Rabu, 23 Juni 2021

Anak Tangga

 

Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan 

Pagi, saat matahari belum meninggi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan tidak sebagaimana biasanya. Suasana cukup hangat, terlebih lagi seduhan kopi sudah tersaji. Satu persatu para peserta sosialisasi sudah mulai hadir. Nampak beberapa wajah yang sangat aku kenal sedang bersantai di Aula Masjid Agung Ashabul Yamin Blambangan Umpu. Aku masih diruangan penyuluh, menikmati suara pendingin ruangan yang menderu. Sambil menikmati air hitam, sesekali aku melihat layar pada komputer yang tersambung. Selintas, foto sebuah jalan mengusik jemariku untuk berdansa.

Diruangan penyuluh ini, diskusi pagi menyeruak membersamai ide dua orang sahabat, Kang Mujib dan Bang Roni. Dua orang sahabat yang sedang membicarakan tentang pandemi yang tengah berlangsung, Covid-19. Sungguh, pandemi ini merupakan wabah yang sangat merugikan banyak aspek kehidupan manusia. Sebuah diskusi yang sesekali diselingi bahasa Lampung yang menambah hangat suasana keakraban. Begitulah jalinan kekeluargaan yang terjadi.

Kopi belum terlalu dingin meskipun hidangan tidak hadir menemani kebersamaan ini. Meskipun jujur harus diakui hidangan itu bukan segalanya. Sebab, sebentar lagi hidangan itu tersaji dalam acara sosialisasi Inpres Nomor 2 Tahun 2021. Cukuplah obrolan ini menjadi pembuka sebelum aku bertemu dengan rekan-rekan Penyuluh Agama Islam spesialisasi zakat. Sungguh momen ini sangat berharga jika tidak diabadikan dalam sebuah tahta peradaban.

Agenda hari ini adalah agenda resmi sebagaimana surat undangan dari kepala Kemenag Way Kanan. Undangan ini bermakna bahwa kehadiran di aula kementerian Agama adalah bagian dari pelaksanaan tugas. Maka, menjadi sebuah keniscayaan jika pertemuan menjadi kepastian. Untuk itulah sambutan hangat meski aku berikan kepada kawan-kawan Penyuluh Agama, minimal mengabadikan keberadaan dalam sebuah foto.

Aku tersenyum saat “Muli” Gunung Labuhan hadir bersama “pengantin baru”. Nampak keakraban yang nyata. Sebuah keharmonisan yang terlahir dari ikatan persaudaraan diantara keluarga besar Kemenag. Jalinan yang tercipta dalam satu tugas besar; Penyuluh Agama Islam. Dalam konteks ini, aku bisa mengatakan bahwa berbahagialah menjadi seorang penyuluh. Bukankah begitu wahai Juleha?

Mentari sudah mulai meninggi saat Pak Muslim, Pak Muabidin dan pak Nafi Anshori akan menaiki tangga menuju aula. Ketiga rekan ini menggunakan pakaian yang berbeda. Meskipun begitu, tidak mengurangi pesona yang terpancar dari aura positif. Ketiganya terus melangkah pasti. Salam khas pandemi menjadi saksi pertemuan awal ini. Aku tersenyum, meskipun senyumanku tidak terlihat akibat tertutup masker.

Aku teringat foto yang di uploud dari Rebang Tangkas. Sebuah perjalanan penuh dengan tantangan. Jalan yang belum bersahabat, meskipun tidak pada musim hujan. Bagiku perjuangan itu tidaklah mudah. Kepandaian dalam memilih jalan akan sangat menentukan “nasib” selanjutnya. Jika lengah sedikit atau hilang konsentrasi, maka kemungkinan besar tidak akan mampu memenuhi undangan penting ini.

Demikian juga dengan Pak Muslim dari Negeri Besar. Bu Lilis, Pak Bahrul dan Ahmad Sidik dari Bahuga. Mekipun berasal dari kecamatan “ujung” nampak sehat selalu. Termasuk juga “pengantin baru”, Iin dan “kakek segala tahu” Gus Yusuf. Tak lupa juga kawan-kawan lainya. Ini menunjukkan bahwa semangat untuk menjalankan tugas cukup menggembirakan.

Kulangkahkan kakiku menuju Aula di lantai dua. Acara akan segera dimulai. Beberapa Kepala KUA dan Kepala Madrasah sudah hadir memenuhi tempat yang disediakan. Langkah kakiku terhenti. Ada keinginan kuat untuk mengabadikan sebuah moment yang jarang terjadi. Ya, momen pada sebuah anak tangga.

Agenda telah dimulai. Aku menebar pandangan keseluruh penjuru Aula. nampak keseriusan ada pada para  peserta. Pun demikian juga dengan para pimpinan yang turut hadir. demikian juga kawan-kawan Penyuluh agama, nampak antusias mendengarkan prsentasi yang disampaikan. Aku lihat, sesekali nampak ada yang meminum air mineral dan menikmati makanan ringan yang disediakan. cukup beruntung kegerahan akibat cuaca tidak terasa, meskipun musim kemarau sedang berlangsung.

Agenda lanjutan dalam pertemuan ini adalah pemantapan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Kantor Kemenag Way Kanan. Aku gembira, para pimpinan mempunyai sebuah upaya untuk “menghidupkan” kembali lembaga yang pernah ada ini. Sebuah upaya untuk menghidupkan ruh kementerian Agama melalui aksi sosial. Istilah sederhana yang yang sering aku gunakan adalah filantropi. Istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupanku. Artinya kegiatan ini sudah menjadi satu kesatuan yang komprehenship dalam sebuah dunia kerja.

Untuk pengetahuan sederhana, dapat aku sampaikan bahwa kata Filantropi ini berasal dari dua kata Yunani yakni philos yang artinya cinta dan anthropos yang berarti manusia. Dengan begitu filantropi bermakna cinta pada sesama manusia dalam artian peduli pada kondisi manusia lainnya. maka makna ini sangat cocok untuk dikembangkan oleh Kantor Kemenag Way Kanan, sebagai salah satu upaya untuk meneguhkan sebuah eksistensi. begitulah seyogyanya, meneguhkan eksistensi lembaga merupakan sebuah keniscayaan bagi para pegawainya.

Sudah tepat kiranya apa yang menjadi harapan bapak Kepala Kemenag Way Kanan. Harapan yang sudah disampaikan sudah seyogyanya mendapat respon yang positif dari jajaran dibawahnya. Karena sesungguhnya pada wilayah kecamatan ada Kepala KUA dan pada lingkungan Madrasah ada Kepala Madrasah. Jika peran dan dukungan dari semua pihak dapat maksimal, maka program ini akan dapat berhasil dengan baik.

Untuk menghidupkan ruh filantropi ini, pak kepala Kemenag menyampaikan banyak hal. Sebuah kesimpulan yang bisa diperoleh adalah adanya pemahaman bersama terkait program kebijakan yang sudah direncanakan. Disamping itu, dukungan dari seluruh keluarga besar Kemenag menjadi sebuah keniscayaan. Dalam hati aku berdoa, semoga kelak dikemudian hari, upaya yang dilakukan pagi ini menjadi sesuatu yang menggembirakan.

Agenda telah usai. Apa yang menjadi materi telah dilaksanakan secara baik. Aku yakin dan percaya bahwa inti dari pertemuan hari ini telah dapat ditangkap oleh kawan-kawan semua. Inilah saat yang tepat untuk kembali mengabadikan kebersamaan, sebelum santapan siang.

Pada anak tangga yang sama, aku melangkah kembali. Pada anak tangga yang sama, derap langkah kaki menjadi saksi. Disinilah derap itu dapat dimaknai sebagai sebuah proses “untuk” dan “menjadi”.

Hidup Jayalah Penyuluh kita

Blambangan Umpu, 23 Juni 2021

 

#Penyuluhagamaislambergerak

Minggu, 30 Mei 2021

Cinta Sang Penyuluh


Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan


“Gema sholawat di penjuru negeri, Maulid Diba' maupun Al-Barzanji, ekspresi cinta pada Nabi sejukkan sanubari, Getarkan, Hati yang sunyi, Basahi Nurani yang kering dan tandus, Menyinari jiwa yang gelap gulita”.

(Eko Suryanto: Antologi Puisi Penyuluh Agama Islam Way Kanan:

 “ Sang Nabi” dalam “Harmoni Cinta Penyuluh”.

 

Hmm... Membaca Puisi Mas Eko Suryanto diatas, aku sangat bahagia. Ya, puisi yang ditulis sebagai dedikasi dalam pembuatan buku Antologi Puisi Penyuluh Agama Islam (PAI) Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Way Kanan. Buku yang sangat spektakuler dan mengagumkan sebagai sebuah karya “terdahsyat”. Bahkan, “bersejarah”, karena untuk pertamakalinya PAI Kemenag Way Kanan menerbitkan sebuah puisi. Bahkan –menurut pak Kasi Bimas Islam Kemenag Way Kanan- bisa jadi yang pertama di Provinsi Lampung dan Indonesia.

Inilah moment bahagia yang gayung bersambut, khususnya Mas Eko dan Mbak Iin. Moment yang bersejarah dan membahagiakan. Meskipun berada diatas kendaraan, kebahagiaan itu tak dapat aku sembunyikan. Betapa indahnya saat ini bagi keduanya. Selain menjadi “raja” dan “ratu”, untaian doa senantiasa mengalir dari sanak famili dan undangan yang hadir. Demikian juga kebahagian akan “sempurna tatkala kata "sah" dari para saksi akan terdengar. Membayangkan ini, aku hanya bisa tersenyum bahagia.

Roda kendaraan terus berpacu menuju rumah bahagia. Lalu lintas tak seperti biasanya. Hari ini jalanan terlihat lebih ramai. Baik kendaraan pribadi, umum atau angkutan barang. Aku berfikir apakah roda kehidupan sudah mulai bergeliat kembali ditengah wabah virus korona yang belum berakhir. Jika ya maka, hal inilah yang aku harapkan. Kehidupan "dimulai" kembali setelah "tidur panjang" dalam "balutan" masker.

Tatapanku lurus kedepan memperhatikan sepeda motor yang penuh dengan muatan. Barang yang dibawa cukup banyak dengan beraneka ragam corak dan warnanya. Apa yang aku lihat adalah salah satu aktifitas kehidupan yang hampir dua tahun tidak aku saksikan. Ini juga menandakan bahwa semangat untuk menyambung hidup adalah bagian terpenting dari kehidupan itu sendiri.

Tugu pertigaan Way Tuba masih berdiri kokoh. Sebuah tanda bahwa tugu tersebut menunjukkan sebuah wilayah dan sekaligus pilihan jalan. Jika kita memilih lurus maka akan sampai di Martapura Sumatera Selatan. Tentu aku tidak memilih jalan itu. Belok ke kanan adalah jalan yang tentu menjadi pilihan terbaik untuk menuju kediaman Pak H. Patani. Aku memahami betul jalan yang akan aku lalui saat ini. Aku bersyukur bahwa masih bisa melalui jalan ini, setelah lama tak bersua dengan pepohonan sawit, karet dan padi di persawahan jalur Way Tuba- Bahuga ini. Hehehe.

Jalan ini masih sama, belum ada perubahan fisik yang berarti. Perbedaan yang nampak adalah tidak adanya genangan air sebagaimana pada musim hujan. Pada jalan ini juga kutemukan kenyataan bahwa saat ini adalah awal musim kemarau. Dalam hati aku berharap, semoga nanti saat tiba di acara resepsi tidak benar-benar "kemarau". Cukuplah air mineral sebagai bukti bahwa musim boleh kemarau, namun air mineral tetap tersaji. Hehhe

Meskipun awal musim kemarau, namun persawahan tetap teraliri air dengan baik. Terkait ini aku tidak heran karena terdapat irigasi yang cukup bagus. Ingin rasanya turun ke sawah membersamai menanam padi. Tapi aku tak bisa untuk saat ini turun ke sawah itu. Selain tidak membawa ganti, aku juga tidak membawa pancing. Maka aku putuskan untuk jalan terus ingin segera melihat senyuman bahagia kedua mempelai.

Tak sabar aku ingin menyaksikan kebahagiaan itu. Sebuah kebahagiaan sejati yang terlahir dari benih cinta antara dua insan. Sebuah kebahagiaan yang saat ini sudah terikat dalam janji suci, pernikahan. Janji untuk saling mengisi, membahagiakan, menerima kekurangan dan janji-janji mulia lainya. Dengan akad nikah ini pula, keduanya sudah masuk dalam kriteria “menyempurnakan” agama. Sungguh kejadian yang “sakaral” nan bersejarah.

Cukup meriah. Itulah kesan yang aku dapatkan saat tiba di lokasi pernikahan. Tamu-tamu sudah banyak berdatangan. Panitia juga terlihat cukup sibuk. Sebuah kewajaran dalam resepsi pernikahan. Begitulah kehidupan, banyak beraneka ragam bunga-bunga yang menyebar dalam lini masa peradaban manusia. Termasuk saling membantu dalam menyukseskan sebuah akad nikah dan sekaligus resepsi pernikahan.

Ah...ternyata sudah ada kawan-kawan yang hadir. Terlihat di pojok belakang si lutfi dengan baju pinknya,cukup ilegan dan gagah. Juga ada Ust. Taswin dan Ust.Oktarius yang sedang nunggu kopi. Keduanya masih dengan style  yang tidak berubah. Sementara pak Rosidin dan Abah Solihin berada di sebelah kiri sedang asyik bercengkrama. Sementara Ust. Din Hadi nampak sibuk menyiapkan sesuatu. Sementara di barisan tengah, aku juga melihat Mbak Nafisah sedang asyik makan hidangan yang sudah tersedia. Juga banyak beberapa rekan yang juga telah hadir. Termasuk Bapak Kepala Kemenag, Pak kasi Bimas, Pak Kasi PAPKI, kepala KUA, penghulu dan penyuluh serta rekan rekan lainnya. Inilah salah satu kebahagiaan yang nampak.

Aku bersejajar duduk di barisan belakang pojok kanan. Mendampingi dua sahabat dari Banjit agar kebagian kopi juga. Tentu kopi bukanlah sebuah menu utama yang disajikan dalam resepsi ini. Akan tetapi sebuah permintaan khusus kepada “penguasa” Buay Bahuga,  Bu Sriwatin dalam perjalanan tadi telah diutarakan. Alhamdulillah, sajian "si hitam" Akhirnya berlabuh juga melalui panitia yang pengertian Pak Mujianto, sesaat sebelum Ketua FKPAI Way Kanan –Ust. M. Din Hadi-memberikan tausyiah. Hehehe.

Sang “raja” dan “ratu” belum duduk pada “singgasana” agungnya. Acara formal dalam sebuah pernikahan sedang berlangsung. Beberapa sambutan juga disampaikan. Demikian juga Pak Kepala Kemenag Way Kanan – Bapak H. Helmi- menyampaikan sambutan dan sekaligus mendoakan agar keduanya menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah. Ini adalah bagian dari sebuah tradisi yang sering berlaku dalam peradaban dunia timur.

Sesekali aku menyeruput “air hitam” yang masih hangat, saat Ust. Din Hadi menyampaikan tausyiah untuk kedua mempelai. Cukup lengkap jika dilihat dalam sebuah keluarga besar Kemenag Way Kanan. Betapa tidak, kedua mempelai adalah Penyuluh Agama Islam; yang mempunyai hajat –Pak H.Patani- merupakan pengulu; di hadiri para pejabat Kemenag; Kepala KUA; para pengawas dan guru; para penghulu dan penyuluh; dan panitia pun adalah keluarga besar Kemenag Way Kanan. Sungguh luar biasa.

Aku tertawa kecil saat kata tempoyak menjadi awal dari tausyiah yang diberikan. Bahkan tamu undangan juga berekspresi sama. Mungkin tidak pernah mengira kalimat itu “masuk” sebagai pengantar. Bagiku kata tersebut tidak asing lagi bagiku. Namun aku belum mampu menikmati “kelezatan” olahan makanan tradisional itu. Entah mengapa. Secara fakta, aku lebih menyukai bahan dasarnya saja sebelum diolah. Durian.

Kopi yang tersaji belum habis. Jika bisa disebut sebagai istimbat, maka yang bisa diberikan adalah sebuah ungkapan dan pengharapan. Tentu, secara logis adalah pengharapan untuk kedua mempelai. Pengharapan dalam doa-doa para keluarga dan tamu undangan. Harapan ini bukanlah sebatas seremonial saja, akan tetapi jauh melampau aliran air irigasi dan sungai, bahkan melebihi kepakan sayap para “bidadari”. Inilah adalah sebuah ekpetasi yang mengelana sampai sebuah batas yang menjadi misteri dalam kehidupan manusia.

Secara pribadi, doa dan harapanku juga adalah sama, sebagaimana yang menjadi harapan sebuah komunitas keluarga dan masyarakat. Hanya sedikit saja yang bisa aku tuliskan, tentu dalam rangkaian menebar semangat di dunia penyuluh.”menikah bukanlah akhir dari sebuah produktifitas. Dengan menikah, dua kekuatan menyatu dalam cinta. Maka, cinta akan mampu melahirkan banyak ragam dan pola, jika kita mampu memaknainya dengan bijaksana. Aku tunggu produktifitas itu dalam buku kedua PAI; Antologi cerpen penyuluh”.

Akhirnya sajian “air hitam” sudah habis. Sebelum beranjak pamit, masih ada “agenda” yang tidak boleh dilewatkan. Sebuah hidangan telah tersaji sebagai penutup keberadaanku di rumah bahagia ini. Maka, tanpa menunggu lama aku pun menikmati dengan dengan rasa syukur.

Bersama tamu lainya, tentu aku juga menyampaikan ucapan selamat secara langsung. Aku melihat wajah kedua orang tua mempelai bahagia. Terlebih lagi kedua mempelai. Senyum bahagia nampak dalam wajah Mas Eko dan Mbak Iin. Aku tahu bahwa senyuman tersebut hadir pada saat yang tepat. Senyuman yang terlahir dari anugerah terindah dari Yang Maha Pencipta.

Bagiku hari ini adalah hari yang bersejarah juga. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya aku menikmati perjalanan bukan pada jalur yang sering aku lalui. Justru perjalanan pulang ini juga menjadi pemecah “rekor” nan bersejarah. Menikmati indahnya hamparan sawah di Provinsi Tetangga. Sungguh jalur ini adalah yang pertama aku lalui sampai saat ini. Belitang-Sumatera Selatan.


Sritunggal, 29 Mei 2021






Selasa, 06 April 2021

Tak Paripurna

 
Ahmad Nursalim

Fikirku tentangnya tak paripurna sampai kini
Indahnya terang  bulan hanya kupandang setengah hati
Detak jantungku sendiri kadang lupa aku syukuri
Ditambah hembusan nafasku masih kerap ku khianati,

Entahlah,, 
Kedangkalan ini  tak kujadikan motivasi
Sebaliknya bangga diri dengan wajah pendosa masih menjadi kekayaan atau properti...
Puncaknya ibadahku pun masih terasa tak sejati

Ini apa?
Akupun tak paripurna,
Jalanku sempoyongan,
Cacatku terbayang dimana-mana

Sementara aku tahu, yang paling dekat adalah mati "Al-Ghazali"

Tapi aku yakini
Bahwa setiap secangkir kopi , ada karna sang peracik...
Maka bimbinglah aku,
Ya Illahi


Negeri Agung, 6 April 2021

Air Mataku

 

Iis Suhaini

Air mataku selalu menetes
Ketika aku terluka karnamu
Selalu ku tahan lukaku
Aku mencoba untuk kuat

Walau mungkin ku tak mampu
Aku selalu tertawa untukmu
Aku selalu memperhatikanmu
Meski ku luka karnamu

Walau kau jauh dariku
Aku akan selalu mengingatmu
Akan ku kenang selalu
Sampai akhir hayatku

Negara Batin, 6 April 2021

Rindu yang Menyakitkan

 


Maryuli


Ayah
Seandainya kau masih disini
Aku ingin bermain dengan mu, memeluk mu.
Menceritakan banyak hal tentang lika liku hidupku

Tetapi
Sekarang ayah sudah tiada
Aku ingin sekali berjumpa 
Sekarang
Aku hanya dapat dekat dengan mu
Hanya dalam do'aku

Ayah
Kepergian mu membuatku
Mengerti bahwa rindu yang paling menyakitkan
Adalah merindukan seseorang yang telah tiada

Namun
Kepergian mu pun
Mengajarakan bahwa tuhan
Selalu ada untuk mendengarkan
Segala do'a dan harapan

Ayah aku rindu


Negara Batin, 6 April 2021

Masih Ada Waktu


Khotif Rifa'i


Saat aku terjaga
Di heningnya malam
Teringat betapa waktu
Yang telah ku lalui
Hiruk pikuk duniawi
Telah jauh
Membawaku tenggelam
Dalam fatamorgana nan fana
 
Tapi,
Aku yakin
Rabb ku
Akan mengampuniku
Masih ada waktu
Aku belum layu
Dan tak akan layu
Akan selalu ada
Untaian do’a bersama istighfarku
Untaian  tasbih yang bergerindang
Dijemari tanpa gumam
Diam menunggu sapaan
Dari “sirr” yang menuntun qolbu
Merindu sang rabb
Dzat yang tanpa definisi

 

Esok,
Di sepertiga malam
Aku akan kembali
Berusaha datang
Mengetuk PintuMU
Yang Entah
Dan aku belum pernah tahu 


Negara Batin, 6 April 2021


Pijar Gelombang

By: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan


Nyanyian itu mengubah sel ketenteraman
meneguhkan jiwa-jiwa patriot para penyuluh
berjibaku melalui lentera kegelapan
tak pernah berhenti menyapa
tak ada keluhan senja
setia
membimbing umat tuk menggapai hidayah

Kobaran keberanian tak menyerah pada hitungan detik
menepiskan segala kesesatan dunia
bersatu berdakwah bersama

Selaksa mentari pagi
membiaskan efek kehangatan pada gurun pengetahuan
yang senantiasa menjaga marwah 
dan nilai-nilai juang sang penyuluh
tetap mengobarkan seruan ilahi
"tegakkanlah amar ma'ruf nahi mungkar"

Sesungguhnya
kesadaran nilai baldatun tayyibatun warabbun ghofur tetap tertancap
pada setiap ujung tombak kehidupan

Pijaran itu
bak gelombang kehidupan yang menyatu
pada setiap derap langkah penyuluh

Pijaran itu
membeku menjadi noktah semangat
menyatu bersama kebahagiaan

Kibaran bendera pada sebuah goresan itu
kemudian merubah kesunyian aksara
menjadi gelombang terdahsyat

Saat itulah
pekikan menggelegar
"Hidup Jayalah Penyuluh Kita"


Way Kanan, 6 April 2021



Bisikan dalam Senja

 

Yusuf Sudarto

Pagi yang tlah berlalu bersama kepakan sayap burung-burung
mengajak tuk bersatu dan berbisik lirih
"Mari kita bangkit dan bersyukur, karena jika kita tidak belajar banyak hari ini, setidaknya kita belajar sedikit, dan jika kita tidak belajar sedikit, setidaknya kita tidak sakit, dan jika kita jatuh sakit setidaknya kita tidak mati; jadi, marilah kita semua bersyukur"

Aku yakin jika fatamorgana itu mampu untuk menghilangkan kehausan
saat mentari beranjak ke peraduanya
disanalah
bidadari itu berbisik lirih
"Kecemasan tidak akan menghasilkan apapun selain sebuah ketakutan. Hanyalah orang yang terus mengeluh yang tidak akan mengenal kata bersyukur di dalam hidupnya, karena disesaki dengan kesedihan...."

Negara Batin, 6 April 2021

Laa Tahzan

 

Nining Kurniasih

Saat hati ini berkata’’ aku lelah’’
Dan saat raga ini berkata ‘’ aku ingin pulang’’
Disaat itulah jiwa ini sedang berada di titik jenuh
Semua pasti pernah merasakannya
Merasa bahwa diri tak lagi berharga
Merasa bahwa semua orang  takmau lagi bersama
Rasa semangat yang dulunya menggebu
Kini tak lagi ada
Namun…
Dalam hati kecil
Seakan ada yang membisik
Dan mengatakan
Jangan bersedih karena sesungguhnya Allah bersamamu
Laa tahzan Innallahama’ana

                                                                        Negara Batin, 5 April 2021


Sang Penerang

 


 Suci Wulandari

Bagai Surya
Hadirnya datangkan cahaya
Pelita dikala dunia berganti rupa
Perlahan membasuh jiwa -jiwa melompong tapi penuh dengan kefanaan buana

 

Jalan penuh kubang, tak jua surutkan semangat juang
Ia tak sendiri .. menerobos lebat pepohonan dan belukar
ada roda dua kesayangannya..
Aahh..mungkin lebih tepatnya roda dua semata wayangnya
Karena melulu itu yang ia bawa.
 

Muncul pertanyaan dalam hati.

Apa yang ia cari?
Apa tujuan hidupnya?
Hingga ia rela berpeluh, berlelah lelah
Meniti langkah yang tidaklah mudah
Hah.. biarlah biarlah itu jadi rahasianya
Yang kami tahu ia selalu tersenyum
Menyambut kami di pelataran masjid
Sampaikan ayat ayat Illahi
Menenun rapih akhlak diri kami.

Dialah Sang Penerang
Suluh kami hingga jadi manusia paripurna
Maaf..kami tak bisa janjikan kepeng dan emas
Hanya untaian kata penuh ikhlas
Semoga lelahmu jadi Lillah

                                                                                                            

                                                                                                Tr. 05/04/2021
                                                                                                            _ciwul_

Kamis, 01 April 2021

Dunia dalam Gurauan

 



Karya Nining Kurniasih
PAI Non PNS Kec. Negara Batin

 

Wahai jiwa yang bernyawa…

Ketahuilah bahwa Dunia itu hanya tempat persinggahan sementara…

Akhirat itu adalah kehidupan yang sebenarnya,,,

Hidup ini singkat, jadi biarkan mereka tertawa sebanyak yang mereka suka didalamnya,,

Tapi….

Ketika kehidupan berakhir dan mereka kembali kepada Allah SWT

Dan yang paling dimuliyakan ,mereka akan mulai menangis selamanya tanpa akhir

Dunia hanya senda gurau…

Terkadang bahagia terkadang pun berubah nestapa

Karena bahagia tak selamanya dan dukapun  ada ujungnya..

Sungguh diri ini sangat rapuh…

Yang hanya berharap pertolongan Rabb nya..

Tanpa –Nya diri ini bukanlah apa-apa

Tanpa Kuasa-Nya diri ini tak kan mampu menjelajahi dunia

Tanpa kasih dan sayang-Nya diri ini takada artinya

Janganlah diri ini melupakan akan kebaikan Rabb nya

Dengan memperbanyak syukur Alhamdulillah

Dan membasahi lisan dengan dzikrullah..

Agar ketika dipanggil berakhir dengan kalimah toyibah..

Dan berjumpa lagi di Jannah-Nya…



 Negara Batin, 31 Maret 2021

 


Rencana Kerja Operasional

 


RENCANA KERJA BIMBINGAN/ PENYULUHAN
KELOMPOK MAJELIS TAKLIM  DARUSSALAM UMPU KENCANA  
 KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU
KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN  2021

1.  Mengenal Kebutuhan Kelompok Binaan
Majelis Taklim Darussalam Umpu Kencana Kecamatan Blambangan Umpu  Kabupaten Way Kanan  teridentifikasi sebagai berikut :

Nama Kelompok Binaan                     : Majelis Darussalam
Nama Pimpinan Kelompok                 : Nurhasanah
Alamat/ Pembinaan                             : Umpu Kencana Blambangan Umpu
Jumlah Anggota                                  : 62  Orang
Rata-rata Usia                                     : 25 s/d 50 Tahun
Pemahaman Agama                            : Pengetahuan agama rata-rata pada masyarakat pedesaan
Pendidikan Formal                              : SD s.d. Sarjana
Pekerjaan                                             : pedagang / Swasta / PNS
Lingkungan                                         : Pedesaan

Keadaan jamaah Majelis Taklim Darussalam Umpu Kencana Kecamatan Blambangan Umpu sebagaian besar masih pada tingkat kemampuan dasar dalam hal pengetahuan dan pengamalan ibadah sehari-hari seperti hanya shalat dan puasa. Dan perlu adanya bimbingan dan penyuluhan secara rutin tentang bagaimana cara beribadah dengan baik dan benar serta baca al Qur’an.

Dengan data tersebut diatas ada beberapa hal yang harus ditekankan dalam pemberian materi pembinaan bagi para jamaah Majelis Taklim Darussalam Umpu Kencana Kecamatan Blambangan Umpu  Kabupaten Way Kanan antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Meningkatkan kemampuan Pengetahuan agama  para jamaah.
2.      Meningkatkan pengetahuan agama secara umum dan secara khusus yang terdapat dalam Kitab                 Riyadhus Shalihin.
3.      Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan agama yang berkaitan dengan syari'at, Akidah,                     muamalat dan adab (akhlaqul karimah)
4.      Mengembangkan potensi jamaah ke arah pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan                     keagamaan, melalui pendekatan yang disesuaikan dengan lingkungan dan latar belakang                          perkembangan jamaah, berdasarkan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Rasul
5.      Mempersiapkan jamaah agar mampu mengembangkan sikap pengetahuan dan ketrampilan                       keagamaan yang telah dimilikinya melalui program bimbingan / penyuluhan.
 

 

 

 

Membuat Metrik Rencana Kerja Operasional Kelompok Binaan

 

Rencana Kerja Bimbingan/ Penyuluhan
Kelompok Majelis Taklim Darussalam Umpu Kencana
 Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan
Materi : Mengkaji  Al-Qur’an dan  Hadits
Bulan  : Januari 2021

 

No

Hari/Tgl/Jam

Tujuan Pembelajaran

Materi

Teknis

Keterangan

1

Ahad   I, II

 

¨   Jamaah  memahami dasar dasar keimanan

 

iman serta pengaruhnya dalam kehidupan

1.      Pengertian iman menurut bahasa dan istilah

2.      Prinsip prinsip keimanan dalam Islam

3.      Hubungan antara iman dan amal sholeh

4.      Implikasi iman dalam kehidupan

5.      Rukun iman

Ceramah / Dialog

14.00 – 15.30

2

Ahad  III,IV

¨   Jamaah mengetahui dan memahami arti amal shalih

Amal shalih sebagai aktuaisasi iman

1.      Makna amal shalih

2.      Bentuk amal shalih

3.      Hubungan amal shalih dan iman

4.      Rukun islam

 

 

 

Mengetahui

Kepala Seksi Bimas Islam Kankemenag Kab. Way Kanan

 

 

H. Ali Sholihin, S.Pd.I

NIP. 197012071994031001

 

Blambangan Umpu, 1 Januari  2021

Penyuluh Agama Islam

 

 

 

Munawar, S.Fil.I

NIP. 198010172006041003