Oleh : Munawar
Oh ya, hari ini hari Senin ya. Hampir aku
melupakan kegiatan di Way Tahmi. Terasa sedikit lelah. Dari hari Jum’at sampai
Ahad, roda perputar terasa cepat. Setelah khitanan gratis untuk masyarakat,
bermalam di Rebang Tangkas dan meluncur ke SMPMU Ahmad Dahlan Metro. Begitulah alur
kehidupan. Aku yakin masing-masing mempunyai kehidupan sendiri. Sama halnya
hari ini, hanya dua puluh orang Penyuluh Agama Islam (PAI) Kemenag Way Kanan
yang hadir. Mengikuti kegiatan workshop oleh BNN Way Kanan.
“Pak, dimana lokasinya ya. Saya belum pernah
kesana”. Tiga buah pesan sekaligus masuk.
“Disamping Jembatan Way Tahmi, Jalur dua”. Aku
membalas sambil tersenyum.
Hmm, rupanya Rumah makan itu belum cukup
familiar bagi kawan-kawan PAI. Atau hari ini adalah untuk pertama kalinya. Mekipun
sudah sering melaluinya. “Pecah rekor”, aku membatin sambil tersenyum. “Jangan
Sampai nyasar”, jawabku dalam pesan
singkat.
Kegiatan workshop lingkungan masyarakat cukup
menarik. Lihatlah, awalnya Oktarius memilih tempat terdepan bersama Pak
Aliyudin dan Sigit Wibowo. Nama terkhir ini cukup menarik. Minimal dari segi penampilanya.
Dengan langkah mantap menuju kursi terdepan. Mereka sangat ingin menikmati
acara ini. Meskipun Oktarius tak mampu bertahan, setelah kedua “penggede” PAI
hadir.
“Pak maaf, ban motor saya bocor”. “Saya
sampai Bumi Baru Pak, dimana lokasinya?”. Pesan berantai masuk. Wah, ada yang nyasar, pikirku. “Balik arah, jembatan
Way Tahmi, jalur dua”. Aku membalas, sesaat sebelum lagu Indonesia Raya dan
Mars BNN di nyanyikan.
Aku menyimak dengan cukup serius, saat Ketua
BNNK Way Kanan menyampaikan arahan. Cukup tegas dan berwibawa. Namanya Bapak
AKBP Taufik BM Tohir. Demikian juga, peserta lainya. Fokus mendengarkan. Meskipun
ada yang bertanya lirih,” AKBP itu apa?. Hmm...tugas Ust. Ibrohim lah yang
menjelaskanya nanti. He.he
Dr. Firdaus cukup keren. Pemateri dari BNN
menerangkan dengan cukup jelas. Membuka tabir data yang tersebar di Indonesia.
Maka, sangat wajar sang dokter ini menyebutnya jika narkoba sebagai "mesin
pembunuh". Menggerikan ya. Maka,
jangan coba-coba menggunakan narkoba. Begitu pesan bijak dari muzaki
Suasana cukup cair. Bagaimana tidak, ruangan
cukup nyaman. Pendingin disediakan untuk menyamankan udara. Meskipun begitu, masih
nampak wajah-wajah "kepanasan". Entah apa yang menyebabkannya. Aku
juga tidak tahu. Aku harap bukan karena PIN penggiat anti narkoba yang sudah
disematkan. Atau bukan karena sajian siang belum tersaji. Aku harap persepsi
ini salah. He. He. He
Aku yakin dan percaya. Workshop ini akan
memberikan pencerahan. Lihatlah, meskipun terlambat, pak muhlisin berani
bertanya. "Kami harus berbuat
apa?". Sementara, ust. Ibrohim juga tidak mau kalah. " Bisakah kami
berperan?". Dalam hati aku bergembira. Benar. Aku gembira bukan karena
kawan-kawan akan mendapatkan sertifikat dari BNN. Bukan itu. Melainkan karena
PIN BNN itu. Dengan PIN itu, secara tidak langsung “berhak” menyampaikan materi
tentang Narkoba. Apakah Ust. Hasan Isro berani ya?.
Kawan-kawan sibuk dengan dunianya. Ada yang
bercerita, tertawa bahkan makan. Aktivitas terakhir ini yang banyak dilakukan.
Apa karena belum sarapan ya? Bisa jadi begitu. Ini sudah biasa. "Ga
sarapan sudah biasa". Kata kawan-kawan. Aku terdiam dan tersenyum. Aku
malah tidak terbiasa meninggalkan sarapan. Cukup rajin " Yayang ku"
Menyiapkan menu pagi gratis. He. He
Mentari sudah beranjak tinggi. Atmosfir
worshop telah memberikan aura positif "untuk" dan "akan".
Mungkin rasa kantuk sedikit menghilang, meskipun gangguan tekhnis terjadi. Mati Lampu. Aku
yakin, kondisi seperti ini, HP menjadi teman terbaik. Ya.. Era akhir 4.0 memang
memberikan " Kuasa" Untuk memaksimalkan penggunaan IT. Namun,
seyogyanya bisa memainkan posisi, kapan digunakan dan kapan diabaikan. Minimal silent atau nada getar.
Aku mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan.
Terlihat jelas. Dengan semangat menyala, beragam curhatan mengenai
"gejolak sosial" Hadir. Hmm... Cukup mendebarkan. Bahkan dengan nada bergetar, sebuah candaan
terdengar. "Nunggu aku jadi presiden ". Mungkin candaan itu sebagi
bentuk ekspresi betapa akutnya efek peredaran Narkoba.
Nampaknya, cacing sudah mulai menggoda.
Menggelitik perut untuk segera di isi. Suara renyah merupakan sebuah pertanda.
Meskipun sebuah pertanyaan masih ada. "Ciri-ciri pemakai awal
bagaimana". Sesaat kemudian disambut tawa dan lantunan adzan di HP.
Pemateri “bujang” ini menyampaikan bahwa,
ciri sederhana bisa di lihat. “Kalau mata merah sayu, kemudian jalan oleng, sering garuk-garuk, sering
menyendiri dan pakai jaket terus”. Nah adakah yang garuk-garuk? Jangan-jangan
itu sebuah pertanda. He. he.he. pertanda banyak kuman, celetuk Mas Eko di
belakang.
Usai sudah pertemuan hari ini. Pertemuan yang mempertemukan banyak hal. memberikan informasi betapa "kejamnya" Narkoba. oleh karenanya, Narkoba sudah menjadi ancaman kita bersama.
Dari semua canda tawa yang ada, sebuah kepastian hadir. Kepastian untuk membantu pemerintah. Membantu mensosialisasikan bahaya narkoba kepada masyarakat. Ya, ini adalah tugas mulia seorang penyuluh. namun yang pasti, kita hadir untuk masyarakat.
Terimakasih. Aku ucapkan kepada semuanya. terimakasih juga kepada yang sudah "ngacir" duluan, yang sudah memecahkan rekor, dan yang sudah langsung berganti baju. Bahkan ada yang langsung "berganti" wujud, menjelma bak intel. Padahal pak mahfud
sudah mengatakan, kita adalah penyuluh, bukan intel. He.he
Way Tahmi, 14 September 2020/ vidiodokumentasi Vidio bersama BNN
Mantap bagai aku yang didalam alur ceritaš¤. Terus bersinergi Penyuluh Way Kanan semoga bermanfaat bagi banyak orang . Hidup jayalah Penyuluh kita!!
BalasHapusNgeri2 gimnaaaa pakai pin nya
BalasHapusHehe maaf pak m.ali pak munawar ..kalau tidak kebablasan sampai bbumi baru saya yakin ga terlambat ..tapi ttap semangat kok....maaaf ya kawan kawan semua
BalasHapusTerima kasih kehadirannya
HapusAlhamdulillaah... semangat terus para Penyuluh Agama Way Kanan
BalasHapusKetika datangnya kepagian mampir masjid ketemu penyuluh dri way tuba
BalasHapus