital saat ini. Tentu menjadi mudah bagi masyarakat untuk beraksi.
   Publik pun akan merespon dengan caranya masing-masing. Reaksi yang diambil tentunya dengan kapasitas masing-masing. Bahkan ada yang bereaksi biasa saja, dianggap angin lalu. Yang pasti, publik selalu bereaksi tatkala sebuah postingan muncul di media massa.
   Ini akan menjadi serius jika menggunakan “simbol” sebagai pisau bedahnya. Simbol dari sebuah fakta yang sangat erat kaitanya dengan istilah-istilah kehidupan kita sehari-hari. Bahkan adakalnya justru menafsirkan makna lain dari simbol tersebut.
   Baik, kita ambil simbol klepon dan toko syariah. Klepon adalah makanan lokal, khas daerah Indonesia. Klepon biasa banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Sementara toko merupakan tempat belanja yang –kalau disebut toko-, memiliki bangunan mapan. Terlebih lagi dengan munculnya label syariah.
   Adakah hubungan dengan kondisi sekarang? Sangat naif jika kemudian analisis ini dijadikan dasar dari reaksi masyarakat. menjadi naif pula, jika ditafsirkan sebagai sebuah perlawanan. Maka, nyanyian absurditas penulis menjadi tidak bermakna. Ya namanya absurd.
   Bagi “informan”, analisis dengan pendekatan simbol itu perlu dan sangat penting untuk dilakukan. Simbol memiliki peran penting bagi sebuah tatanan kehidupan masyarakat. dengan simbol pula manusia mampu mendalami beragam pengetahuan yang sangat membantu keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.
   Disisi lain, simbol akan menjadi bagian yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Simbol akan senantiasa ada. Dan dengan simbol itu juga sebuah peradaban akan berlangsung. Simbol-pun akan menentukan peradaban mana yang akan tetap bertahan atau tergerus zaman.
   Simbol klepon dalam nyanyian absurd adalah masyarakat pribumi. Masyarakat Indonesia. Masyarkat yang terkenal dengan sikap sopan santunya, senantiasa menjunjung tingi nilai etika. Masyarakat yang terdiri dari beragam suku bangsa, suku bahasa dan beragam kebudayaan. Masyarakat yang mengakui semboyan Bhineka Tunggal Ika.
   Disudut lain, muncul simbol toko syariah. Kata yang identik “milik” kaum muslimin. Kata yang seyogyanya tidak bermasalah bagi masyarakat Indonesia, terlebih lagi umat Islam. Kata yang dapat menjadi spirit tersendiri untuk melaksanakan dan mengamalkan ajaran yang diyakininya.
   Tapi, isu-isu yang berkembang, berita-berita yang tersebar cukup memprihatinkan. Bagaimana tidak, ketika isu agama muncul, maka dengan segera banyak yang mersponya. Bahkan respon tersebut tidak hanya di media massa, akan tetapi dengan melakukan demo dan lain sebagainya.
   Isu radikalisme, wahabi,  khilafah, jihad HTI dan lainya, merupakan label yang dialamatkan kepada umat Islam saja. Dan sudah barang tentu menimbulkan reaksi dari umat Islam itu sendiri. Alhasil, apapun yang digunakan dengan “istilah” arab, seakan ditujukan kepada umat Islam.   
   Hal ini menunjukkan bahwa, simbol dalam makna ini mempunyai dampak yang tidak boleh dianggap sepele. Simbol toko syariah mempunyai makna tersendiri. Dan dalam konteks tulisan ini pun, simbol tersebut dapat dikategorikan dalam “umpan” untuk melihat reaksi masyarakat.
   Akan lebih rumit lagi jika simbol klepon dan toko syariah digunakan untuk merusak tatanan masyarakat. Dampak yang dihasilkan-pun akan mampu merusak sendi-sendi dalam berbangsa dan bernegara. Dus, dapat memecah belah masyarakat yang sudah hidup damai dan rukun.
   Dalam kaitan ini, -meskipun hanya poster iklan, masyarakat perlu waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ditimbulkan. Masyarakat harus bekerjasama untuk menangkal dampak yang ditimbulkan. Sebab, poster iklan tersebut sudah menyebar di media massa dan menimbulkan pro dan kontra.
   Nah, jika sudut pandang kedua ini akan  diperdalam, maka ilmu semiotika adalah jawabanya. Tanpa mempelajari ilmu semiotika, maka mustahil bagi kita untuk mengetahui gejala-gejala sosial yang berkembang di masyarakat.
   Terakhir, klepon sebagai nyanyian absurd. Sungguh benar-benar absurd jika kajian klepon menjadi diskursus yang sangat serius apalagi ambisius. Lebih absurd lagi jika pemaknaan tersebut disertai dengan tendensius.
   Dalam sebuah nyanyian, adakalnya bait-bait yang dilantunkan terdengar absurd. Meskipun adakalanya juga karya-karya yang dihasilkan oleh para musisi juga mengedepankan nilai etika. Sikap etis inilah yang apabila dilompati, maka saat itulah absurditas masuk. Tidak terkecuali dengan klepon.
   Pemaknaan terhadap realitas, reaksi ataupun gejala sosial lainya, merupakan sebuah dinamika. Sebagai sebuah dinamika, maka sebagai perimbangannya adalah pengetahuan. Semakin kita berpengatahuan, maka akan lebih mudah untuk membedah sebuah dinamika dengan menggunakan analisa dan pendekatan keilmuan.
   Namun, jangan juga menjadi absurd dalam pengetahuan itu saja. Melainkan penyeimbangan antara pengetahuan dan agama. Disinilah konsep keseimbangan akan muncul untuk menghindari absurditas dalam memaknai dan menjalani kehidupan. Kalau dalam konteks sederhana  ini, Einstein mengatakan science without religion is lame, religion without science is blind.
   Tapi, untuk makna religion nya Einstein bisa dipelajari lebih lanjut. Dan bisa juga, klepon sebagai teman pengganti makan ringan. Dijamin klepon akan membuat ketagihan.
Tulisan ini pernah dimuat dalam Kabar Sumatera oleh penulis yang sama.

Berkurban Adalah Ciri Keislaman Seseorang



Berkurban adalah ciri keislaman seseorang. Rasulullah Muhammad SAW tidak menyukai umatnya yang berkecukupan harta, tetapi tidak mau berkurban. “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati tempat shalat Id kami.”  (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Keutamaan lain adalah terkait pahalanya. Seorang sahabat Zaid Ibnu Arqam bertanya kepada Rasulullah terkait keutamaan/pahala berkurban. “Setiap satu helai rambutnya adalah kebaikan. Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” Demikian jawaban Rasulullah SAW seperti diriwayatkan HR Ahmad dan Ibnu Majah.


Hikmah lain yang tak kalah penting adalah bahwa berkurban membawa misi kepedulian pada sesama dan menggembirakan kaum dhuafa. Rasulullah SAW menyebut Hari Raya Kurban adalah hari untuk makan, minum sekaligus berzikir kepada Allah. Bahkan, dalam surah al-Kautsar, berkurban diperintahkan Allah setelah perintah mendirikan shalat. Ini berarti berkurban adalah ibadah yang sangat tinggi keutamaannya.

SEGENAP PENGURUS POKJALUH KAB. WAY KANAN
mengucapkan

"SELAMAT HARI RAYA IDHUL ADHA 1441H/2020M"
SEMOGA AMAL IBADAH KURBAN KITA DITERIMA ALLAH SWT

Download Khutbah di masa pandemi covid19 disini Khutbahqu
dan di sini khutbahjuga

Selasa, 28 Juli 2020

PENYULUH AGAMA PEDULI; “Memaknai Infak Produktif dalam Gerakan”





    Terasa istimewa bagi Penyuluh Agama Islam se-Kabupaten Way Kanan. Mengapa tidak, telah di launching sebuah Program Penyuluh Agama Peduli. Peluncuran perdana ini dilaksanakan pada 27 Juli 2020 pada saat Pembinaan Oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan di MIN 3 Way Kanan.
    Setidaknya ada beberapa poin yang menjadikan program ini istimewa. Pertama, bahwa Penyuluh Agama-khususnya Islam-, sudah seyogyanya berperan bukan hanya dalam bidang penyuluhan "konvensional" saja melainkan juga dilaksanakan dengan melalui gerakan atau tindakan nyata. Hal ini sangat diperlukan mengingat Penyuluh Agama adalah salah satu "tokoh" penting dalam penyampaian dakwah kepada masyarakat.
    Memang, dalam mengemban tugas penyuluh agama, telah ada spesialiasi masing-masing. Namun, bagi saya, penguasaan terhadap persoalan Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS) "wajib" dikuasai oleh para Penyuluh Agama Islam. Bisa dibayangkan apa jadinya, jika Penyuluh Agama Islam tidak mengetahui tentang ilmu atau materi ZIS. Sudah pasti Penyuluh tersebut masuk dalam kategori "penyuluh biasa".
    Kedua, bagi Kelompok Kerja Penyuluh Agama, gerakan infaq produktif harus dilakukan dengan terarah dan terpogram. Kebiasaan yang adalah adalah hasil dari ZIS banyak dialokasikan dalam bentuk konsumtif. Tradisi ini bisa ditambahkan dengan penyaluran dana ZIS dalam bentuk Produktif. Hal ini tentu sangat positif dan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat.
    Infaq adalah kata serapan dari bahasa Arab. Menurut Abdul Qadim Zallum dalam " al Amwal fi Dawlatil Khilafah, Beirut: 1983, al-Infaq adalah mashdar (gerund) dari kata anfaqa-yunfiqu-nafaq(an). kata anfaqa sendiri merupakan kata bentukan asalnya nafaqa-yanfiqu-nafaq(an) yang artinya nafada (habis) faniya (hilang/lenyap), berkurang, qalla (sedikit), dzahaba (pergi), kharaja (keluar). Karena itu, kata al-infaq secara bahasa bisa berarti infad (menghabiskan), ifna' (pelenyapan/pemunahan, taqlil (pengurangan), idzhab (menyingkirkan) atau ikhrah (pengeluaran).
    Jadi infaq dalam kata yang luas dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang terpuji. Perbuatan ini merupakan perintah Allah SWT yang sangat dianjurkan dalam agam Islam. Artinya, bagi Penyuluh Agama Islam, perintah ini dapat diwujudkan dalam bentuk infaq produktif. Dan bentuk progrm ini -pun dapat dijadikan sebagai salah satu program unggulan Penyuluh Agama Islam Kabupaten Way Kanan.
    Ketiga, program ini muncul disaat pandemi covid-19 belum berakhir. Kita menyadari bahwa dalam bidang ekonomi, dampak yang ditimbulkan cukup mengkwatirkan. Khusunya bagi masyarakat, covid-19 membawa pengaruh ekonomi yang luar biasa. Dengan program tersebut, penyuluh dapat membantu secara langsung demi keberlangsungan usaha yang sudah dirintis oleh masyarakat.
    Kita -penyuluh.red- memahami bahwa Islam sangat memperhatikan pengentasan kemiskinan. dalam makna yang luas, bahwa Islam memberikan porsi tersendiri terhadap persoalan sosial ini. Bahkan dalam Al-Qur'an menyebutkan dengan beragam anjuran dan perintah. 
    Menurut Yusuf Qardhawi ( 1995) bahwa perumusan dalam pengentasan kemiskinan telah dijabarkan dalam Al-Qur'an dengan menggunakan kata-kata "memberi makan" dan Mengajak memberi makan orang miskin" atau dengan mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan Allah SWT. Kemudian, Yusuf Qardhawi mengutip pendapat Imam Ghazali bahwa terdapat tiga hal untuk mengoptimalkan peran zakat dalam pengentasan kemiskinan yang meliputi: memberikan fkir miskin sejumlah nishab zakat, memberikan kebutuhn selama setahun dan memberikan kebutuhab sepanjang hidup. Jika prinsip  profesional ini dijalankan, maka harta yang dikumpulkan melalui ZIS dapat menjadi produktif, dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan mengentaskan kemiskinan.
    Keempat, program ini harus dimakni sebagai sebuah gerakan bersama oleh Penyuluh Agama. Artinya, sebagai sebuah gerakan, maka peran aktif para penyuluh menjadi kunci utama keberhasilan. Ini adalah poin penting yang menjadi tolak ukur, apakah program yang baru di launching berhasil atau malah gagal.
    Secara pribadi saya berharap bahwa program yang "sangat baru", ini dapat dioptimal sebaik mungkin. Bukan hal yang mustahil untuk dilakukan oleh 118 (seratus delapan belas) Penyuluh Agama Islam se-Kabupaten Way Kanan. Jika ini berhasil, maka peran serta Penyuluh Agama sangat dirasakan oleh masyarakat, khususnya para pelaku usaha.
    Kelima, selain pelaksanaan program, proses pendampingan mutlak untuk dilakukan. Pendampingan dimaksukan untuk mengetahui apakah bantuan yang diberikan dengan maksud produktif, digunakan secara baik dan benar ataukah tidak. Proses pendampingan ini juga  harus menjadi satu bagian dari program tersebut. Artinya, pendampingan tersebut juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha tersebut berlangsung.
    Proses pendampingan ini juga memerlukan peran aktif penyuluh di setiap kecamatan masing-masing. Bukan hanya penyuluh yang membidangi zakat saja, melainkan keterlibatan penyuluh agama yang ada di kecamatan tersebut.
   Pemaknaan infak produktif ini dapat diperluas dengan beragam metode yang bisa diterapkan. Sudah tentu diwujudkan dalam pemberdayaan masyarakat. Disinilah kreativitas penyuluh agama diperlukan. Sudah saatnya penyuluh agama bergerak kearah yang kreatif dan produktif. Selamat berjuang dan mengabdikan diri kepada masyarakat dengan pola gerakan berjamaah.
    Wallahu'alam bishawab.
(Oleh : Munawar S.Fil.I, MA, PAIF Kemenag Way Kanan)

SKETSA DIUJUNG NEGERI

 

            “ Kriiiiiiiing”, bunyi Handphone berdering, kulihat nama kontak, Pak Kasi Bimas Islam. “ Sudah bangun war?” sapa pak Kasi – Pak Ali Sholihin- diujung telephone. “Malah belum tidur pak”, jawab saya. Pukul 03.40 bersiap untuk menuju Kecamatan Negeri Besar. Ya sebuah persiapan yang “matang” untuk sebuah perjalanan walaupun dalam satu kabupaten saja. Persiapan yang tidak begitu istimewa bagi para “petualang” dalam menjalani sebuah profesi.
            Pagi yang sangat “istimewa” bagi saya. Sebuah kehormatan besar bisa mendampingi pak Kasi di pagi ini. Bagaimana tidak, dengan kerendahan hati, pak Kasi rela menjemput di Kantor dan sekaligus menjadi “driver”. Bagi saya ini adalah luar biasa, meskipun secara manusiawi ada rasa tidak enak.
        Perjalanan menuju Baradatu diselingi dengan musik Jawa. Meskipun saya bukan penggemar Didi Kempot, lantunan musik itu cukup membantu memecah keheningan. Dalam pelajaran ini, pak Kasi memberikan sebuah “petuah” yang cukup berharga dan penting.
            Bermula dari iringan kendaraan barang (trukc) yang sudah “bergerilya” pada pagi buta ini. Cukup lincah pak Kasi dalam “menyalip” setiap kendaraan didepanya. Dalam hati saya berkata, “cukup gesit juga dalam mengendari mobil ini”. Nah disinilah petuah itu terjadi.
            “Coba kamu lihat, kendaraan yang kita dahului tadi”. Pak Kasi memulai pembicaraan. “ bayangkan, di pagi begini, disaat orang lain terlelap, mereka sudah beraktifitas. Coba kita bandingkan dengan kawan-kawan yang sudah mapan dalam pekerjaan. Mestinya rasa syukur itu ada dengan cara kerja yang baik”. Demikian cuplikan petuah yang saya dapat pagi ini.
          Ya, bersyukur adalah cara terbaik. Bersyukur merupakan ungkapan terimakasih kepada Allah SWT atas segala pemberian kepada manusia. Karena pada hakekatnya, manusia adalah tidak mempunyai kekuatan tanpa ada pertolongan. Dengan pertolongan tersebut, manusia mampu berkreasi dengan baik.
            Ditempat transit pertama, di kediaman Pak Syahrul Muharomi, Kepala KUA Baradatu, ternyata Ketua Pokjaluh dan Pokjawas sudah menunggu. Keduanya sudah bersiap “bertempur” mengarungi perjalanan hari ini. Cukup semangat bagi keduanya untuk menjalankan tugas ini. Luar biasa. “ Bravo kang Bambang”, ucap saya sambil tersenyum.
            Transit kedua terasa istimewa. Ya istimewa. Bukan karena di Kabupaten Induk-nya Way Kanan, namun karena Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah sholat subuh secara berjamaah. Di masjid Nurul Iman Desa Suka Menanti Bukit Kemuning ini kewajiban bagi muslim tertunaian dengan baik. Bagi saya, untuk sebuah masjid di jalan lintas Sumatera, cukup baik dan jamaah yang sholat subuh juga cukup banyak.
            Di ujung sana, “si endut” sedang sibuk membuat video dokumenter. Sebuah proses untuk mengabadikan moment berharga dalam sebuah video. Cukup bersemangat juga, koordinator Humas FKPAI Way Kanan ini melakukan kegiatan tersebut. Saya yakin, dengan Ust. Ibrohim ini dengan aksi tersebut, karena postinganya kerap muncul di media massa.
            Dalam perjalanan yang mengasyikkan ini, saya tidak banyak berkomunikasi. Saya hanya menikmati perjalanan ini dengan “diam seribu bahasa”. Bisa jadi, sang “driver” -Ketua Pokjaluh- ini sudah mahir, sehingga terasa “nikmat” untuk beristirahat, setelah melakukan pengisian bahan bakar.
             Tak seberapa lama, saat melintasi sebuah tempat, memori saya mengingatkan tentang tempat tersebut. MTQ Tulang Bawang Barat 2019 yang lalu, terlintas dalam benak saya. Demikian juga, saat melihat “mantan” pemondokan khafilah MTQ Way Kanan diujung sebelah kanan. Saya tersenyum mengingat hal itu.
            Terlebih lagi saat melewati ikon kabupaten ini. Pak Bambang dengan semangat bertanya, “opo iki kok eneng kolam”, dengan logat Jawanya. Rupanya, pak Bambang belum sempat berkunjung secara langsung, dan meminta pulangnya nanti “wajib” mampir. Di ujung depan sebelah kanan, Pak M. Ali menimpali, “ yo iki Islamic Centre Tulang Bawang Barat”, sambil terus fokus mencari warung untuk sarapan.
            Saya sempatkan untuk browsing. Saya buka situs Bobo.id. Yomi Hanna menulis pada tanggal 30 Maret 2017, tentang “ Keunikan Masjid 99 Cahaya di Tulang Bawang Barat. Dalam tulisan tersebut disampaikan bahwa “Perancang bangunan Masjid 99 Cahaya  tersebut adalah seorang arsitek bernama Andramatin. Masjid ini dibangun tanpa kubah dan menara, tidak seperti masjid pada umumnya. Masjid yang dikelilingi sungai Ini menjadi salah satu keunikan dari Masjid 99 Cahaya ini”.
            Yomi Hanna dalam tulisan tersebut melanjutkan, “menurut Andramatin, dulu di awal masa Islam, kubah dan menara itu juga tidak ada. Jadi pembangunan masjid tidak selalu terpaku dengan adanya kubah atau menara. Luas bangunan masjid adalah 34 x 34 meter. Ini dibuat berdasarkan jumlah sujud umat Islam sehari semalam sujud salat wajib. Bangunan ini juga ditopang 114 pilar yang menunjukan 114 surat dalam Alquran. Kubahnya berbentuk persegi lima, ini menunjukan rukun Islam ada 5 dan tingginya 30 meter menunjukkan 30 juz dalam Alquran.  Setiap sisi kubah ini melambangkan salat 5 waktu.Di atapnya terdapat 99 lubang yang bisa dilewati oleh cahaya. Dua kali setahun saat matahari melewati khatulistiwa, pada Maret dan September, sinarnya akan masuk ke lubang-lubang itu”. Sungguh fantastis dan bernilai arsitektur yang berharga, dalam hati saya berkata.
            Perjalanan terus berlanjut meski warung untuk sarapan tidak ketemu. Yang ditemui hanyalah sebuah candaan keakraban setelah melewati jembatan. Terlebih lagi saat melihat banyak rawa di sepanjang jalan. “Di sini kok ga ada buaya ya”, pak Bambang menceletuk. “ banyak pak, tapi yang tidak ada pakaya”, sang “driver” meimpali. “asal jangan naik ke darat, tidak berbahaya”, Ust. Ibrohim menimpali. Seketika secara bersama-sama kami tertawa.
            Di kediaman pak Ali Maksum, kami transit terakhir. Saya lihat, Pak Muslim, Pak Kholik, Pak Kaisar dan “Si bujang” Saiful menyambut. Mereka bersama-sama mengembangkan senyuman khasnya masing-masing. Saya juga gembira, melihat kawan-kawan penyuluh semangat. Saat menyambangi kawan-kawan, saya menyerahkan titipan infaq produktif dari seluruh kawan-kawan Penyuluh Agama Islam se-Way Kanan.
            Ternyata, Pak Kepala Kemenag, Pak Kasubbag TU, Pak Kasi Penmad ,Kepala Sekolah MIN 3 Way Kanan dan kawan-kawan di KUA serta Penyuluh Agama, sudah berkumpul. Sebuah kebersamaan yang sangat luar biasa. Akrab dan penuh canda tawa. Terimakasih Pak Ali Maksum sudah merepotkan dengan sajian menu sarapan pagi yang nikmat.
            Agenda inti dilaksanakan di MIN 3 Way Kanan. Dengan penerapan protokol kesehatan, kawan-kawan guru MIN 3 Way Kanan melakukan pengecekan suhu tubuh. Ini adalah standar baku yang harus dilaksanakan dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19.
            Ada hal yang menarik, saat pak Kepala Kemenag,-H.M.Isa, S.Ag.M.Pd.I memberikan sambutanya. ” Kunjungan kerja di Negeri Besar  ini sungguh sangat istimewa, dihadiri secara lengkap oleh tim kemenag Way Kanan. Pak Kepala Kemenag juga menyampaikan beberapa poin, terkait dengan kepegawaian, sekolah, KUA, dan Penyuluh Agama Islam.
            Kemudian, sebelum arahan dari Pak Kepala Kemenag diakhiri, Beliau juga mengucapkan terimakasih yang besar atas sambutan yang diberikan. Dengan candaan yang khas, beliau  mampu mencairkan suasana sehingga terasa “cair’ suasana pertemuan tersebut. Kemudian, beliau Juga memberikan sapi Qurban untuk kecamatan Negeri Besar yang berasal dari Keluarga Besar Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan.
            Demikian juga semua para Kasi, diawal sambutan selalu menyebutkan bahwa, kunjungan ke Kecamatan Negeri Besar ini sangat istimewa. Terasa kompak disampaikan tentang  nilai “istimewa” yang disampaikan tadi. Dan saya juga menyebutkan ini istimewa, karena saya juga berkesempatan ikut di putaran “akhir” kunjungan kerja ini.
            Kunjungan yang bagi saya pribadi -dan juga PAI- bernilai adalah dengan “launching” Infaq produktif oleh kawan-kawan Penyuluh se-Way Kanan. Infaq produktif tersebut diberikan kepada ibu Fresiyanti yang memiliki usaha warung. Launching ini secara simbolis disampaikan langsung oleh ketua Pokjaluh, Pak M. Ali, S.Ag., MM. Sebuah agenda yang sangat bernilai tentunya.
            Tentu, kesempatan itu tidak saya lewatkan begitu saja tanpa “ngobrol” dengan kawan-kawan. Lebih khususnya, setalah Pak H. Somad menyerahkan laporan ke Pak M. Ali. Meskipun obrolan tanpa hidangan kopi, namun untuk memberikan semangat kepada kawan-kawan Penyuluh Agama Islam harus dijaga. Ini salah satu obrolan dengan Filial dan kang Masruri sang pemilik “nyawa rangkep”, sebuah julukan “baru” baginya. Demikian juga untuk para “muli”, Feni dan Febri, selalu bersemangat ya dalam pengabdian ini.
            Program Penyuluh Peduli ini sangat penting untuk dilaksanakan. Terlebih lagi untuk infaq produktif. Program ini akan sangat berharga dan sekaligus dapat membantu masyarakat secara langsung. Untuk keberlangsungan tersebut, kawan-kawan penyuluh wajib “mengawal” keberlangsungan program ini. Jangan sampai diabaikan dan acuh tak acuh terhadap perkembangan sebuah usaha.
            Semangat yang ada, tetap bersemayam. Meskipun sudah terbayang jalan kembali masih panjang. Sebuah perjalanan “lanjutan” setelah melaksanakan misi istiwema di Kecamatan Negeri Besar. Inilah kegiatan terakhir dari sebuah pembinaan di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan.
            Sesuai kesepakatan tadi, dalam perjalanan pulang akan mampir ke Islamic Centre Tulang Bawang Barat. Namun sebelum kesana, menyempatkan menikmati ikon lainya yakni  wisata Relief Megou Pak. Sebuah ikon dengan mengangkat sejarah keberadaan empat suku atau marga asli lampung, Megou Pak yakni MargaTegamoan, Marga Buay Bulan, Marga Buay Aji, dan Marga Suay Umpu. (Sumber media cetak dan online Mitrapol,yang ditulis oleh Dadang R, edisi 22 September 2019)
            Tibalah saat yang dinantikan pak Bambang. Kolam ikan di Islamic Centre Tulang Bawang Barat. Cukup menggembirakan melihat banyak terdapat ikan disana. Terlebih lagi setelah diberikan makanan ikan yang sudah dibeli. Luar biasa banyak sekali ikanya dan besar-besar. Bahkan pak Kasi, sibuk mengabadikan “kegiatan” ini dengan memfoto dan membuat video.
            Sebuah sketsa diujung negeri sudah terurai. Membawa kesan tersendiri bagi –minimal – saya. Terlebih lagi pak Bambang Gunawan yang “baru pertama” kali melihat atau “menginjakkan” kaki untuk melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Sebuah sketsa yang memberikan makna istimewa. Sebuah sketsa yang bersejarah dengan lounching-nya program Penyuluh Peduli. Negeri Besar, 27 Juli 2020. ( Oleh: Munawar S.Fil.I, MA, PAIF Kemenag Way Kanan )


Jumat, 24 Juli 2020

Kemenag Sosialisasi Pembelajaran ditengah Pandemi Corona dan Tatanan New Normal

 

Blambangan Umpu -Kantor Kemenag Way Kanan terus melakukan pembinaan dan sosialisasi persiapan dalam menyambut tahun ajaran baru sekaligus lakukan edukasi pada saat New Normal (normal baru) di lingkup Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan yang dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Kemenag Way Kanan H.M.Isa.S.Ag.M.Pd.I “ Kami terus melakukan sosialisasi dan pembinaan menghadapi tahun ajaran baru dan pelaksanaan New Normal, mengingat tahun ajaran baru kali ini jauh berbeda dengan keadaan sebelumnya, karena masih dalam masa pandemi covid 19, dimana semua kegiatan harus mengacu pada standar kesehatan yang di syaratkan oleh gugus tugas Covid 19.” Ujar H.M Isa, S.Ag. M.Pd.I .Ka.Kemenag Way Kanan.

 

L e b i h j a u h Kemenag menyampaikan bahwa tim yang ia pimpin itu, mempunyai tugas untuk mendapatkan gambaran yang real terkait persiapan pembelajaran dan kegiatan keagamaan dimasa normal baru. “ hasil  sosialisasi ini nanti .akan dikonsultasikan dengan bupati Way Kanan terkait kegiatan yang akan dilaksanakan sekaligus melaporkan kepada Sekdakab Way kanan selaku Ketua Team Gugus Tugas Penanganan Covid 19,” kata dia.  Lebih jauh kata H.M.Isa, Sosialisasi ini penting untuk persiapan mengambil kebijakan lanjutan mengingat perlunya keamanan dan kenyaman dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga predikat Way Kanan sebagai zona hijau dapat dipertahankan. 

 

“saya mengapresiasi seluruh jajaran mulai dari Madrasah, Kua dan Penyuluh yang menjadi garda terdepan Kementerian Agama dalam membantu pemerintah melawan Covid 19 ini.  Sebab, segala usaha yang dilakukan saya anggap.sudah cukup. maksimal, Pembelajaran agar dilaksanakan dengan sikap hati hati dan selalu mengacu pada standar dari gugus tugas covid,”jelasnya Ia Juga mewajibkan agar para pendidik dan peserta didik untuk tetap menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan mendeteksi suhu tubuh dengan alat deteksi suhu, standar ini juga berlaku bagi para penyuluh dan jamaah yang hadir, maupun disaat pelaksanaan bimbingan perkawinan kepada calon pengantin. 

 

“Selain itu, terkait dengan persiapan Hari Raya Idul Adha kami menghimbau agar tetap mengedepankan protocol kesehatan seperti menghindari berkumpul terlalu banyak, juga menerapkan social distancing. Sedangkan, untuk para penyuluh yang bertugas sebagai Khotib Idhul Adha agar dapat mempersingkat khutbah dengan tetap memperhatikan syarat dan rukun nya. ,” humaspokjaluh.red

berita ini dipublikasikan di Radar Way Kanan kamis 23 Juli 2020 berita lengkap bisa di lihat disini :  

Radar Way Kanan Kamis 23 Juli 2020

Jumat, 17 Juli 2020

Buku Panduan Kegiatan Penyuluh Agama Islam Kabupaten Way Kanan






Penyuluh Agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Penyuluh Agama Islam, yaitu pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.

Pemerintah melalui Kementerian Agama RI, telah mengangkat penyuluh agama Islam non PNS yang selanjutnya disebut PAI Non PNS pada tahun anggaran 2019 untuk  masa bhakti 2020 – 2025, yang ditempatkan pada kecamatan seluruh Indonesia. Pada Kabupaten Way Kanan alhamdulillah diangkat PAI Non PNS sebanyak 112 orang yang tersebar pada 14 Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Maka dalam rangka pembinaan pada PAI Non PNS sekaligus memaksimalkan kinerja para penyuluh maka di susunlah buku Panduan sederhana ini. 
Kiranya buku ini dapat berguna bagi kita semua khususnya para penyuluh agama Islam se- kabupaten Way Kanan.
Ibarat tiada gading yang tak retak, penulis berharap ada kritik yang membangun dari segala pihak. (pokjaluhwk)

Download Buku Panduan Kegiatan PAI di bawah in:

Selasa, 07 Juli 2020

OPTIMALISASI PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM PAIF dan PAI Non PNS Masa NEW NORMAL

Blambangan Umpu Way Kanan Rabu, 1 Juli 2020 / 10 Dzulqoidah 1441H

Penyuluh Agama Islam di setiap agama berperan untuk menyampaikan dakwah yang berisikan tentang merawat kerukunan antaragama, antarsuku dalam perbedaan. Begitu pentingnya Peran dan Fungsi Penyuluh Agama maka telah diadakan pembinaan Penyuluh Agama Se-Kab. Way Kanan Lampung yang dilaksanakan pada hari Rabu, 01 Juli 2020 bertempat di Aula Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan, dengan pemateri:

1. Kepala Kantor Kemenag Way Kanan; HM.ISA,S.Ag, M.Pd.I
2. Kasi Bimas Islam; H. Ali Sholihin, S.Pd.I
3. Kapokjaluh; M. Ali, S.Ag.,MM.

Dalam pembinaan tersebut Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan, memberikan arahan agar Penyuluh Agama Islam menjaga marwah Kemenag dengan bekerja sesuai payung hukum yang berlaku, dan menjadi garda terdepan Kemenag dalam menyampaikan program pemerintah. Selain itu beliau juga menyampaikan agar seorang Penyuluh Agama untuk merasa sebagai seorang Da'i yang terus berbuat baik yang dimulai dari menjaga diri sendiri, keluarga, dan masyarakat 

Sementara itu, Kasi Bimas Islam H. Ali Sholihin, S.Pd.I mengharapkan agar Penyuluh Agama Islam bekerja dengan tertib dan profisional dengan melengkapi instrumen yang berlaku dan selalu berkoordinasi dengan kepala KUA dimana mereka bertugas 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pokjaluh PAI berpesan untuk menjaga kesehatan dan bekerja dengan memperhatikan prosedur standar covid 19, maka kegiatan pembinaan ini dengan memperhatikan Protokol Covid 19, dengan harapan semua yang hadir terjaga kesehatannya dan dapat melaksanakan tugas dengan baik. (pokjaluhwk)
Berikut Materi Pembinaan yang disampaikan oleh Kepala Kantor Kemenag: materikemenagwk

Senin, 06 Juli 2020

TUPOKSI PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS


Penyuluh Agama Islam mempunyai tugas utama melaksanakan dan mengembangkan kegiatan bimbingan/penyuluhan Agama dan pembangunan melalui bahasa Agama secara baik dan benar.
Namun selain tugas utama tersebut, Penyuluh Agama Islam (PAI) non PNS memiliki tugas baru yang harus dilakukan sesuai dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam No 298 Tahun 2017 tentang pedoman PAI non PNS, yaitu:
1.  Penyuluhan tentang pengentasan buta huruf Al Quran,
2.  Keluarga sakinah,
3.  Pengelolaan zakat,
4.  Pemberdayaan wakaf,
5.  Produk halal,
6.  Kerukunan umat beragama,
7.  Radikalisme / aliran sempalan, serta
8.  Masalah Nafza dan HIV/AIDS
Fungsi Penyuluh Agama Islam:
1.  Fungsi Informatif dan Edukatif, ialah Penyuluh Agama Islam memposisikan sebagai da’i yang berkewajiban menda’wahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan mendidik masyarakat dengan sebai-baiknya sesuai ajaran agama.
2.  Fungsi Konsultatif, ialah Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai anggota masyarakat umum.
3.  Fungsi Advokatif, ialah Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat / masyarakat dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang merugikan aqidah, mengganggu ibadah dan merusak akhlak.(aish)