Rabu, 26 Agustus 2020
Selasa, 25 Agustus 2020
Negara Batin, Kami Datang!!!
By: Munawar
Ini
diluar kebiasaan menulisku. Menuliskan tanda seru (!) dalam sebuah judul,
sampai tiga kali. Entah mengapa ide itu muncul begitu saja. Padahal sajian kopi
tak akan tersaji dalam perjalanan ini. Kecuali Pak Ketua yang sudah membawa
bekal kopi. Yang ada hanyalah pohon karet yang mulai “kelelahan” menyambut
kerontangnya bumi. Heran juga jadinya. Jujur aku mengatakan, bukan karena ingat
Gus Yusuf, apalagi mahasiswi keren; jeng Nining. Bukan karena itu.
Perjalanan
ini, perjalanan pagi. Selasa, 24 Agustus 2020. Sebuah perjalanan “luar biasa”.
Perjalanan ini bukan untuk “ngawil”
di Sungai Tiyuh Negara Batin. Sungai yang pasti banyak ikanya. Ya, sungai Tiuh
Negara Batin, dimana Pak Gubernur Lampung dan Pak Bupati Way Kanan menyebar
benih ikan Jelabat, Baung, Nila dan Patin, beberapa waktu yang lalu. Sekali
lagi, aku katakan, bukan untuk itu.
Sebuah
episode rihlah kembali dilakukan. Rihlah dalam bingkai Silaturrahmi. Temu
kangen kalau dalam kamus-nya pak Khotib. Sebuah perjalanan kedua untuk
merealisasikan program kerja Penyuluh Agama Islam Way Kanan. Program dengan
beragam makna dan nilai hikmah. Hikmah dalam tradisi pak Mukhlisin adalah
pengabdian tertinggi. Aku juga yakin, pasti ada hikmahnya.
Ada
yang spesial dalam tim Pokjaluh. Aku wajib mengucapkan “selamat datang kembali di dunia penyuluh untuk Pak Edi Suyitno”.
Sosok cekatan, gesit dan sekaligus murah senyum. Satu lagi yang tidak kalah
penting adalah baik. Bagaimana tidak, sepagi tadi, sudah menghampiri dirumahku,
datang menjemput. He.he.he
Cukup
lengkap untuk sebuah tim dalam mengarungi perjalanan pagi ini. Sebuah tim yang
cukup mobile nan gesit. Tim yang selalu
diselingi dengan obrolan ngalor ngidul tanpa tema. Terlebih lagi, “si endut”
selalu membuat ketawa. Asyik benar bagaikan tagline “Way Kanan Asyik”. Nah disinilah slogan pak ketua hadir. “Juragan Bogor”. Aku tersenyum tanpa
menyatakan singkatan itu.
Ku
lihat, ketua FKPAI juga tersenyum. Bahkan kadang tertawa mendengar ocehan tak bermakna yang keluar untuk menemani
perjalanan. Namanya keren, Muhammad Din Hadi. Semoga saja aku tidak salah
menulis namanya. Bisa repot seandainya salah menulisnya, persis beberapa waktu
yang lalu. Di Tim inilah, beliau yang paling jago dalam penguasaan cara membaca
dengan tujuh cara. Qiraat Sab’ah. Aku
sangat berharap, jika suatu saat mengimami kami, jangan membaca dengan bacaan
yang berbeda ya. “Please deh”. Bisa kacau
untuk kalangan tertentu.he.he
Aku
nikmati perjalanan ini. Mungkin juga jalan yang sama yang pernah di tempuh oleh
Bu Iis Sunaini atau juga Bu Maryuli, jika akan ke kantor Kemenag Way Kanan. Ini
berarti merasakan ritme perjalanan yang sama dalam perspektif pak Hasyim Asyari
dan pak Nurudin. Sama – sama merasakan. Itulah intinya, kata pak Dana disebelah
sana.
Sebenarnya,
ada beberapa keinginan selain ke kantor KUA. Namun, aku tidak berani
menyampaikan kepada pak Ketua Pokjaluh. Takut di marah. He.he. ya sebuah
keinginan untuk sekedar mampir. Walau sekilas melihat Nuwa Tuha (rumah
tua) atau Nuwa anggal (rumah panggung) di Kampung Sri Menanti.
Secara tidak langsung, teringat sebuah tulisan dalam
blognya Wijatnika Ika, dalam ulasan
mengenai Kampung Sri Menanti. Sosok
tangguh dan sekaligus sebagai pribadi yang mempunyai kelebihan; story teller. Tulisan bagus itu diberinya judul “ Senja Haru Biru Kampung Srimenanti,
Lampung”. Sebuah blog yang tanpa
sengaja aku temukan saat browsing di
dunia Maya.
Nah
ini cuplikan tulisanya.”Ah lupa, Kampung
Srimenanti merupakan kampung tua masyarakat Lampung. Terletak di ujung utara
provinsi Lampung dan kehidupan masyarakatnya masih tradisional. Nyaris seluruh
rumah di kampung ini adalah rumah panggung dari kayu yang berusia sangat tua,
melampaui 3 generasi. Kampung ini biasanya mengalami panen ikan saat musim penghujan
tiba akibat banjir yang merendam seluruh kampung. Berkah ikan saat musim banjir
memunculkan satu jenis penganan unik, yaitu bekasam atau fermentasi ikan. Aku
belum pernah sih makan bekasam dan penasaran bagaimana rasanya tinggal di
kampung ini saat musim banjir pada Februari. Dan uniknya, warga Srimenanti
tidak menganggap banjir sebagai masalah karena toh rumah mereka panggung.
Banjir juga memberi berkah bagi kebun-kebun sehingga tidak perlu dipupuk”.
Hmm....menakjubkan bukan. Nah, Kalaulah tidak sempat, maka
aku berencana untuk bertanya kepada pak Lukmansyah, Kepala KUA Negara Batin. Bertanya
tentang banyak hal. Aku yakin, beliau akan senang menjawabnya. Dalam hati aku
juga berkata: “Tenang pak, aku tidak
meminta untuk di hidangkan Bekasam. Karena bukan saatnya panen ikan..he.he.”.
Dalam
perjalanan yang mengasyikkan. Beragam cerita mengalir begitu saja. Maklum saja
bahwa seluruh penumpang adalah penyuluh agama. Maka tidaklah mengherankan jika
obrolan santai tetap ada nilai plusnya. Nilai manfaatnya sebagai sebuah
pembelajaran dalam kehidupan. Ya, obrolan penyuluh.
Begitulah
dunia penyuluh. Sangat asyik. Meskipun dalam perjalanan, untaian
"dakwah" selalu terjaga. "Khoirunnasi
anfa ahum linnas". Kata pak ketua yang hari ini sangat semangat. Asas
kemanfaatan itu yang dicari dalam kehidupan maya pada.
Perjalanan
di musim kemarau memang panas. Sepanjang perjalanan memang tampak pohon karet
yang menggugurkan dedaunanya. Suasana kemerdekaan dengan beragam umbul-umbul
menambah meriahnya perayaan HUT RI ke 75. Meskipun masih terlihat beberapa bendera Merah Putih berkibar
setengah tiang. Berkibarnya bendera setengah tiang masih menunjukkan suasana
duka atas wafatnya bapak Wakil Bupati Way Kanan. DR. Drs. H. Edward Anthony, MM.
Tugu
meriam. Icon Negeri Agung sebentar lagi akan aku lalui. Disana bukan akan
berhenti untuk ngopi atau sekedar ngobrol.apalagi beli pulsa. Akan tetapi akan
menjemput si "ciwul". Srikandi
periang ini sangat " setia" menanti kedatangan kami.
Ciwul
adalah nama beken dari sebuah akronim sebuah nama. "Instruktur jalan
tikus" Demikian julukan baru disematkan kepadanya. Sebuah gelar yang baru
disematkan kepadanya, meskipun dua kali wisuda tak pernah dirayakanya.
Tawa
yang begitu renyah, dengan iringan musik tahun 80 an. Kata orang musik nya
begitu syahdu. Begitu syahdunya mampu membuat seseorang tidur. Dan itu terjadi,
di sebelah ujung belakang, nampak seseorang tidur begitu nyenyak nya.
Nampaknya,
untaian nilai kehidupan berlanjut. Saat seekor kerbau berada ditengah jalan.
Kerbau yang tersesat pikirku. Namun ungkapan filosophis keburu meluncur. "
Walaupun kita benar, ada saatnya kita
harus mengalah". “Waw, hebat
juga ungkapan itu". Batinku berkata.
Seekor
kerbau yang tersesat mampu menjadi bahan kajian yang hebat. Aku fikir bukan
posisi kerbau yang terpisah dari kawanannya. Akan tetapi komunitas penyuluh
yang membedakannya.
Ada
hikmah lain yang didapat. Ini tentang sebuah kesombongan. Ya kesombongan. Untuk
melawan sebuah bentuk kesombongan, maka kesombongan itu juga yang mampu
melawannya. Kesombongan harus dilawan dengan kesombongan. Apa begitu ya?
Negara
Batin kami sampai. Nampak bangunan KUA terlihat. Suasana akrab terlihat dalam
sekejap. Inilah yang bisa disebut sebagai keakraban. Suasana begitu mencair
menghilangkan sekat - sekat "strata". Tidak ada lagi sebuah
perbedaan. Tetap satu. Keluarga besar Kementerian Agama
Suasana
sekitar kantor KUA sangat nyaman. Rimbunan pepohonan nampak bersejajar dan
mampu meredam sinar sang surya. Diujung depan, nampak tempat yang sangat
menggoda untuk ber-swafoto. Aku
tergoda untuk kesana. Sedikit mejeng
dalam istilah lainya..
Aula
KUA Negara batin begitu bersahaja. Terasa sejuk meski AC belum terpasang.
Bersahaja bukan masalah tidak ada sarana pendingin, namun suasana keakraban
yang membuat kebahagiaan tersendiri. Suasana bertambah sejuk saat surat Al-Maun
berkumandang.
Terlebih
lagi pak Lukman mampu mencairkan suasana. Sosok pegawai ulung yang telah banyak
pengalaman di birokrasi. Dengan gaya yang khas, pak lukman mewanti-wanti agar
semua persoalan yang dihadapi para penyuluh, beliau wajib tahu. " Ya, sudah sepatutnya semua persoalan
yang dihadapi para penyuluh saya wajib tahu, saya kan penguasa keagamaan di
wilayah Negara Batin". ucap beliau sambil tertawa
Pada
jalan yang sama, perjalanan kembali juga diselingi dengan guyonan yang cukup
menggembirakan. Kebersamaan begitu akrab. Begitu akrabnya sampai tidak ada
satupun yang mampu menjawab apa yang di tutupi terpal, di sebelah kanan sana.
Apakah ini keakraban dalam ketidaktahuan?. Hmm...
Cerita
dimulai berlanjut kembali saat perjalanan pulang. Sambil guyonan, pak Ketua bercerita dengan menyampaikan isi dakwah dari
ust. Das'ad Latif. Pak ketua pokjaluh yang memulainya. Anggaplah ini sebagai
wejangan bagi penyuluh junior. Bagi bagi ilmu dalam istilah lain. Ya, beginilah
salah satu cara mengisi waktu dalam perjalanan.
Mengisahkan
tentang syaidah Khodijah r. a. Saat Rasulullah SAW kembali dari gua Hira.
Kedatangan Rasulullah SAW dalam keadaan menggigil dan meminta diselimuti.
Dengan lemah lembut, syaidah Khodijah melakukan apa yang diminta.
Nah,
bagaimana dengan para istri kita sekarang? Setelah beberapa hari tidak kembali,
kemudian pulang dan langsung istirahat. Dipastikan "intrograsi" Dari
istri segera hadir. "Benar
juga" Aku membatin sembari melirik "gadis" Di Sampingku
" Sambil tersenyum.
Disudut
sebelah belakang, tiba-tiba suara menceletuk. "Stt....my wife like that. My phone number was been wacthed”. sontak
seisi mobil tertawa bersama. Keren.dan tentunya bukan dengan bahasa Inggris.
Aku ga yakin tentang gaya bahasanya.he.he
Ini
pengakuan terjujur yang pernah aku dengar. Sebuah pengakuan terhebat dan
terdahsyat. Tanpa ku beritahu, dipastikan sudah dengan mudah di tebak. He. He.
Berat
badan bisa diukur. Tapi kalau dosa tidak bisa terukur. Inilah sebuah pemaknaan
untuk mengukur beban yang diangkut mobil tatkala jalan menanjak. Beban yang
timbul dari berat badan jika ke delapan orang ini ditimbang menjadi satu. He. He.
He.
Pesen
terakhir dari perjalanan tadi adalah, “ bisa
jadi kelak di kemudian hari, kita berada di bawah “panji” bendera nabi Ayyub”.
Sebuah pesan humor yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Sekali lagi,
pesen diatas hanya guyonan..he.he.
Merdeka.
Negara Batin, 25 Agustus 2020.
link Youtube : Kami Datang Negara Batin (penyuluh peduli)
Pokjaluh Way Kanan Beri Bantuan Produktif
Bertempat di Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Negara Batin, Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh)
Way Kanan, selasa, 25 Agustus 2020 mengadakan kegiatan. Agenda kegiatan tersebut
adalah pembinaan bagi Penyuluh Agama Islam (PAI) kecamatan Negara Batin dan
sekaligus memberikan bantuan produktif kepada masyarakat dari PAI se Kabupaten Way Kanan.
Dalam acara itu, turut
hadir Kepala KUA Kecamatan Negara Batin, Ketua dan Anggota Pokjaluh Way Kanan,
Pengurus Forum Koordinasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Way Kanan dan PAI se
kecamatan Negara Batin.
Dalam acara tersebut, Ketua
Forum Komunikasi PAI, M. Din Hadi, S.Pd., M.Pd menyampaikan ungkapan
terimakasih atas sambutan yang telah diberikan. “ Saya mengucapkan
terimakasih atas sambutan yang diberikan kepada Tim Pokjaluh Kabupaten Way Kanan”.
Selanjutnya, Din Hadi menambahkan bahwa, “
salah satu tujuan dengan kegiatan ini adalah menjalin silaturrahmi dan
sekaligus melaksanakan program kerja FKPAI Kabupaten Way Kanan”.
Dalam kesempatan yang sama, Drs.
Hi.Lukmansyah, Kepala KUA Kecamatan Negara Batin dalam sambutanya mengatakan , “ Saya merasa bangga dan terbantu dengan adanya
Penyuluh Agama Islam yang dapat membantu tugas-tugas di KUA Kecamatan Negara
Batin, maka poin pentingnya adalah bagaimana cara agar peran penyuluh Agama
Islam dapat di rasakan oleh Masyarakat Kecamatan Negara Batin. Oleh sebab itu,
peran Penyuluh Agama Islam sebisa mungkin dapat berperan semaksimal mungkin. Inilah
kondisi sebenarnya tentang Kecamatan Negara Batin”. Imbuhnya.
Lukmansyah menambahkan, “
jika ada persoalan tentang Penyuluh Agama Islam, baik peran dan kinerjanya,
seyogyanya saya di hubungi terlebih dahulu untuk sama-sama menyelesaikan
persoalan yang di hadapi”. Pungkasnya.
Setelah agenda selesai, dilanjutkan dengan pemberian
bantuan produktif yang diberikan secara simbolis oleh Ketua Pokjaluh Way Kanan.
Langganan:
Postingan (Atom)