Minggu, 20 September 2020

Bahagia Bertugas




Oleh: Munawar
PAI Fungsional Kemenag Way Kanan



Dunia anak, biasanya identik dengan balon dan permainan. Kadang anak-anak juga tidak  “mau tahu” takala meminta sesuatu. Tidak memandang tempat. Di manapun juga, tempat pesta, toko, bahkan pada acara penyerahan hadiah pemenang lomba kreatifitas anak bersama orang tua dimasa pandemi Covid-19 jenjang PAUD dan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) hari ini. Begitulah dunia anak. Bermain dan bergembira dimanapun. Walaupun balon tersebut tidak ada disini.

Begitupun hari ini. Jum’at, 18 September 2020. Meskipun di rumah Dinas Bupati Way Kanan, anak-anak masih bermain. Ternyata, dunia anak memang begitu. Tak henti-hentinya orang tua berusaha memberikan pengertian dengan beragam cara. Ada yang menyuruh diam, memakaikan masker, bahkan ada yang menampakkan wajah "galak". Aku hanya tersenyum menyaksikanya.

Sebagai Penyuluh Agama Islam, aku harus selalu siap. Melaksanakan tugas Penyuluhan, bimbingan, konsultasi dan khutbah. Bahkan, untuk berdoa atas nama Kantor Kementerian Agama pun harus siap. Begitulah tugas pengabdian. Kapanpun pimpinan memerintahkan, kata “siap” harus ada. Demikian juga tugas hari ini, aku siap melaksanakan.

 “Siap”. Jawabku tanpa pikir panjang. Sebuah jawaban saat menerima surat disposisi.  Ini jawaban cukup birokratis sekali. He.he. Ya sebuah jawaban yang harus ada, saat perintah datang, meskipun Jumat sore ini ada tugasku menjadi “driver” khinatan LAZISMU Way Kanan. Namun Tugas negara, diatas tugas Muhammadiyah, apalagi tugas keluarga. Begitulah ilmu birokrasi.

Memang, cuaca di Blambangan Umpu cukup panas. Faktor musim kemarau mungkin menjadi salah satu sebab. Meskipun begitu, acara yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Way Kanan cukup meriah. Lihatlah, anak-anak dengan keceriaanya, bunda PAUD/RA yang cantik-cantik dan kawan-kawan dari dinas pendidikan cukup bersemangat, meskipun jam kerja telah usai.

“Pak, petugas doa ya?” tanya protokol tersenyum ramah.
“Ya, benar”. Jawabku sembari tersenyum juga.

Nampak dari kejauhan, sosok yang familiar menghampiri. Kawan lama yang cukup hebat. Mengembara di dunia birokrasi. Namanya Ahkmad Syafari. Sebuah nama yang cukup keren. Aku berharap kali ini jangan diajak untuk menikmati kopi. He.he.he

“Sehat bang?”, tanyaku sambil menyodorkan tangan sebelah kanan.
“Pasti dong, Alhamdulillah”, Jawabnya dengan senyum sumringah, sambil menyambut “salam” ala Covid.

Sambil menunggu, berusaha aku mencari tempat yang nyaman. Tempat yang akan aku gunakan untuk bersantai dan menulis. Aku menyengaja mengambil kursi yang telah disediakan. Terasa ada yang “mengganjal”. Tapi apa?. Aku berusaha mencari tahu, tanpa merubah posisiku. Nampak sebuah jawaban muncul, saat protokol membuka acara. Memperingati Hari Anak Nasional.

Sejarah yang cukup panjang. Penuh dinamika. Demikian hati saya berkata. Sejarah yang melatar belakangi HAN. Bagiku, Yonada Nancy dan Iswara N Raditya, cukup gamblang menulisnya. Dalam artikel "Sejarah Hari Anak Nasional & Alasan Di peringati Setiap 23 Juli", https://tirto.id/eeSs, keduaya menuliskan, Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap tanggal 23 Juli. Ada sejarah dan alasan yang mendasari hal ini. Bermula pencetusan Hari Kanak-Kanak Indonesia di era Presiden Sukarno (Orde Lama) yang berproses cukup rumit, hingga nantinya diganti oleh Presiden RI ke-2 Soeharto pada 1984”.

Hmm, Dari Presiden Soekarno sampai Presiden Soeharto. Orde lama dan orde baru. Begitulah tulisan yang sempat saya baca. Kemudian, dalam tulisan itu-pun dinyatakan “Dalam prosesnya, tanggal peringatan hari anak di Indonesia sempat beberapa kali mengalami perubahan. Hingga akhirnya, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984 yang memutuskan bahwa Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli. Mengapa 23 Juli? Pemilihan tanggal ini diselaraskan dengan pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979. Peringatan HAN diselenggarakan dari tingkat pusat hingga daerah untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang ramah anak”.



Nah, terkait soal ini, jangan tanya dahulu ya. Butuh waktu untuk berdiskusi, terlebih lagi tema yang menarik. Pasti dengan senang hati aku senang diajak ngobrol. Sekali lagi bukan sekarang ya. Karena aku mau melaksanakan perintah komandan. Menyukseskan agenda siang ini.

Aku lihat protokol bersiap. Menyiapkan mikrophone untuk Pak Bupati. Ya, Pak Bupati akan menyampaikan sambutan dan arahan. Dalam hati aku berkata,” hmm, gagah nian Pak Adipati ini”. Dengan kameja yang  dipadu celana yang cukup ilegan. Disisi lain, para protokol juga sibuk menyiapkan hadiah yang sudah bersejajar rapi.

Acara dilanjutkan dengan pembagian hadiah. Aku cukup kaget, mendengar salah satu lembaga dalam naungan Kemenag disebut sebagai juara. Diam-diam rasa bahagia hadir. Betapa tidak, Raudhatul Atfal (RA) adalah salah satu lembaga yang bernaung di Kementerian Agama. Alhamdulillah, batinku berucap. Dan yang lebih membahagiakan lagi setelah aku mengetahui RA tersebut. Ya, RA Bahrul Ulum Rebang Tangkas. Sudah tentu moment ini tidak aku biarkan berlalu tanpa diabadikan.

Assalamu’alaikum, bu nyai? Sehat selalu njeh? Pak Yai Nurcholis pripun kabare, sehat kan?” aku menyapa salah satu tokoh penting di Ponpes Bahrul Ulum. Bu nyai  ini adalah istri Pak K.H. Nurcholis. Ibu Hj. Hajar Yatin, S.Pd.I.
Wa’alaikumsalam, sehat sedanten pak”, jawab bu nyai.
“Sukses selalu ya, RA Bahrul Ulum menjadi satu-satunya yang dapat juara”, Aku berkata dengan mantap.
“Alhamdulillah pak”, Jawab para bunda PAUD dengan ceria.

Cukup mewakili, meskipun belum semua RA terlibat. Bisa dibayangkan, betapa hebatnya Ananda Ihsan. Ditengah pandemi Covid-19, mampu berprestasi. Mengikuti kegiatan lomba yang diadakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Way Kanan, Juli lalu. Lombanya pun cukup bergengsi. Lomba Kreatifitas Anak Bersama Orang Tua Dimasa Pandemi Covid-19. Hebat dan luar biasa.

Memang ini adalah realitas. Kementerian Agama adalah salah satu Instansi Vertikal. Demikian juga, RA bernaung di Kemenag. Akan lebih “sempurna” jika kegiatan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, melibatkan RA. Namun, harapanya RA juga harus terlibat aktif. Ada sinergitas. Begitu obrolan dengan abangku yang gagah. Bang Syafari.

“Ya, memang begitu, kami juga sudah berkoordinasi dengan baik”, ujar bang Syafari.
“Mantap itu, bang, kan Bunda PAUD nya hanya satu”, jawabku sejurus kemudian.
“Siapa hayo,”, tanyanya kemudian.

Tanpa ada jawaban, kami berdua tertawa lepas. Keakraban nampak terjalin erat. Meskipun mempunyai kesibukan masing-masing, komunikasi tetap terjalin. Tidak hanya membahas masalah kopi, namun banyak hal. Kecuali satu. Mancing.

Blambangan Umpu 18 September 2020

7 komentar: