Selasa, 03 November 2020

Layar Berkembang di Lampung Tengah

 

Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan

Ada bersitan gembira nan bahagia. Bagaimana tidak, kopi yang tersaji belum habis, kabar bahagia itu hadir. Ya, bagiku itu kabar sangat membahagiakan. Sebuah kabar yang akan mempertemukanku dengan kawan-kawan penyuluh. Maklumlah, pertemuan sesama penyuluh sangat langka. Hanya pada even-even resmi saja pertemuan itu terjadi. Jika bukan saat pelatihan, maka arena MTQ menjadi tempat terbaik untuk bertemu.  

Kabar itu bukanlah ajakan untuk makan siang. Bukan pula spot  memancing di Way Giham. Bukan juga buah kopi yang sudah memerah.  Namun sebuah kabar yang disampaikan Pak M. Ali tentang sebuah agenda.  Bahwa akan di selenggarakan Musyawarah Wilayah (Muswil) Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Agama Islam. Bagiku ini sangat mengasyikkan.

Disela menyeruput kopi yang tak lagi panas, aku bertanya dimana akan diselenggarakan. Ah..asyik ternyata di Kabupaten Lampung Tengah. Sungguh beruntung kawan-kawan di Lampung Tengah memperoleh kehormatan untuk menjadi tuan rumah. Pasti cerita akan “mengalir” saat ketemu Kang Rusdiyanto atau juga Den Mas Imam Rohani. Ini menakjubkan. Lama aku tidak bersua dengan keduanya.

Apa yang disampaikan ketua panitia Muswil Pokjaluh itu, menggodaku untuk menulis. Naluriku cepat “menyambar” dan segera teruraikan dengan khayalan tingkat tinggi. Yang pasti adalah, perhelatan ini adalah agenda resmi Pokjaluh Lampung. Sudah barang tentu juga, ini adalah level provinsi. Bagiku, kegiatan ini harus disikapi dengan serius. Berakhir dengan bahagia. Begitulah kira-kira “otak” warasku bersikap.

Sengaja aku dengarkan Mars Penyuluh Agama Islam. Lagu yang amat jarang aku dengarkan. Apalagi aku nyanyikan. Sungguh ini benar-benar terjadi. Ternyata, dalam ritme “birokrasi” pun, lagu itu jarang hadir. Meskipun ruanganku adalah ruang penyuluh.  Ternyata, masih “kalah” dengan lagu-lagu Pop. He.he.he

Tidak ada salahnya, jika aku tulis beberapa bait. Hitung-hitung sebagai penyemangat untuk hadir di Muswil Rabu besok. Bahkan penyemangat untuk kawan-kawan panitia. Maklumlah, kawan-kawan panitia ini sudah berjibaku menyiapkan segala sesuatu. Demi satu tujuan. Sukses Muswil Pokjaluh Provinsi Lampung.

“Marilah Penyuluh Agama Islam, bersatu berjuang bersama”. Nah, ini adalah bait pembuka. Cukup keren untuk dinyayikan. Terlebih lagi iringan musik berkumandang. Terasa “menyengat” jiwa patriot penyuluh. Seakan semangat empat lima tetap menggelora. Aku membayangkan suasana pembukaan Muswil nanti akan bergemuruh oleh nyanyian itu. Aku berharap, itu menjadi nyata.

Jujur saja, aku cukup bergembira nan bahagia. Ternyata ada kawan-kawan yang mau bersusah payah keluar dari zona nyaman. Menjadi panitia Muswil. Ini cukup menggembirakan dalam dunia kepenyuluhan. Sebab, menjadi panitia adalah “pilihan”. Sebuah “pilihan” yang bermakna “untuk” dan “menjadi”. Cukup sulit mempunyai jiwa yang ikhlas untuk menjadi panitia. Aku kagum.

Tak kalah “menariknya” adalah sosok ketua panitia. Bagiku sosok ini cukup bertanggungjawab. Individu yang sudah teruji. Baik dalam birokrasi, organisasi keagamaan, lembaga keagamaan dan tentunya dunia penyuluh. Apalagi dunia per-MTQ-an. Khatam sudah seluk beluk dalam dunia itu.He.he.he.

Bagiku, Pak M. Ali adalah “The rissing star” dalam dunia kepenyuluhan. Bukan karena “menguasai” Ajian Serat Jiwa atau Jurus Kunyuk Melempar Buah. Bukan itu. Namun, Ajian Penyuluh Berbagi lah yang menjadi “bekal”. Ya kegiatan Penyuluh Berbagi mampu membuktikan bahwa Penyuluh Agama Way Kanan mampu bergerak.

Eiit...jangan dimaknai dengan sebenarnya ya paragraf diatas. Jika hal ini dilakukan, aku kuatir banyak yang berguru. Meminta “ajian” dan “jurus” itu. Bisa merepotkan. Bahkan mengkwatirkan. Namun, aku yakin dengan pengetahuan Filsafat yang telah dipelajari dulu, tak mungkin akan “tergoda”. Dengan bahasa sederhana, tidaklah mungkin akan menjadi “murid” pak M. Ali agar “menguasai” Ajian milik Brama Kumbara dan Jurus kepunyaan Wiro Sableng itu.

Hal yang mungkin adalah belajar “Ajian Penyuluh Berbagi”. Aku yakin, dengan senang hati akan diterima sebagai “murid”nya. Bahkan, dengan gembira akan diajak menikmati dunia “pagi” Way Kanan. Bukan untuk memetik kopi di Banjit. Melainkan diajak “rihlah” pagi. Berkeliling Way Kanan dini hari. Jika beruntung, maka bonus sudah menanti. Cerpen season pertama sampai season keempat. Sebuah bonus yang tepat untuk “di nikmati” bersama kopi petik merah.

Mungkin istilah zona nyaman tidak berlaku bagi Pak M. Ali. Hal ini aku ketahui dari rangkaian aktifitas yang cukup padat. Aku menduga, bahwa bulan Oktober yang lalu adalah bulan yang “melelahkan”. Betapa tidak. “mengawal” tadarus PAI non PNS, melaksanakan kegiatan penyuluh berbagi season keempat dan menandatangani laporan tri wulan. Bahkan, “rela” menembus dinginya pagi, lebatnya pepohonan demi sebuah “rihlah” pagi. Mengisi kajian di ujung Way Kanan. Belum lagi tentang mengelola Blog Penyuluh Way Kanan dan menyukseskan Muswil Pokjaluh Lampung. Hmm...sungguh di luar “nalar” ku yang “jahil”.

Pada Muswil Pokjaluh besok, kesuksesan adalah yang kita harapkan. Apa yang dapat kita “berikan”, sumbangkanlah. Apapun itu, selama dalam konteks Muswil Pokjaluh. Bisa juga, kawan-kawan Lampung Barat dan Tanggamus membawa kopi “kebanggaan”. Tidak perlu sampai satu ton. Cukup satu bungkus saja. Dengan itu, kita bisa menyukseskan Muswil Pokjaluh sambil barter kopi. Kita nikmati bersama-sama. Sungguh, kopi tanpa gula itu sangat nikmat. He.he.he.

Menurutku, bisa juga dengan ucapan-ucapan. Ini pun tidak kalah pentingnya. Terlebih lagi dengan mudahnya akses media sosial. Dipastikan postingan ucapan Muswil Pokjaluh itu, akan “sampai” ke seluruh Nusantara. Nah, dengan demikian, secara tidak langsung Provinsi Lampung “muncul” dipermukaan. Ternyata, denyut nadi penyuluh agama di Sai Bumi Ruwa Jurai sangat dinamis.

Kopiku masih menyisakan setengah. Meskipun tidak panas lagi, namun aku cukup bisa menikmati. Lantunan mars itu pun, masih “setia” menemaniku. Mengajak menguraikan malam dengan kata. “Menafsirkan” baldatun tayyiatun warrabun ghofur bersama sebuah imajinasiku. Tentu, hasilnya subyektif. He.he.he. Biarlah kopi ini menjadi “penyambung” nafas untuk berkata, “Hidup Jayalah Penyuluh Kita”.

 

Way Kanan, 3 November 2020

 

2 komentar:

  1. Sorak semangat dari kami Penyuluh Bumi Ramik Ragom ujung Negeri Sai Bumi Ruwa Jurai : "Ayo Sukseskan Muswil Penyuluh Propinsi Lampung Ke II, HIDUP JAYALAH PENYULUH KITA"!!!.

    BalasHapus