Rabu, 23 Juni 2021

Anak Tangga

 

Oleh: Munawar
PAIF Kemenag Way Kanan 

Pagi, saat matahari belum meninggi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan tidak sebagaimana biasanya. Suasana cukup hangat, terlebih lagi seduhan kopi sudah tersaji. Satu persatu para peserta sosialisasi sudah mulai hadir. Nampak beberapa wajah yang sangat aku kenal sedang bersantai di Aula Masjid Agung Ashabul Yamin Blambangan Umpu. Aku masih diruangan penyuluh, menikmati suara pendingin ruangan yang menderu. Sambil menikmati air hitam, sesekali aku melihat layar pada komputer yang tersambung. Selintas, foto sebuah jalan mengusik jemariku untuk berdansa.

Diruangan penyuluh ini, diskusi pagi menyeruak membersamai ide dua orang sahabat, Kang Mujib dan Bang Roni. Dua orang sahabat yang sedang membicarakan tentang pandemi yang tengah berlangsung, Covid-19. Sungguh, pandemi ini merupakan wabah yang sangat merugikan banyak aspek kehidupan manusia. Sebuah diskusi yang sesekali diselingi bahasa Lampung yang menambah hangat suasana keakraban. Begitulah jalinan kekeluargaan yang terjadi.

Kopi belum terlalu dingin meskipun hidangan tidak hadir menemani kebersamaan ini. Meskipun jujur harus diakui hidangan itu bukan segalanya. Sebab, sebentar lagi hidangan itu tersaji dalam acara sosialisasi Inpres Nomor 2 Tahun 2021. Cukuplah obrolan ini menjadi pembuka sebelum aku bertemu dengan rekan-rekan Penyuluh Agama Islam spesialisasi zakat. Sungguh momen ini sangat berharga jika tidak diabadikan dalam sebuah tahta peradaban.

Agenda hari ini adalah agenda resmi sebagaimana surat undangan dari kepala Kemenag Way Kanan. Undangan ini bermakna bahwa kehadiran di aula kementerian Agama adalah bagian dari pelaksanaan tugas. Maka, menjadi sebuah keniscayaan jika pertemuan menjadi kepastian. Untuk itulah sambutan hangat meski aku berikan kepada kawan-kawan Penyuluh Agama, minimal mengabadikan keberadaan dalam sebuah foto.

Aku tersenyum saat “Muli” Gunung Labuhan hadir bersama “pengantin baru”. Nampak keakraban yang nyata. Sebuah keharmonisan yang terlahir dari ikatan persaudaraan diantara keluarga besar Kemenag. Jalinan yang tercipta dalam satu tugas besar; Penyuluh Agama Islam. Dalam konteks ini, aku bisa mengatakan bahwa berbahagialah menjadi seorang penyuluh. Bukankah begitu wahai Juleha?

Mentari sudah mulai meninggi saat Pak Muslim, Pak Muabidin dan pak Nafi Anshori akan menaiki tangga menuju aula. Ketiga rekan ini menggunakan pakaian yang berbeda. Meskipun begitu, tidak mengurangi pesona yang terpancar dari aura positif. Ketiganya terus melangkah pasti. Salam khas pandemi menjadi saksi pertemuan awal ini. Aku tersenyum, meskipun senyumanku tidak terlihat akibat tertutup masker.

Aku teringat foto yang di uploud dari Rebang Tangkas. Sebuah perjalanan penuh dengan tantangan. Jalan yang belum bersahabat, meskipun tidak pada musim hujan. Bagiku perjuangan itu tidaklah mudah. Kepandaian dalam memilih jalan akan sangat menentukan “nasib” selanjutnya. Jika lengah sedikit atau hilang konsentrasi, maka kemungkinan besar tidak akan mampu memenuhi undangan penting ini.

Demikian juga dengan Pak Muslim dari Negeri Besar. Bu Lilis, Pak Bahrul dan Ahmad Sidik dari Bahuga. Mekipun berasal dari kecamatan “ujung” nampak sehat selalu. Termasuk juga “pengantin baru”, Iin dan “kakek segala tahu” Gus Yusuf. Tak lupa juga kawan-kawan lainya. Ini menunjukkan bahwa semangat untuk menjalankan tugas cukup menggembirakan.

Kulangkahkan kakiku menuju Aula di lantai dua. Acara akan segera dimulai. Beberapa Kepala KUA dan Kepala Madrasah sudah hadir memenuhi tempat yang disediakan. Langkah kakiku terhenti. Ada keinginan kuat untuk mengabadikan sebuah moment yang jarang terjadi. Ya, momen pada sebuah anak tangga.

Agenda telah dimulai. Aku menebar pandangan keseluruh penjuru Aula. nampak keseriusan ada pada para  peserta. Pun demikian juga dengan para pimpinan yang turut hadir. demikian juga kawan-kawan Penyuluh agama, nampak antusias mendengarkan prsentasi yang disampaikan. Aku lihat, sesekali nampak ada yang meminum air mineral dan menikmati makanan ringan yang disediakan. cukup beruntung kegerahan akibat cuaca tidak terasa, meskipun musim kemarau sedang berlangsung.

Agenda lanjutan dalam pertemuan ini adalah pemantapan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Kantor Kemenag Way Kanan. Aku gembira, para pimpinan mempunyai sebuah upaya untuk “menghidupkan” kembali lembaga yang pernah ada ini. Sebuah upaya untuk menghidupkan ruh kementerian Agama melalui aksi sosial. Istilah sederhana yang yang sering aku gunakan adalah filantropi. Istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupanku. Artinya kegiatan ini sudah menjadi satu kesatuan yang komprehenship dalam sebuah dunia kerja.

Untuk pengetahuan sederhana, dapat aku sampaikan bahwa kata Filantropi ini berasal dari dua kata Yunani yakni philos yang artinya cinta dan anthropos yang berarti manusia. Dengan begitu filantropi bermakna cinta pada sesama manusia dalam artian peduli pada kondisi manusia lainnya. maka makna ini sangat cocok untuk dikembangkan oleh Kantor Kemenag Way Kanan, sebagai salah satu upaya untuk meneguhkan sebuah eksistensi. begitulah seyogyanya, meneguhkan eksistensi lembaga merupakan sebuah keniscayaan bagi para pegawainya.

Sudah tepat kiranya apa yang menjadi harapan bapak Kepala Kemenag Way Kanan. Harapan yang sudah disampaikan sudah seyogyanya mendapat respon yang positif dari jajaran dibawahnya. Karena sesungguhnya pada wilayah kecamatan ada Kepala KUA dan pada lingkungan Madrasah ada Kepala Madrasah. Jika peran dan dukungan dari semua pihak dapat maksimal, maka program ini akan dapat berhasil dengan baik.

Untuk menghidupkan ruh filantropi ini, pak kepala Kemenag menyampaikan banyak hal. Sebuah kesimpulan yang bisa diperoleh adalah adanya pemahaman bersama terkait program kebijakan yang sudah direncanakan. Disamping itu, dukungan dari seluruh keluarga besar Kemenag menjadi sebuah keniscayaan. Dalam hati aku berdoa, semoga kelak dikemudian hari, upaya yang dilakukan pagi ini menjadi sesuatu yang menggembirakan.

Agenda telah usai. Apa yang menjadi materi telah dilaksanakan secara baik. Aku yakin dan percaya bahwa inti dari pertemuan hari ini telah dapat ditangkap oleh kawan-kawan semua. Inilah saat yang tepat untuk kembali mengabadikan kebersamaan, sebelum santapan siang.

Pada anak tangga yang sama, aku melangkah kembali. Pada anak tangga yang sama, derap langkah kaki menjadi saksi. Disinilah derap itu dapat dimaknai sebagai sebuah proses “untuk” dan “menjadi”.

Hidup Jayalah Penyuluh kita

Blambangan Umpu, 23 Juni 2021

 

#Penyuluhagamaislambergerak